_BERSUKACITALAH & MENURUTSERTAKAN DIRI UNTUK MENGHADIRKAN SERTA MEMPERTAHANKANNYA_

Wednesday, February 8, 2012

DATANG KEPADA TUHAN? (Yesaya 40: 21-31)



Menelisik Kitab Yesaya kita menemukan beberapa hal yang penting yakni:
  1. Proto Yesaya. Dalam pasal 1-36 tercantum nubuat-nubuat yang pada umumnya (pasal 13-14; 24-27; 33-35 yang mungkin ditambahkan kemudian) diucapkan oleh Yesaya bin Amos, seorang dari kalangan atas, yang hidup di Yerusalem antara 740 dan 700 selagi Assur berpengaruh di Palestina. Nabi Yesaya menentang kebijakan luar negeri raja Yehuda yang bersekutu dengan Mesir menghadapi Assur, dan menuntut agar Umat Allah (bangsa Israel) mengharapkan kekuatan daripada Allah saja. Kalau tidak maka Yehuda akan musnah (bd. Yesaya 8:5ff)
  2. Deutro Yesaya. Pada pasal 40-55 firman Allah dialamatkan kepada orang-orang buangan di Babel beberapa tahun sebelum kerajaan Babel jatuh ke tangan Raja Parsi (Persia), Koresy (538 sM). Raja Koresy disebut sebagai “orang yang diurapi” karena Allah memakainya untuk melepaskan bangsa Israel kembali ke negeri asalnya.
  3. Teutro Yesaya. Nah, pada pasal 56-66 pada umunya membawa firman Allah kepada umat yang telah pulang dari pembuangan dan yang hidup di bawah kuasa Parsi di Tanah Perjanjian itu.
Tentang Pasal 40-55 dialamatkan kepada orang-orang buangan di Babel:
  1. Siapakah orang-orang buangan itu? Menurut suatu catatan pada penutup kitab Yeremia (52:28-30), ada 4.600 orang Yehuda dibawa ke Babel dalam tiga gelombang antara tahun 598 dan 582 sM. Ada kemungkinan ini adalah jumlah kaum prianya saja, sehingga jumlah jiwa keseluruhan dapat mencapai 15 sampai 20 ribu orang. Mengingat bahwa anggota keluarga ikut dipindahkan. Orang-orang buangan ini terdiri dari semua golongan masyarakat yang ada di Israel. Di Babel mereka diizinkan untuk mendirikan rumah dan bertani/beternak dab berdagang. Hanya untuk kehidupan agama dan budaya dibatasi oleh pemerintahan Babel. Dan pada waktu-waktu tertentu mereka harus melaksanakan kerja rodi untuk pembangunan kota Babel. Pasti, sama dengan semua orang yang pernah mengalami penjajahan dan dibuang, mereka mengingat-ingat akan kebesaran bangsanya pada masa silam dan menginginkan kuasa Tuhan untuk membebaskan mereka.
  2. Bagaimana ceritanya hingga orang-orang Yehuda terbuang? Sejak abad ke delapan, kerajaan-kerajaan kecil di daerah Palestina dan Syria terjepit antara negara besar yang berganti-ganti meluaskan daerah pengaruh dan kekuasaannya. Demikianlah Kerajaan Selatan (Yehuda) mengalami pembuangan antara tahun 598 dan 582 sM oleh negara Babel yang memperluas kerajaannya yang berpusat di tepi sungai tigris dan efrat (Irak sekarang). Sedangkan Kerajaan Utara (Israel) jatuh ke tangan Assur dan mengalami pembuangan pada tahun 722 dan menandai berakhirnya cerita tentang sejarah Israel (Harry Wendt, Jalan Ke Tahta, Crossways International, 2005).
  3. Tahun 539 SM, Koresy Raja Persia menaklukkan Babel, dan memasukkan Babel menjadi bagian dari kerajaanya. Pada tahun-tahun Koresy berpengaruh inilah Yesaya (kedua) membawa firman Allah kepada orang-orang buangan di Babel antara 546 dan 538 sM. Pada saat itu orang Yahudi sudah menderita selama kurang lebih 40 tahun lamanya di bawah kuasa Babel.
Ada tiga janji atau jaminan yang Allah nyatakan bagi bangsa itu sebagai tanda berkatNya yang akan terus tercurah atas kehidupan mereka turun temurun, namun telah hilang sekaligus dari kehidupan mereka, yakni: Bangsa Israel sebagai bangsa pilihan dengan Bait Suci dimana Allah suka tinggal telah musnah; Allah sebagai tempat perlindungan abadi (bd. Yesaya 37:33-37; Mika 3:11 dan Yer. 7:4,10) telah sirna; dan Tahta Kerajaan runtuh, meskipun Allah pernah berjanji bahwa Ia akan berdiri untuk selamanya (bd. I Samuel 7: 12-16; Mzm. 89: 30-38 dan I Tawarikh 22:10). Oleh para nabi yang kemudian muncul pada abad ke tujuh dan keenam, malapetaka ini dilihat sebagai hukuman yang Tuhan sendiri jatuhkan atas umat yang telah melanggar kehendakNya. Penilaian ini kemudian dibenarkan juga oleh orang-orang Yahudi di Palestina (bd. Kitab Nudub = Pembukaan kitab Yeremia 1: 13-15; 4:8, 13, 16 dan cerita di dalam kitab Yehezkiel).

