tag:blogger.com,1999:blog-89970624383329246162024-03-05T14:11:37.095+07:00yansen hasibuanyansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.comBlogger33125tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-28870739874218635652012-02-08T11:19:00.001+07:002012-02-08T14:14:16.284+07:00DATANG KEPADA TUHAN? (Yesaya 40: 21-31)<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span lang="FI"></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhROG64Ttc_XfqTcuqYSB5gmeyDJXGncjiM0RoS4DmRoCNTnE57Xgk4BbRyadGAsMdX9NRTo0-wAEYcUL2VbM8OFlmyLBtMOD2OetZocieKFI38b47uQop12PguxYXo7Y700wB7WYtX-NI/s1600/DSC03346.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhROG64Ttc_XfqTcuqYSB5gmeyDJXGncjiM0RoS4DmRoCNTnE57Xgk4BbRyadGAsMdX9NRTo0-wAEYcUL2VbM8OFlmyLBtMOD2OetZocieKFI38b47uQop12PguxYXo7Y700wB7WYtX-NI/s200/DSC03346.JPG" width="150" /></a></div>
<br />
Menelisik Kitab Yesaya
kita menemukan beberapa hal yang penting yakni:
<br />
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l5 level1 lfo1; text-align: justify;">Proto Yesaya. Dalam
pasal 1-36 tercantum nubuat-nubuat yang pada umumnya (pasal 13-14; 24-27;
33-35 yang mungkin ditambahkan kemudian) diucapkan oleh Yesaya bin Amos,
seorang dari kalangan atas, yang hidup di Yerusalem antara 740 dan 700
selagi Assur berpengaruh di Palestina. Nabi Yesaya menentang kebijakan
luar negeri raja Yehuda yang bersekutu dengan Mesir menghadapi Assur, dan
menuntut agar Umat Allah (bangsa Israel) mengharapkan kekuatan daripada
Allah saja. Kalau tidak maka Yehuda akan musnah (bd. Yesaya 8:5ff)</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l5 level1 lfo1; text-align: justify;">Deutro Yesaya. Pada
pasal 40-55 firman Allah dialamatkan kepada orang-orang buangan di Babel
beberapa tahun sebelum kerajaan Babel jatuh ke tangan Raja Parsi (Persia),
Koresy (538 sM). Raja Koresy disebut sebagai “orang yang diurapi” karena
Allah memakainya untuk melepaskan bangsa Israel kembali ke negeri asalnya.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l5 level1 lfo1; text-align: justify;">Teutro Yesaya. Nah,
pada pasal 56-66 pada umunya membawa firman Allah kepada umat yang telah
pulang dari pembuangan dan yang hidup di bawah kuasa Parsi di Tanah
Perjanjian itu.</li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Tentang Pasal 40-55
dialamatkan kepada orang-orang buangan di Babel:</div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l2 level1 lfo2; text-align: justify;">Siapakah orang-orang
buangan itu? Menurut suatu catatan pada penutup kitab Yeremia (52:28-30),
ada 4.600 orang Yehuda dibawa ke Babel dalam tiga gelombang antara tahun
598 dan 582 sM. Ada kemungkinan ini adalah jumlah kaum prianya saja,
sehingga jumlah jiwa keseluruhan dapat mencapai 15 sampai 20 ribu orang.
Mengingat bahwa anggota keluarga ikut dipindahkan. Orang-orang buangan ini
terdiri dari semua golongan masyarakat yang ada di Israel. Di Babel mereka
diizinkan untuk mendirikan rumah dan bertani/beternak dab berdagang. Hanya
untuk kehidupan agama dan budaya dibatasi oleh pemerintahan Babel. Dan
pada waktu-waktu tertentu mereka harus melaksanakan kerja rodi untuk
pembangunan kota Babel. Pasti, sama dengan semua orang yang pernah
mengalami penjajahan dan dibuang, mereka mengingat-ingat akan kebesaran
bangsanya pada masa silam dan menginginkan kuasa Tuhan untuk membebaskan
mereka.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l2 level1 lfo2; text-align: justify;">Bagaimana ceritanya
hingga orang-orang Yehuda terbuang? Sejak abad ke delapan,
kerajaan-kerajaan kecil di daerah Palestina dan Syria terjepit antara
negara besar yang berganti-ganti meluaskan daerah pengaruh dan
kekuasaannya. Demikianlah Kerajaan Selatan (Yehuda) mengalami pembuangan
antara tahun 598 dan 582 sM oleh negara Babel yang memperluas kerajaannya
yang berpusat di tepi sungai tigris dan efrat (Irak sekarang). Sedangkan Kerajaan
Utara (Israel) jatuh ke tangan Assur dan mengalami pembuangan pada tahun
722 dan menandai berakhirnya cerita tentang sejarah Israel (Harry Wendt,
Jalan Ke Tahta, Crossways International, 2005).</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l2 level1 lfo2; text-align: justify;">Tahun 539 SM, Koresy
Raja Persia menaklukkan Babel, dan memasukkan Babel menjadi bagian dari
kerajaanya. Pada tahun-tahun Koresy berpengaruh inilah Yesaya (kedua)
membawa firman Allah kepada orang-orang buangan di Babel antara 546 dan
538 sM. Pada saat itu orang Yahudi sudah menderita selama kurang lebih 40
tahun lamanya di bawah kuasa Babel. </li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
Ada
tiga janji atau jaminan yang Allah nyatakan bagi bangsa itu sebagai tanda
berkatNya yang akan terus tercurah atas kehidupan mereka turun temurun, namun
telah hilang sekaligus dari kehidupan mereka, yakni: Bangsa Israel sebagai
bangsa pilihan dengan Bait Suci dimana Allah suka tinggal telah musnah; Allah sebagai tempat
perlindungan abadi (bd. Yesaya 37:33-37; Mika 3:11 dan Yer. 7:4,10) telah
sirna; dan Tahta Kerajaan runtuh,
meskipun Allah pernah berjanji bahwa Ia akan berdiri untuk selamanya (bd.
I Samuel 7: 12-16; Mzm. 89: 30-38 dan I Tawarikh 22:10). Oleh
para nabi yang kemudian muncul pada abad ke tujuh dan keenam, malapetaka ini dilihat
sebagai hukuman yang Tuhan sendiri jatuhkan atas umat yang telah melanggar
kehendakNya. Penilaian ini kemudian dibenarkan juga oleh orang-orang Yahudi di
Palestina (bd. Kitab Nudub = Pembukaan kitab Yeremia 1: 13-15; 4:8, 13, 16 dan
cerita di dalam kitab Yehezkiel).</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Datang kepada Tuhan?</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Yeremia dengan jelas menggambarkan kondisi bangsa
itu, “mereka kehilangan semangat” (bd. Yeremia 4:9). Benarkah Allah kemudian
berdiam atas kehancuran bangsa pilIhanNya itu dan membuat mereka menjadi tidak
berdaya? Tentu jawabannya TIDAK. Dalam Yesaya 40: 21-31 inilah, Yesaya membawa
firman Tuhan yang memberikan pemulihan dan untuk membangkitkan bangsa Israel
pada masanya dan bagi jemaat Tuhan hari ini dari ketidak berdayaan, kehancuran,
penderitaan yang didera, dan semangat hidup yang sudah pupus. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Setiap orang punya alasan saat hendak atau sedang
melakukan sesuatu. Ada banyak motif yang menyebabkan orang berlaku. Bahkan
kuantitas dan kualitas pekerjaan seseorang akan turut ditentukan oleh motivasinya.
