_BERSUKACITALAH & MENURUTSERTAKAN DIRI UNTUK MENGHADIRKAN SERTA MEMPERTAHANKANNYA_

Thursday, March 11, 2010

KEPEMIMPINAN


KEPEMIMPINAN: BELAJAR DARI TIMOTIUS
I. PENDAHULUAN
Menilik kepemimpinan sekarang, maka kita mendapati bahwa kekuasaan, kesenangan, dan kemakmuran adalah indikasi keberhasilan. Bukan berarti hal dimaksud adalah sesuatu yang salah, artinya kesuksesan kepemimpinan sejati sewajarnya diukur dengan perubahan positif yang dihasilkan dengan memberi kontribusi bagi kebaikan semua dalam sepektrum suatu kepemimpinan.

II. ISI NATS (1 Tim. 3 : 1 – 7)
Timotius adalah seorang Kristen yang masih muda di Asia Kecil, yang telah menjadi kawan dan pembantu Paulus dalam pekerjaan Paulus. Ayah Timotius seorang Yunani dan ibunya Yahudi. Dalam  Surat Paulus Yang Pertama Kepada Timotius, dibentangkan tiga  hal yang ada sangkut pautnya satu sama lain. Pertama-tama ialah peringatan kepada Timotius terhadap ajaran-ajaran salah yang terdapat di dalam jemaat. Ajaran-ajaran itu merupakan campuran faham Yahudi dan faham bukan Yahudi berdasarkan kepercayaan bahwa semesta alam sudah jahat, dan keselamatan hanya dapat diperoleh kalau orang mempunyai pengetahuan tentang rahasia tertentu, dan mentaati peraturan-peraturan seperti misalnya peraturan tidak boleh kawin,  pantang makanan-makanan tertentu dan lain sebagainya. Kedua, ialah petunjuk-petunjuk kepada Timotius mengenai pengurusan jemaat dan mengenai ibadat. Dijelaskan baginya sifat-sifat orang yang boleh menjadi penilik dan pembantu jemaat. Dan, ketiga Timotius diajar mengenai bagaimana ia dapat menjadi seorang hamba Yesus Kristus yang baik dan mengenai tanggung jawabnya terhadap setiap golongan orang yang menjadi anggota jemaat.

Perjanjian Baru, terutama surat-surat Timotius menyajikan dorongan pastoral Paulus kepada Timotius sebagai pemimpin jemaat Efesus yang bisa dijadikan pondasi hidup kepemimpinan, khususnya di tengah-tengah gereja (1 Tim. 3:1-7). Paulus memberi nasehat kepada Timotius terhadap para pemimpin jemaat untuk memiliki beberapa karakter kunci atas keberhasilan sebagai pemimpin atas jemaat.

Paulus menjelaskan kepada Timotius bahwa suatu kebahagiaan menjadi pemimpin (ay. 1) untuk itulah harta yang indah itu harus dipelihara dengan apapun resikonya. Meski dalam surat-surat pastoral, khususnya dalam Timotius, Paulus tidak memberikan otoritas institusif untuk memimpin gereja namun nasehat Paulus sangat berguna untuk diterapkan dalam kepemimpinan masa kini (ay. 2-7). Ditegaskan pula bahwa meskipun dalam surat Pastoral tidak dijelaskan secara langsung tentang adanya otoritas institusional, namun ada nilai-nilai sikap yang sangat menolong dalam seni kepemimpinan.

Paulus menantang jemaat Tuhan untuk menjadi pemimpin yang berbeda; ia tidak boleh menyerah dengan keadaan yang cenderung memaksa kita untuk menyelewengkan diri atas jabatan kita; ia harus tetap teguh hidup dalam kebenaran Firman Tuhan dan melakukan tugas dan tanggungjawab memimpin pelayanan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Firman Tuhan dan menjaga dirinya untuk tetap menjadi teladan terhadap sesamanya.

III. APLIKASI
Secara khusus dalam kehidupan gereja, baik sebagai institusi maupun pribadi, memiliki tanggungjawab untuk memelihara dan mengembangkan kehidupan yang menjadi berkat di tengah masyarakatnya. Adapun tanggungjawab tersebut demikian merupakan relevansi gereja yang diuji pada kemampuannya dalam mengembangkan serta memelihara kehidupan, mampu menjadi berkat, mampu menjadi garam dan terang dunia.

Tantangan untuk mengembangkan dan memelihara kehidupan, menjadi berkat, mampu menjadi garam dan terang dunia ini menjadi tugas berat orang percaya. Tugas ini diperberat dengan tantangan yang muncul dari dalam maupun dari luar kekristenan. Munculnya gerakan dari organisasi-organisasi fundamentalis yang mengatasnamakan agama tertentu misalnya. Artinya, tantangan kekristenan untuk memelihara dan mengembangkan kehidupan, khususnya di tengah masyarakat Indonesia sangatlah komplek. Demikianlah maka, dibutuhkan kepemimpinan lewat pemimpin-pemimpin Kristen yang ideal; yang tetap hidup benar dan memelihara berita Injil yang telah diterimanya dengan konsekuensi logisnya.

IV. ILLUSTRASI
Seorang pemimpin layaknya alat penunjuk arah angin yang diletakkan di tempat strategis dan paling tinggi di bandara pesawat; menjadi tolok ukur dan panduan bagi navigasi bandara untuk mengizinkan si pilot pesawat lepas landas atau mendarat di landasan pacu; demikian seorang pemimpin dalam memimpin, merupakan patron bagi pengikutnya untuk mengambil keputusan dan melakukannya; hal ini berlaku dimana saja baik dalam keluarga, masyarakat, gereja dan negara.

2 comments:

  1. bagus.. thx ya artikelnya..

    ReplyDelete
  2. bagus.. thx ya artilnya..
    ditunggu kak.. tulisan lainnya tentang timotius dan keberhasilan dia dalam kegiatan pastoral..
    ohya klo ada artikel.. mau dong share via email...

    ReplyDelete

ketertarikan para sobat