Datang kepada Tuhan?
Yeremia dengan jelas menggambarkan kondisi bangsa itu, “mereka kehilangan semangat” (bd. Yeremia 4:9). Benarkah Allah kemudian berdiam atas kehancuran bangsa pilIhanNya itu dan membuat mereka menjadi tidak berdaya? Tentu jawabannya TIDAK. Dalam Yesaya 40: 21-31 inilah, Yesaya membawa firman Tuhan yang memberikan pemulihan dan untuk membangkitkan bangsa Israel pada masanya dan bagi jemaat Tuhan hari ini dari ketidak berdayaan, kehancuran, penderitaan yang didera, dan semangat hidup yang sudah pupus.

Setiap orang punya alasan saat hendak atau sedang melakukan sesuatu. Ada banyak motif yang menyebabkan orang berlaku. Bahkan kuantitas dan kualitas pekerjaan seseorang akan turut ditentukan oleh motivasinya. Kita bisa begitu rajin dan giat bekerja, namun ada kalanya kita kehilangan semangat untuk melakukannya. Bisa saja penyebab di antaranya kehilangan semangat, vitalitas, tujuan, disorientasi, dukungan dari orang-orang di lingkungan kita bekerja, dll. Inilah yang pernah dialami bangsa Israel. Mereka mengalami keraguan, kehilangan semangat, motivasi, dan kehilangan kasih Tuhan atas kehidupan mereka. Bahkan mereka menganggap mereka sudah dilupakan Tuhan (Yesaya 40:27). Hal ini semakin diperparah dengan sulitnya kehidupan semasa pembuangan dan hancurnya bangsa besar yang mereka selalu agung-agungkan.

Ayat 21, “tidakkah kamu tahu, dengar, dan mengerti siapakah Allah itu?” Begitulah Yesaya kemudian datang secara tegas dan keras bertanya dengan gaya retorisnya mempertanyakan kembali kepada bangsa Israel tentang pengenalan mereka akan Tuhan mereka. Yesaya seolah kecewa dengan kondisi apatis, tanpa daya, kehilangan semangat dan merosotnya keteguhan kehidupan bangsa itu (Itu juga yang dipertanyaan bagi kehidupan jemaat sekarang di tengah pengalaman yang sama dengan bangsa Israel pada zamannya).

Mengalami kondisi sedemikian tentulah sangat sulit dan bisa berbahaya. Mari sekilas melihat apa yang terjadi dengan bangsa ini. Tidak jauh berbeda sepertinya, bahwa sebahagian besar masyarakat yang berjumlah lebih kurang 200 juta jiwa ini sudah kehilangan semangat hidup yakni hidup positif dan membangun. Tidak hanya dari kalangan kecil, bahkan sepertinya mayoritas dilakoni oleh kalangan menengah ke atas. Bangsa ini sudah kehilangan semangat hidup, disorientasi hidup (karakter), dan mengalami kekaburan makna berbangsa dan bernegara yang Pancasilais dan berdasarkan UUD ’45. Lihat saja dari indikasi-indikasi kecil yang kerap dipertontonkan bagi kita, misalnya semakin menurunnya kepercayaan masyarakat atas para elit pemimpin mereka baik di lingkungan eksekutif, legislatif, yudikatif dan bahkan di lingkungan keagamaan, Ogahnya atau malasnya masyarakat untuk berperan aktif dalam membangun perpolitikan bangsa yang jujur, adil dan berwibawa (pemilu yang tidak menghadirkan kandater (para kandidat pemimpin-red) dengan kendaraan wibawa, kapabilitas, kejujuran, dapat dipercaya dan jiwa melayani, melainkan berkendarakan besar-besaran uang, tentu ini juga melibatkan masyarakat), kriminalitas yang terus menunjukkan angka kenaikan mulai dari yang dilakukan orang dewasa hingga anak-anak remaja, dan semakin langkanya hidup yang berjiwa toleran dan saling menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia. Ini semua tentu sudah lebih dari cukup menunjukkan bahwa bangsa ini juga sudah kehilangan semangat hidupnya. Mau tidak mau dengan kondisi yang tidak berubah, bangsa ini akan mengalami collapse dan bermuara pada kepunahan suatu bangsa. Bangsa ini membutuhkan pemulihan dari Tuhan lewat kesaksian hidup orang-orang percaya.