Kita bisa begitu rajin dan giat bekerja, namun ada kalanya kita kehilangan
semangat untuk melakukannya. Bisa saja penyebab di antaranya kehilangan
semangat, vitalitas, tujuan, disorientasi, dukungan dari orang-orang di
lingkungan kita bekerja, dll. Inilah yang pernah dialami bangsa Israel. Mereka
mengalami keraguan, kehilangan semangat, motivasi, dan kehilangan kasih Tuhan
atas kehidupan mereka. Bahkan mereka menganggap mereka sudah dilupakan Tuhan
(Yesaya 40:27). Hal ini semakin diperparah dengan sulitnya kehidupan semasa
pembuangan dan hancurnya bangsa besar yang mereka selalu agung-agungkan. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Ayat 21, “tidakkah kamu tahu, dengar, dan mengerti
siapakah Allah itu?” Begitulah Yesaya kemudian datang secara tegas dan keras
bertanya dengan gaya retorisnya mempertanyakan kembali kepada bangsa Israel
tentang pengenalan mereka akan Tuhan mereka. Yesaya seolah kecewa dengan
kondisi apatis, tanpa daya, kehilangan semangat dan merosotnya keteguhan
kehidupan bangsa itu (Itu juga yang dipertanyaan bagi kehidupan jemaat sekarang
di tengah pengalaman yang sama dengan bangsa Israel pada zamannya). </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Mengalami kondisi sedemikian tentulah sangat sulit
dan bisa berbahaya. Mari sekilas melihat apa yang terjadi dengan bangsa ini.
Tidak jauh berbeda sepertinya, bahwa sebahagian besar masyarakat yang berjumlah
lebih kurang 200 juta jiwa ini sudah kehilangan semangat hidup yakni hidup
positif dan membangun. Tidak hanya dari kalangan kecil, bahkan sepertinya
mayoritas dilakoni oleh kalangan menengah ke atas. Bangsa ini sudah kehilangan
semangat hidup, disorientasi hidup (karakter), dan mengalami kekaburan makna
berbangsa dan bernegara yang Pancasilais dan berdasarkan UUD ’45. Lihat saja
dari indikasi-indikasi kecil yang kerap dipertontonkan bagi kita, misalnya
semakin menurunnya kepercayaan masyarakat atas para elit pemimpin mereka baik
di lingkungan eksekutif, legislatif, yudikatif dan bahkan di lingkungan
keagamaan, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ogahnya </i>atau malasnya
masyarakat untuk berperan aktif dalam membangun perpolitikan bangsa yang jujur,
adil dan berwibawa (pemilu yang tidak menghadirkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">kandater </i>(para kandidat pemimpin-red)<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> </i>dengan kendaraan wibawa, kapabilitas, kejujuran, dapat dipercaya
dan jiwa melayani, melainkan berkendarakan besar-besaran uang, tentu ini juga
melibatkan masyarakat), kriminalitas yang terus menunjukkan angka kenaikan
mulai dari yang dilakukan orang dewasa hingga anak-anak remaja, dan semakin
langkanya hidup yang berjiwa toleran dan saling menjunjung tinggi hak-hak asasi
manusia. Ini semua tentu sudah lebih dari cukup menunjukkan bahwa bangsa ini
juga sudah kehilangan semangat hidupnya. Mau tidak mau dengan kondisi yang
tidak berubah, bangsa ini akan mengalami <i style="mso-bidi-font-style: normal;">collapse</i>
dan bermuara pada kepunahan suatu bangsa. Bangsa ini membutuhkan pemulihan dari
Tuhan lewat kesaksian hidup orang-orang percaya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Mari perhatikan jika ini juga terjadi dalam
kehidupan pribadi kita? Sama seperti yang dialami Ayub namun diakhir cerita ia
kemudian mampu memenangkan “pertarungan” itu. Ayub 17: 1, “semangatku patah,
umurku habis, bagiku hanya tersedia kuburan...”. Ini yang kerap terjadi dewasa
ini dalam kehidupan orang-orang percaya. Bahwa ditemukan semakin melemahnya
semangat juang, vitalitas iman, tujuan dan arah hidup, bahkan terjadi kekaburan
prinsip hidup kekristenan. Semua dampak dari tawar-menawar kepentingan “perut”
yang ingin berkelebihan, bukan berkecukupan (bd. Ibrani 13:5a, “cukupkanlah
dirimu dengan apa yang engkau miliki...”). Eksesnya tidak hanya di ranah
masyarakat dan berbangsa, melainkan juga merembes pada kehidupan persekutuan di
dalam gereja. Lihat saja persekutuan di gereja yang makin hari bukan makin
menjadi berkat melainkan tak jauh beda kondisinya dengan kehidupan bangsa ini.
Di dalamnya di temukan kuantitas anggota jemaat yang semakin berkurang
memberikan diri untuk pengembangan gereja, semakin menurunnya kepercayaan atas
kapasitas pelayanan di gereja, semangat persekutuan semakin tereduksi oleh
kepentingan dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">kepongahan</i>
individu-individu yang haus nama dan prestise, mau tak mau gereja akhirnya
disibukkan dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">bolak-balik </i>perbaiki
turun <i style="mso-bidi-font-style: normal;">mesin, </i> dan tak jalan-jalan (maju-red). Bisa saja
akhirnya gerejapun ikut-ikutan collapse dan terseok-seok menuju kepunahannya
(perhatikan pengantar di atas terhadap sejarah punahnya bangsa Israel sebagai
bangsa pilihan Allah).</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Pada dasarnya Allah menghendaki bahwa kehidupan
kekristenan sebagai kehidupan yang tidak sekedar hidup. Melainkan penuh dengan
gairah dan semangat hidup yang baik dan benar di hadapan Allah. Tentu semangat
itu bersumber dari adanya Roh Kudus yang menaungi kehidupan iman kekristenan
kita. Inilah causa yang menggerakkan orang-orang kristen untuk berbuat baik dan
benar bahkan berkarya besar dalam hidupnya untuk mengisi kehidupan di
sekitarnya. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Lewat firman Tuhan Yesaya 40:1-13,
kita diingatkan bahwa:</div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l4 level1 lfo4; text-align: justify;">Segala kendala dan
tantangan hidup yang kita temukan di setiap pertapakan langkah hidup yang
terkadang memaksa kita untuk ekstra berjuang di dalam iman kepada Kristus.
Dan bagi yang lemah daya juangnya bisa terseret dan tenggelam di “manisnya”
kehidupan dunia. Ibaratnya di tengah pola hidup pragmatis dewasa ini,
makan makanan dengan atau tanpa <i style="mso-bidi-font-style: normal;">peksin
</i>(penyedap rasa) yang gencar diiklankan agar ibu-ibu memasak
menggunakan peksin. Memang rasa makanan akan jauh kurang nikmat jika tanpa
peksin, tentu butuh “perjuangan” alat perasa tubuh kita agar kemudian
lambat laun menjadi nikmat. Akan tetapi, nilai perjuangan itu akan dibayar
dengan perolehan kesehatan tubuh yang baik dan berdampak pada umur panjang
dan kesukaan dalam menjalani hidup. Sebaliknya jika makan makanan dengan
peksin, tentu akan menambah nikmat cita rasa makanan itu, dan tak perlu
perjuangan si alat perasa kita, namun hasilnya kesehatan yang terseok-seok
dan bermuara pada penderitaan oleh sakit penyakit dan umur pendek. Dalam
perjuangan hidup di dalam iman kristen juga tidak jauh bedanya, dibutuhkan
perjuangan dan pengorbanan untuk tetap setia dan berlaku benar dan baik,
di tengah tawar-menawar kepentingan “perut” yang disediakan dunia ini.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l4 level1 lfo4; text-align: justify;">Kita akan tampak dan
dijadikan lemah oleh dunia ini, namun seperti yang dikatakan Paulus bahwa
sebab jika aku lemah aku akan menjadi kuat di dalam kasih Allah (2
Korintus 12:9). Lihat juga pengalaman Yesus Kristus di Taman Getsemani
(Luk. 22: 39:46). Yesus begitu lemah dan tak kuat untuk menahan
tanggungjawab pengutusannya dari BapaNya, namun Ia setia, dan kemudian memperoleh
kekuatan di dalam kasih BapaNya. </li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l4 level1 lfo4; text-align: justify;">Janji Allah bahwa Ia
tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan kita sendiri (Ibr. 13:5b).
Sebab Ia tidak akan pernah menjadi lemah dan lesu untuk menolong kita di atas
kelemahan kita. Yesaya 40:29, “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan
menambahkan semangat kepada yang tidak berdaya”.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l4 level1 lfo4; text-align: justify;">Terakhir adalah,
ingatlah jika beban hidup melanda, jika putus asa dan kesedian menerpa,
datang kepada Tuhan dan nantikanlah kebaikannNya, dengan demikianlah kita
akan mendapat kekuatan yang baru (Yesaya 40:31). Sebagaimana lirik dari
lagu pujian Kidung Jemaat No. 439: 1-4, begitulah janji Tuhan bagi setiap
orang percaya yang datang kepadaNya di dalam segala kondisi dan perjuangan
hidup. <span lang="FI">Datang Kepada Tuhan Yang
Memberi Kekuatan dan Semangat Hidup sebab perubahan bangsa ini terletak
dari nilai perjuangan iman orang-orang percaya dan semangat hidup yang
dimilikinya yang bersumber dari kasih Kristus akan menguatkan anak-anak
Tuhan untuk hadir menjadi pribadi dan karakter yang mengubahkan kehidupan
bangsa ini. </span>Amen.</li>
</ol>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-71797847804653862382012-02-08T10:29:00.001+07:002012-02-08T11:06:55.415+07:00KENAL KAH TUHAN PADA KITA? (1 Korintus 8: 1 – 13)<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b>“ALLAH MENGENAL &
MENGAKUI KITA </b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b>DI DALAM NYATANYA KASIH KITA KEPADA KEHIDUPAN”</b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieaGdLFNX-FA1ShUHpd1DnM06nKa_M0OJFXWLRq5Vu4l5WTugUKIw0FnPRNVcN7jIlp0jPig16Q4swNuZFrOPjh5e000AYhkrKxpruhPfG42Xmek_L-x19Ssoj4t3_0A0Ef7e0wZTDfFE/s1600/DSC03462.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieaGdLFNX-FA1ShUHpd1DnM06nKa_M0OJFXWLRq5Vu4l5WTugUKIw0FnPRNVcN7jIlp0jPig16Q4swNuZFrOPjh5e000AYhkrKxpruhPfG42Xmek_L-x19Ssoj4t3_0A0Ef7e0wZTDfFE/s200/DSC03462.JPG" width="200" /></a>Hari ini kita menemukan banyaknya prilaku anggota masyarakat secara
umum yang sepertinya hidup dengan motto: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">hidup
semau gue</i>. Tidak jarang kita membaca atau menyaksikan siaran televisi yang
mempertontonkan hal itu. Pejabat teras negara yang korup seenak perutnya, warga
yang penuh arogan menghakimi saudaranya yang berbeda agama dengannya, hukum
yang meruncing ke bawah (masyarakat miskin) namun tumpul bagi konglongmerat dan
penguasa, politik <i style="mso-bidi-font-style: normal;">huru-hara </i>untuk
mengalihkan perhatian rakyat, sesama warga dan pengurus gereja yang sulit
berdamai dan hidup dalam persekutuan indah untuk melayani Tuhan dengan benar
dan baik, dan ragamnya prilaku yang mencerminkan gaya hidup di atas.
Pertanyaannya, bolehkah orang-orang kristen mengikuti gaya hidup yang demikian?</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Seputaran tahun 44 SM silam di Korintus<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8997062438332924616#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;">[1]</span></span></span></a>,
sebagai kota pelabuhan yang berkembang dengan budaya dan pengetahuan di atas
rata-rata daerah-daerah di sekitarnya juga mengalami gaya hidup yang sama.
Dimana jemaat Tuhan hadir di tengah heterogennya budaya dan agama, menemukan
diri mereka harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sepertinya
sederhana namun dapat menyesatkan dan merusak kehidupan rohani mereka.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Beberapa di antara pertanyaan-pertanyaan itu berkaitan dengan makanan
dan gaya hidup. Yakni bolehkah orang kristen makan makanan yang telah
dipersembahkan kepada berhala? Sebab ada kebiasaan makanan (daging) yang telah
diberikan kepada berhala dijual kembali di warung-warung di sekitar kota itu.