Mari perhatikan jika ini juga terjadi dalam kehidupan pribadi kita? Sama seperti yang dialami Ayub namun diakhir cerita ia kemudian mampu memenangkan “pertarungan” itu. Ayub 17: 1, “semangatku patah, umurku habis, bagiku hanya tersedia kuburan...”. Ini yang kerap terjadi dewasa ini dalam kehidupan orang-orang percaya. Bahwa ditemukan semakin melemahnya semangat juang, vitalitas iman, tujuan dan arah hidup, bahkan terjadi kekaburan prinsip hidup kekristenan. Semua dampak dari tawar-menawar kepentingan “perut” yang ingin berkelebihan, bukan berkecukupan (bd. Ibrani 13:5a, “cukupkanlah dirimu dengan apa yang engkau miliki...”). Eksesnya tidak hanya di ranah masyarakat dan berbangsa, melainkan juga merembes pada kehidupan persekutuan di dalam gereja. Lihat saja persekutuan di gereja yang makin hari bukan makin menjadi berkat melainkan tak jauh beda kondisinya dengan kehidupan bangsa ini. Di dalamnya di temukan kuantitas anggota jemaat yang semakin berkurang memberikan diri untuk pengembangan gereja, semakin menurunnya kepercayaan atas kapasitas pelayanan di gereja, semangat persekutuan semakin tereduksi oleh kepentingan dan kepongahan individu-individu yang haus nama dan prestise, mau tak mau gereja akhirnya disibukkan dengan bolak-balik perbaiki turun mesin,  dan tak jalan-jalan (maju-red). Bisa saja akhirnya gerejapun ikut-ikutan collapse dan terseok-seok menuju kepunahannya (perhatikan pengantar di atas terhadap sejarah punahnya bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah).

Pada dasarnya Allah menghendaki bahwa kehidupan kekristenan sebagai kehidupan yang tidak sekedar hidup. Melainkan penuh dengan gairah dan semangat hidup yang baik dan benar di hadapan Allah. Tentu semangat itu bersumber dari adanya Roh Kudus yang menaungi kehidupan iman kekristenan kita. Inilah causa yang menggerakkan orang-orang kristen untuk berbuat baik dan benar bahkan berkarya besar dalam hidupnya untuk mengisi kehidupan di sekitarnya.

Lewat firman Tuhan Yesaya 40:1-13, kita diingatkan bahwa:
  1. Segala kendala dan tantangan hidup yang kita temukan di setiap pertapakan langkah hidup yang terkadang memaksa kita untuk ekstra berjuang di dalam iman kepada Kristus. Dan bagi yang lemah daya juangnya bisa terseret dan tenggelam di “manisnya” kehidupan dunia. Ibaratnya di tengah pola hidup pragmatis dewasa ini, makan makanan dengan atau tanpa peksin (penyedap rasa) yang gencar diiklankan agar ibu-ibu memasak menggunakan peksin. Memang rasa makanan akan jauh kurang nikmat jika tanpa peksin, tentu butuh “perjuangan” alat perasa tubuh kita agar kemudian lambat laun menjadi nikmat. Akan tetapi, nilai perjuangan itu akan dibayar dengan perolehan kesehatan tubuh yang baik dan berdampak pada umur panjang dan kesukaan dalam menjalani hidup. Sebaliknya jika makan makanan dengan peksin, tentu akan menambah nikmat cita rasa makanan itu, dan tak perlu perjuangan si alat perasa kita, namun hasilnya kesehatan yang terseok-seok dan bermuara pada penderitaan oleh sakit penyakit dan umur pendek. Dalam perjuangan hidup di dalam iman kristen juga tidak jauh bedanya, dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan untuk tetap setia dan berlaku benar dan baik, di tengah tawar-menawar kepentingan “perut” yang disediakan dunia ini.
  2. Kita akan tampak dan dijadikan lemah oleh dunia ini, namun seperti yang dikatakan Paulus bahwa sebab jika aku lemah aku akan menjadi kuat di dalam kasih Allah (2 Korintus 12:9). Lihat juga pengalaman Yesus Kristus di Taman Getsemani (Luk. 22: 39:46). Yesus begitu lemah dan tak kuat untuk menahan tanggungjawab pengutusannya dari BapaNya, namun Ia setia, dan kemudian memperoleh kekuatan di dalam kasih BapaNya.
  3. Janji Allah bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan kita sendiri (Ibr. 13:5b). Sebab Ia tidak akan pernah menjadi lemah dan lesu untuk menolong kita di atas kelemahan kita. Yesaya 40:29, “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambahkan semangat kepada yang tidak berdaya”.
  4. Terakhir adalah, ingatlah jika beban hidup melanda, jika putus asa dan kesedian menerpa, datang kepada Tuhan dan nantikanlah kebaikannNya, dengan demikianlah kita akan mendapat kekuatan yang baru (Yesaya 40:31). Sebagaimana lirik dari lagu pujian Kidung Jemaat No. 439: 1-4, begitulah janji Tuhan bagi setiap orang percaya yang datang kepadaNya di dalam segala kondisi dan perjuangan hidup. Datang Kepada Tuhan Yang Memberi Kekuatan dan Semangat Hidup sebab perubahan bangsa ini terletak dari nilai perjuangan iman orang-orang percaya dan semangat hidup yang dimilikinya yang bersumber dari kasih Kristus akan menguatkan anak-anak Tuhan untuk hadir menjadi pribadi dan karakter yang mengubahkan kehidupan bangsa ini. Amen.

No comments:

Post a Comment

ketertarikan para sobat