Dan, bolehkah orang kristen ikut dalam pesta dan makan bersama di dalam kuil
berhala? Sebagaimana kebiasaan orang-orang korintus di waktu-waktu tertentu
untuk berkumpul dan pesta bersama di dalam kuil-kuil berhala.</div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Demikianlah, Paulus menjawab dan menasehati orang-orang kristen di
korintus lewat suratnya yang pertama tentang bagaimana semestinya orang-orang
kristen berlaku atau menanggapinya. Pemikirannya dapat ditemukan secara luas
dalam 1 Kor. 8: 1 – 10:33, Paulus menjawab perdebatan yang dimunculkan
orang-orang korintus tentang daging “makanan” dan kegiatan-kegiatan lainnya
yang mempertaruhkan antara kebebasan seseorang dan “pengetahuan” dan sikap
hidup menahan diri (baca_toleransi) di dalam kasih Kristus.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Paulus mengakui bahwa orang-orang koristus adalah masyarakat yang
berpengetahuan dan maju. Oleh karena itulah Paulus menjawab mereka dengan
beranjak dari asas-asas umum yang mengena dengan kehidupan orang kristen yakni
bahwa orang kristen adalah pribadi yang bebas, tetapi oleh
pertimbangan-pertimbangan kasih Kristus yang dinyatakan dalam dirinya
penggunaan kebebasannya menjadi dibatasi.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8997062438332924616#_ftn2" name="_ftnref2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;">[2]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Pada ayat 1: </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Berangkat dari prinsip KASIH yang mesti dipraktekkan orang kristen di
setiap zaman Paulus menyatakan bahwa orang percaya di dalam pengetahuan yang
dimilikinya haruslah bertindak dengan kasih. Di dalam bertindak dengan kasih
maka orang percaya akan dapat menahan dirinya atau menyangkal dirinya yang
merupakan lawan dari sikap mempertahankan hak dan kebebasan pribadi di atas
kebaikan untuk semua. Dengan menahan diri maka orang percaya dengan sendirinya
akan mampu membatasi dirinya yakni membatasi kebebasannya sebagai pribadi yang
bebas (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">freewill). </i>Dengan demikian ia
dapat menyingkirkan atau tidak mengikutsertakan dirinya terlibat pada segala
kegiatan yang dapat menyakiti pribadi sesamanya. Penggunaan pengetahuan tanpa
kasih akan bermuara pada kesombongan dan penghancuran sendi-sendi kemanusiaan,
sebaliknya dengan kasih maka pengetahuan akan menjadi senjata pertama untuk
membangun peradaban yang baik dan indah.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Pada ayat 2-3: </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Setiap orang yang memaksakan haknya di dalam pengetahuan yang
dimilikinya pada akhirnya akan melemahkan orang-orang di sekitarnya. Dan, sesungguhnya
menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan. Tidak ada pengetahuan yang
sempurna, namun di dalam kasih Allah ia disempurnakan untuk kebaikan kehidupan
manusia. Jika kasih menjadi pertimbangan atas pelaksanaan pengetahuan maka kita
akan menolak tindakan yang merugikan dan melemahkan orang lain. Demikianlah<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> Allah mengenal dan mengakui kita di dalam
kasih yang kita nyatakan terhadap kehidupan di sekitar kita</b>. Benar kita
memiliki pengetahuan (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">ei denai to =
mengentahui sesuatu).</i> Tetapi pengetahuan yang tidak dilandaskan kasih <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(agape)</i> akan mudah menimbulkan
kecongkaan, berpikir licik, jahat, dan destruktif. Sesungguhnya pengetahuan
yang dilandaskan kasih akan mendorong setiap orang untuk mengutamakan,
mengedepankan dan mengindahkan kebaikan demi orang lain. Dengan begitu Allah
akan mengakui kita sebagai milikNya <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(houtos
egnostai hup eutoo).</i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Pada ayat 4-6: </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Di dunia benar banyak berhala<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8997062438332924616#_ftn3" name="_ftnref3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;">[3]</span></span></span></a>
yang mengatasnamakan “allah” namun sesungguhnya mereka tidak berada dalam
kebenaran Allah. Allah yang benar hanya ditemukan di dalam pengenalan yang
benar dan baik di dalam Kristus. Si Iblis akan menuntun orang-orang yang lemah
imannya kepada Kristus untuk terikat di dalam banyak berhala dan meninggalkan
kebenaran di dalam Allah. Perhatikan bahwa iblispun percaya kepada Allah yang
Esa (Yak. 2:19) namun mereka tidak berlaku benar di dalam Allah. Jika
orang-orang percaya hanya percaya kepada Allah, itu tidaklah cukup. Hidup dan
berjuang di dalam kebenaran Allah itulah yang diharapkan dari kita dan yang
membedakan kita dari iblis. Dengan begitu di tangah banyaknya “allah dan
berhala” di dunia ini, kita hanya percaya pada satu Allah di dalam Kristus
Yesus.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Pada ayat 7-8: </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Bukan makan atau tidak makan makanan yang dipersembahkan kepada
berhala atau baik tidaknya hidup kita yang menetukan keberadaan kita di hadapan
Allah. Namun, rasa bersalah dan telah merasa ternodalah yang membuat kita
akhirnya semakin menjauh dari Allah dan kebenarannya ditambah oleh bujuk rayu
si iblis dalam hidup kita. Perhatikan laku hidup Adam dan Hawa setelah mereka
tahu kesalahan mereka dan telah menodai perjanjian mereka dengan Allah (Kej. 3:
10ff). </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Pada ayat 9-12: </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Berhati-hatilah terhadap pengetahuan yang kita miliki. Jangan biarkan
pengetahuan di dalam kebebasan yang Allah berikan di dalam Kristus menjadi batu
sandungan dan melemahkan orang-orang percaya lainnya. Sesungguhnya dengan
begitu kita sudah jatuh ke dalam kesalahan ganda dalam hidup kita yakni kepada
sesama juga kepada Kristus. Bagaimana bisa? Karena saudara <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(adelphos)</i> kita yang masih membutuhkan tuntunan dan olehnya Kristus
telah mati akhirnya menjadi binasa karena mengikuti sikap hidup kita yang
semestinya dapat menjadi teladan baik bagi mereka. Darah Kristus yang tertumpah
menjadi sia-sia oleh pengetahuan kita yang tak dapat menjadi tuntunan dan
teladan bagi saudara-saudara kita.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Pada ayat 13: </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Paulus merangkumkan semua jawabannya atas perdebatan orang-orang
korintus terhadap orang-orang percaya di korintus bahwa segala sesuatu baik
makanan atau kegiatan apapun itu yang selagi itu membuat saudara kita masuk ke
dalam kebinasaan oleh karena dosa (menjadi batu sandungan), Paulus dengan tegas
katakan “aku tidak akan melakukannya atau memakannya”. Inilah sesungguhnya
nilai toleransi di dalam indahnya kasih yang telah kita rasakan dari Kristus
Tuhan kita.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Maka, bolehkah orang kristen ikut-ikutan dengan gaya hidup <i style="mso-bidi-font-style: normal;">semau gue</i> di tengah zaman yang semakin <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ngawur?</i> Sebagaimana Paulus lewat firman
Tuhan mengajari dan mengingatkan kita, tentu jawabannya “aku tidak akan turut
melakukannya”. Kasih Kristus mengajari kita hidup untuk menahan diri (toleransi)
dengan mengindahkan kebaikan demi orang lain di dalam pengetahuan yang kita
miliki. Sesungguhnya demikianlah kita menyatakan kasih kepada Allah yang telah
mau mengenal dan mengakui kita sebagai milikNya. Terpujilah Tuhan!</div>
<div style="mso-element: footnote-list;">
<br />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<div id="ftn1" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">[1]</span></span></span></a>
Kota Korintus yang dikirimin surat oleh Paulus bukanlah kota Korintus Kuno
melainkan kota yang telah dibangun kembali oleh Julius Caesar pada tahun 44 SM
setelah dihancurkan Romawi pada tahun 146 SM, yang kemudian dikenal sebagai
pusat provinsi Romawi yakni Akhaya dibawah kepemimpinan Gubernur Galio. Kota
ini dikenal dengan perkembangan pendidikan, budaya dan agama-agama hellenis
(penyembahan kepada dewa-dewi). Tidak hanya itu, dampak negatif dari
penyembahan dewi asmara (akrokorintus) dan dewa-dewa Romawi lainnya, kota ini
di zaman Aristofanes kemudian dikenal sebagai kota abmoral terlebih dalam
seksual yang juga banyak melibatkan orang-orang kristen di korintus.</div>
</div>
<div id="ftn2" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">[2]</span></span></span></a>
Oleh Marthin Luther kebebasan orang kristen disebutkan sebagai berikut: bahwa
orang kristen bebas dari segala ikatan dan bukan hamba siapapun. Namun, orang
kristen orang yang terikat. Artinya, orang kristen bebas dari segala sesuatu
dan tidak menjadi hamba siapapun sebab di dalam Kristus orang percaya telah
dibebaskan dan beroleh kebenaran. Tetapi, karena tubuhnya masih penuh hawa
nafsu, maka ia harus dikekang dengan perbuatan yang baik dan benar di dalam
aturan kasih Kristus. Namun, perbuatannya itu tidak mendatangkan/mengandung
pahala atau amal atau agar memperoleh keselamatan. Sebab di dalam Kristus orang
percaya telah memperoleh keselamatan. Itulah yang memampukannya berlaku benar
dan baik di dalam kasih Kristus.</div>
</div>
<div id="ftn3" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref3" name="_ftn3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">[3]</span></span></span></a>
Berhala pada konteks kekinian dapat dikonotasikan kepada haus kuasa,
materialistis, perjinahan, kesombongan, ketamakan, dendam, iri, dengki,
permusuhan dan sikap hidup destruktif</div>
</div>
</div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-89224342772167516982011-08-01T21:12:00.003+07:002011-08-04T13:05:39.196+07:00Yohanes 6: 30-35: Kenyang Menerima Roti Hidup Bukan Berarti Tidak Ada Penderitaan<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8tMFNJ7EM4Kl7N6-0V6ZIy219kyaZvnkfB_g6ho_TUhXixTlw4-WSHj5pkrlkevCq7DqZrV8GRAVR6ErOQLuO1NhZkUI5EqnGfOfaYHcp8hMsMYElnw8qK6jO7uieZwPrvAEnl4Auv58/s1600/4.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8tMFNJ7EM4Kl7N6-0V6ZIy219kyaZvnkfB_g6ho_TUhXixTlw4-WSHj5pkrlkevCq7DqZrV8GRAVR6ErOQLuO1NhZkUI5EqnGfOfaYHcp8hMsMYElnw8qK6jO7uieZwPrvAEnl4Auv58/s320/4.jpeg" width="296" /></a></div><div></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>Peristiwa itu...(ayat 29-35)</b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Kehendak Allah agar manusia datang dan percaya kepada Anak Manusia yang Dia utus supaya manusia memperoleh keselamatan. Namun, orang banyak itu, (mewakili banyak manusia yang mengalami pengalaman eksistensi yang sama sebagai manusia di tengah suatu bangsa lintas waktu, hingga saat ini) mempertanyakan kepada Anak Manusia itu, “Apa yang dapat Dia perbuat kepada mereka agar percaya kepadaNya?”. Tidak hanya itu saja, merekapun memperbandingkan kehidupan para nenek moyang mereka ketika bersama Musa. Nenek Moyang mereka memperoleh makan Manna (Keluaran 16: 1-36) yang diyakini mereka turun dari Sorga oleh karena Musa. Lalu, apa lebihnya dengan Anak Manusia itu sehingga mereka harus percaya kepadaNya? Begitulah, akhirnya Anak Manusia memberikan penegasian dan jawab dari pemberbandingan dan pertanyaan orang banyak itu, bahwa bukan Musa yang memberi para nenek moyang mereka makan dengan roti dari Sorga, melainkan BapaNya yang telah mengutus Anak Manusia itu sendiri. Dan sekarang lewat Anak Manusia itu juga akan memberikan Roti Hidup bagi setiap orang yang datang dan percaya kepadaNya. Nah, jika begitu berikanlah kami Roti itu selamanya (biar kami percaya kepadaMu, Anak Manusia, bagaimana?), kata orang banyak kepada Anak Manusia itu. “Akulah Roti Hidup itu. Siapa yang datang dan percaya kepadaKu tidak akan lapar dan haus lagi”, aku Anak Manusia yang tak lain adalah Yesus Kristus (yang oleh orang banyak itu kenal sehari-hariNya adalah Yesus anak Yusuf si Tukang Kayu, orang miskin dan juga tidak memiliki akses kepada penguasa. Pokoknya samalah seperti mereka, orang banyak itu).</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Itulah dialog yang terjadi di Kapernaum. Antara Yesus dan banyak orang yang menjadi “musafir” dengan mengarungi perairan Yam Kinnet, dari Galilea menuju Kapernaum untuk mencari dan akhirnya menemukan Yesus untuk mengalami kembali banyak karya mujizat Yesus yang membuat mereka kagum dan bersenang hati. Selain pengalaman baru bagi penglihatan mereka yang selama ini hanya menikmati pertunjukkan penderitaan oleh kehadiran penjajahan Kaisar Romawi di tanah pertiwi mereka, apa yang dibuat Yesus juga membuat mereka dapat merasakan kekeyangan dari rasa lapar akan makanan. Yang selama ini hasil tanah dan air mereka tidak dapat mereka nikmati dengan merata sama seperti saudara-saudara sebangsa mereka yang hidup mewah dan berkelebihan yang dilindungi oleh kekuasaan para penjajah karena teralienasi oleh keterasingan sosial dan identitas sebangsa dan setanah air, sedarah dan bersaudara.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>Awalnya...</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFvVI4pJ5bphbqWVlfGNZQM22z5BSGQ0TAqlQd1WLY6uVTJoLi5q53ehDSMXZ3lK5DQ16PJzUk_m4jHjy1ATengGJxGtwvPr03UyW9xIjdutlgtTnhx905L-BHoAOEnXOAFO-fX3B3MU0/s1600/8.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFvVI4pJ5bphbqWVlfGNZQM22z5BSGQ0TAqlQd1WLY6uVTJoLi5q53ehDSMXZ3lK5DQ16PJzUk_m4jHjy1ATengGJxGtwvPr03UyW9xIjdutlgtTnhx905L-BHoAOEnXOAFO-fX3B3MU0/s320/8.jpeg" width="249" /></a></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span id="goog_1817039899"></span><span id="goog_1817039900"></span>Tentang Galilea (tempat yang mengawali semua peristiwa dialog ini, Yohanes 6:1-15) merupakan daerah ekspor perikanan yang termasyur di seluruh daerah kekaisaran Romawi. Terletak di pinggiran Danau Galilea. Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru Danau Galilea dikenal dengan banyak nama. Bilangan 34:11 disebut dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kineret </i><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 115%;">(wilayah suku Naftali, Zebulon, dan Isakhar; suku yang terkecil dan hampir dianggap tidak ada)</span>; Yosua 12:3 dikenal dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kinerot</i>, dan dalam Lukas 5:1 dan Yohanes 21:1 disapa dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Genesaret</i> dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Tiberias</i>. Dalam bahasa Ibrani familiar dikenal sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Yam Kinneret</i>. Bermuaranya Sungai Yordan dari sebelah Utara membedakan Danau Galilea yang dikenal juga dengan Laut Galilea dengan panjang 21 km dan lebar 11 km yang berada 211 m di bawah permukaan laut dengan Laut Mati. Danau ini mengandung air tawar sehingga memungkinkan untuk usaha perikanan di sepanjang pesisirnya. Meskipun begitu, menurut catatan Markus di beberapa wilayahnya ada juga perbukitan, di bagian Timur daratannya berlereng-lereng dan berjurang (Markus 5:13). Hanya saja, soal kesejahteraan masyarakatnya tidak merata. Masyarakat kemudian dinilai atas kuat dan lemah; kaya dan miskin; dan minoritas dan mayoritas. Begitulah akhirnya, ketika Yesus mengawali karya keselamatanNya di Galilea, Dia berjumpa dengan banyak orang-orang yang terasingkan dari kehidupan sosial masyarakat. Golongan masyarakat yang tidak memiliki hak kepemilikan atas hasil bumi pertiwinya sendiri banyak dijumpai oleh karena keterbatasan akses mereka dengan penguasa negeri (sepertinya hampir tidak jauh berbeda dengan yang dipertontonkan di negeri ibu pertiwi ini). Kayaknya juga, istilah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">The Survival of The Fittest </i>(yang bertahan adalah yang kuat) menjadi motto penduduknya dengan sokongan para penjajah Romawi, hingga hari ini hampir sama dengan yang terjadi di bumi pertiwi bangsa tercinta, Indonesia dengan kaum elit politik, pengusaha, teknokrat dan elit-elit lainnya penguasa bangsa ini yang menjadi “penentu” bagi jutaan nasib rakyat yang tidak beruntung oleh segala keterbatasannya. Sadar tidaknya kita, dengan bercermin dari keadaan realitas bangsa ini sepertinya Tuhan sudah menjadi “pengangguran” di atas ciptaanNya sendiri, sama dengan jutaan penduduk negeri ini yang bau, miskin, pengangguran, tidak berpendidikan, sakit-sakitan di atas melimpahnya hasil bumi pertiwinya yang tidak dapat dinikmati dengan merata sebagai dampak dari kealpaan rasa kemanusiaan para elit penguasa negeri ini. Sebenarnya Tuhan bukan mati, melainkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">nganggur </i>(God is not Death, but God is Unemployed). Bagaimana Tuhan tidak <i style="mso-bidi-font-style: normal;">nganggur, </i>karena sudah langka manusia di negara ini yang tidak lagi mau taat dan setia dalam melakoni perannya sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">patner</i> Tuhan melestarikan, memperadabkan, dan mengisi dengan mengembangkan keindahan bumi ini dengan segala isinya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Kesamaan konteks yang ada dalam teks uraian Yohanes ini dengan keberadaan bangsa kita hari ini, menghantarkan banyak orang itu (orang Galilea, yang juga mewakili gambaran orang-orang dari negeri ini) mencari Yesus bukan karena mereka percaya bahwa Yesus adalah Anak Manusia yang Allah utus itu lewat banyaknya karya Yesus yang sebelumnya mereka telah rasakan. Melainkan mereka bela-belain mencari Yesus hingga ke Kapernaum semata-mata dengan satu tujuan agar mereka tidak lapar lagi. Kebutuhan mereka terpenuhi. Pokoknya tidak lapar lagi (bdn. Yohanes 6:26). Setelah itu bolehlah untuk percaya kepada Yesus bahwa Dia adalah Anak Manusia yang di utus Allah. Bahkan untuk melakukan apa yang dideskripsikan Yesus dalam ayat 27-29 dengan senang hati akan dilaksanakan. Hingga tetes darah terakhirpun jadilah, yang penting memperoleh manna yang sama dinikmati para nenek moyang mereka (bdn. ayat 30).</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>Kemudian...</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTm6-zsi6jpJV0brtqKvVznlRaUTs7hi3zYcFEkJ1FAB8atmQ9miy0oNY0MO8orH7MniVfDh38bMpox4vKz7IcVXDqTEmrLHDRofe189hwL011e2X3rMeASAeKNBwJa9r1zGkg9tyv75c/s1600/9.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="144" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTm6-zsi6jpJV0brtqKvVznlRaUTs7hi3zYcFEkJ1FAB8atmQ9miy0oNY0MO8orH7MniVfDh38bMpox4vKz7IcVXDqTEmrLHDRofe189hwL011e2X3rMeASAeKNBwJa9r1zGkg9tyv75c/s320/9.jpeg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Adalah tabiat manusia untuk terlebih dahulu memperhitungkan dan mencari keuntungan dari apa yang akan dikerjakannya. Apa dulu yang diterima baru ada ketaatan, kepatuhan, loyalitas, dan kebersaudaraan. Lihat saja pengalaman M. Nazzaruddin (yang akhir-akhir ini mengalahkan ketenaran Presiden SBY) dengan Anas Ubaningrum, dari saudara bahkan teman sejati menjadi musuh besar karena telah pecah kepentingan dan keberuntungan dalam “bagi-bagi” APBN (untuk APBN, masih katanya, belum terbukti demi hukum, atau memang tidak akan terbukti; <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ecek-eceknya biar semua aman</i>) untuk kepentingan masing-masing. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Demikianlah orang banyak itu datang kepada Yesus. Lewat dialog dengan Yesus diperlihatkan kepada kita sekarang bahwa mereka datang bukan karena percaya, melainkan karena keinginan pemenuhan kebutuhan mereka; nah setelah ada <i style="mso-bidi-font-style: normal;">untung,</i> kalau mau percaya ya silahkan saja. Untuk percaya harus dibayar dengan apa dulu yang mau diberikan Yesus, kira-kira begitulah tuntutan mereka. Percaya sama dengan bekerja harus ada syaratnya, untung atau rugi. Sangat disayangkan, bahwa mereka bekerja (mencari Yesus jauh-jauh) untuk makanan yang akan habis, bukan untuk makanan yang bertahan hingga kepada hidup yang kekal (ayat 27). Padahal Yesus mau mereka (dan kepada kita saat sekarang ini) adalah datang kepada Yesus dan percaya Dialah Anak Manusia dan memperoleh keselamatan.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>Hidup Beriman... </b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0IigJw3MKOjaZedqvBLCJRf7rlCJWhZNWFulP2Seko59AA9G3io580ordeKap47K93goAHIIFeu6qZPA5z04jPG-y14PG2TxUVvr3erkVeVEgTIPEC1Mst86H87R1dfLSKFdAi-xTBBM/s1600/11.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="204" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0IigJw3MKOjaZedqvBLCJRf7rlCJWhZNWFulP2Seko59AA9G3io580ordeKap47K93goAHIIFeu6qZPA5z04jPG-y14PG2TxUVvr3erkVeVEgTIPEC1Mst86H87R1dfLSKFdAi-xTBBM/s320/11.jpeg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Sesungguhnya kehidupan beriman tidaklah demikian. Ada deal-deal (kesepakatan-untung rugi) baru percaya atau tidak. Kehidupan beriman kita adalah sepenuhnya buah dari pekerjaan Allah yang mau memberikan diriNya untuk ditemukan oleh manusia dengan segala keberdosaannya. Dan oleh kebersediaan kasihNya kita boleh percaya dan memperoleh keselamatan yang dibawa oleh Anak Manusia, Yesus Kristus. Semua itu adalah pekerjaan Allah di dalam anugerah yang diberikan kepada kita. Bukan karena syarat-syarat yang kita tawarkan kepada Allah, sehingga kita diselamatkan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Hidup dalam keselamatan di dalam Yesus Krisus itulah yang dengan anugerahNya menghantarkan kita pada berkehidupan yang tidak akan merasakan lapar dan haus lagi. Sebagaimana dinyatakan Yesus, bahwa Dialah Roti Hidup itu, siapa yang datang dan percaya tidak akan lapar dan haus lagi (ayat 35). </div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>Tentang Roti Hidup dan Kita...</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge1FB0Vc5w554_X717j_P3gji0V0rjSSvzPGoWmQ5zdemsWkv6sDBjyH0BPGkim-A_hfNA9SgOrWedd64jiDFboCvzsLOvD_Fg_iHjyhzpT0sPkuFX4MHLUB9OyV8ppwjs4ECowDJvON4/s1600/7.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="235" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge1FB0Vc5w554_X717j_P3gji0V0rjSSvzPGoWmQ5zdemsWkv6sDBjyH0BPGkim-A_hfNA9SgOrWedd64jiDFboCvzsLOvD_Fg_iHjyhzpT0sPkuFX4MHLUB9OyV8ppwjs4ECowDJvON4/s320/7.jpeg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Menerima Yesus sebagai Roti dan Hidup berarti hidup dalam keselamatan. Hidup dalam keselamatan berarti hidup berkelimpahan alias tidak kelaparan. Apakah benar hanya dengan datang dan percaya kepada Yesus kita tidak akan kelaparan? Ya. Tetapi, bukan berarti manusia tidak membutuhkan lagi makanan, tetap butuh. Hanya saja, dengan datang dan percaya kepada Yesus, manusia tidak lagi dikuasai oleh makanan. Hidupnya bukan lagi semata-mata untuk mencari makanan dan menjadi kenyang (bdn. ayat 26b). Hidup tidak lagi sebatas kenyang, melainkan hidup untuk pekerjaan Allah. Artinya, hidup sebagai Imago Dei. Hidup sebagai Patner Allah di dalam pekerjaan Yesus, Anak Manusia yakni menjadi rekan sekerja Yesus mewujudkan keharmonisan derap langkah kehidupan seisi bumi.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Bagaimana? Dengan datang dan percaya kepada Yesus, hidup manusia tidak lagi sebatas untuk pemenuhan kepentingan perut dan nafsu (pakaian mahal, tempat tinggal menjulang ke tanah (untuk mengimbangi rumah-rumah yang menjulang ke langit dewasa ini dengan pelbagai kelengkapannya yang serba lux, prestise dengan status sosial superior, dan kekuasaan). Melainkan menjadi patner Yesus yang ikut serta untuk menguasai alias mengusahakan bumi (Kejadian 1:28) dengan di antaranya: menjadi teman bagi orang-orang yang tidak beruntung oleh keabsenan keadilan di setiap sendi kehidupan bangsa ini; menjadi teman bagi mereka yang teralienasi oleh hilangnya kepekaan sosial terhadap sesama; menjadi pribadi-pribadi dengan tangan dingin untuk menimalisir kerusakan lingkungan hidup – jika tidak lagi dapat untuk diperbaharui; menjadi pribadi-pribadi yang menjadikan kerukunan di tengah keluarga, masyarakat dan terutama di Gereja sebagai nafas hidup keberimanan; dan menahan diri untuk menjadi penguasa-penguasa baru yang tak pernah puas akan hak kepemilikannya, melainkan membiarkan diri menjadi pengawal keharmonisan peradaban kehidupan.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Inilah Roti Hidup itu, yang dengan menerimanya manusia yang datang dan percaya pada Yesus tidak akan mengalami kelaparan dan kehausan lagi. Bagaimana bisa? Sebab semua yang di dalamNya akan selalu merasa berkecukupan dengan kepemilikan yang diberikan Allah, tanpa lagi harus menambahinya dengan usaha-usaha yang ditawarkan si Jahat Iblis lewat setiap kesempatan yang ada pada pekerjaan setiap manusia dimana Allah mengembankannya kepada kita sebagai alat mengusahakan bumi dan isinya. Niscaya dengan begitu, setiap orang akan dapat secara merata menikmati hasil isi bumi sebagai hasil ciptaan Allah yang adalah melimpah dan baik adanya. Mulai dari tukang becak, pemulung sampah dan barang bekas, tukang sepatu di pinggiran jalan, tukang bangunan, penambal ban, hingga pejabat teras pemerintahan eksekutif, legislatif dan yudikatif serta tidak lupa para ustad dan pendeta. (Untuk yang terakhir disebut penting agar tidak ada lagi kedengaran ada yang ribut-ribut hanya persoalan mutasi tempat pelayanan, hingga perebutan status sehingga berdampak pada “mangkirnya” tujuan utama tugas dan kewajibannya sebagai para punggawa kehidupan spritual di tengah hidup beriman jemaat Tuhan. Sebab, sesungguhnya rentannya kuasa kejahatan termanifestasi di tengah-tengah masyarakat dan bangsa ini tak lain ekses dari keringnya kehidupan beriman yang bermuara pada terendapnya kekuatan moral untuk mengatakan tidak pada usaha-usaha kejatahan. Sepertinya perlu reorientasi atas eksistensi keberagaman keberagamaan di tangan para pemimpinnya di Tanah Ibu Pertiwi ini. Sudahkah hadir terutama sebagai landasan kehidupan bermoral atau malah menjadi alat pemuasan perut dan nafsu). Maka, tidak ada lagi penilaian manusia terhadap sesamanya atas lemah dan kuat; besar dan kecil; minoritas dan mayoritas dan banyak lagi perbandingan nilai-nilai yang dianut masyarakt di tengah bangsa ini yang tidak jarang menimbulkan kekerasan horinzontal.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>Menerima Roti Hidup adalah Cinta tanpa Syarat...</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJgDYV0pPXvFLg3OVws3HIHMZFxkmGDPdo7fM6pG7fONWiaErI5moNoLYVVI4wpcd4GRUqbjvooigj1p9K5tnIM8YfjygHJd7SgwFFlo1MLZ6faTZ_VXiaBKAImaUZuOy-ePUuGbhr_Tw/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJgDYV0pPXvFLg3OVws3HIHMZFxkmGDPdo7fM6pG7fONWiaErI5moNoLYVVI4wpcd4GRUqbjvooigj1p9K5tnIM8YfjygHJd7SgwFFlo1MLZ6faTZ_VXiaBKAImaUZuOy-ePUuGbhr_Tw/s320/images.jpeg" width="241" /></a></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Cinta tanpa syarat itulah menerima Roti Hidup. Untuk datang dan percaya supaya menerima Roti Hidup itu, tentunya bukan didasarkan oleh tawar-menawar dengan Allah. Yang dibutuhkan adalah kesadaran bahwa Allah telah dengan inisiatifNya saja berkenan untuk ditemukan manusia dengan keberdosaannya dan kemudian menerima keselamatan. Dengan adanya kesadaran sedemikian itu, maka akan menghadirkan kebersediaan diri manusia untuk selalu berupaya mencari dan menemukan Yesus sebagai Roti Hidup (pekerjaanNya) di setiap dimensi kehidupan manusia. Itulah manifestasi syukur dan respon manusia atas Anugerah yang Allah berikan. Dengan begitu, mencari dan menemukan Yesus bukan lagi untuk “kenyang” versi orang banyak di Galilea di zaman Yesus itu sebagai sebuah syarat. Melainkan, untuk memperoleh kekeyangan spritual di dalam keselamatanNya. Tentunya “keyang spritual” akan menghantarkan manusia tidak menjadi manusia yang lapar akan pemenuhan hawa nafsu semata di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi menjadikan manusia yang bersahaja, penuh keharmonisan, pemersatu. Pokoknya bisalah menghadirkan manusia-manusia yang hidup di dalam Roh seperti yang Yesus kehendaki lewat tulisan surat Paulus kepada jemaat Galatia (Galatia 5:22-26). Diberkati untuk memberkati. Itulah kenyang untuk mengeyangkan di dalam karya keselamatan Yesus yang adalah Roti Hidup itu. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXRaF3CDsKehWj7Y1AMINLPNxVaWoiv8hnbOCWkgcwCL7yRjeca1ylBhYli5fMdGMJySPBN-mtLcLJ9d478hTeoHa8l4zJ9WOqn7wOMGtnwUb6sBguW3lfgclJIBrFhFMIgvE0eaNov0I/s1600/13.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="264" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXRaF3CDsKehWj7Y1AMINLPNxVaWoiv8hnbOCWkgcwCL7yRjeca1ylBhYli5fMdGMJySPBN-mtLcLJ9d478hTeoHa8l4zJ9WOqn7wOMGtnwUb6sBguW3lfgclJIBrFhFMIgvE0eaNov0I/s320/13.jpeg" width="320" /></a><b>Menerima Roti Hidup: Keyang bukan berarti tidak ada penderitaan...</b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Datang dan percaya Yesus sebagai Roti Hidup sama dengan kenyang dan tak haus lagi. Bukan berarti tidak ada penderitaan. Malah akan semakin banyak dan rumit. Sebab, mencari dan menemukan Yesus bukan berarti bebas dari penderitaan oleh karena hiruk pikuk dan tantangan kehidupan, himpitan hidup, kekecewaan hidup, disharmonisasi, kepahitan hidup, dan ketidakbersahajaan hidup yang bisa saja terakumulasi menjadi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">chaos</i> (kekacau balauan) hidup. Menerima Roti Hidup bukan untuk terbebas dari semua itu. Melainkan inilah kebahagiaan itu, yakni bersama-sama dengan Kristus diikutsertakan berjuang mengatasi semua kekacauan hidup itu. Menjadikan kita mampu bertahan dan tidak goyah (Kisah Para Rasul 15:28) dengan apa yang diperhadapkan dunia dengan hegemoninya yang jikalau tidak kuat bisa membuat kita menderita neorosis hingga psychosis (Neorosis merupakan keruwetan hidup (jiwa) yang tidak dapat dikontrol oleh manusia karena ia tidak mengetahui penyebabnya. Misalnya marah-marah, bernyanyi dengan nyanyian itu-itu saja tanpa disadari, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ngomong</i> tentang itu-itu saja, keresahan tak menentu dll. Psychosis merupakan neorosis akut yakni kegilaan, sakit jiwa).</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfZKsIEilOx9soXC5klTO9EsZr8CvYMLRZZNlz3KHg6o36P7f_RS1b7_M0G8FF8WR9mVQoTwhN10PRflfGxF4WHogCGjyl9T4L0yPg0DBNbJTjG2IzJibpuX0-fEGgHvCXFLVbH0-k3eU/s1600/14.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfZKsIEilOx9soXC5klTO9EsZr8CvYMLRZZNlz3KHg6o36P7f_RS1b7_M0G8FF8WR9mVQoTwhN10PRflfGxF4WHogCGjyl9T4L0yPg0DBNbJTjG2IzJibpuX0-fEGgHvCXFLVbH0-k3eU/s200/14.jpeg" width="157" /></a>Menerima Yesus sebagai Roti Hidup artinya denganNya kita akan selalu diyakinkan dan menjadi pemenang yang sanggup bertahan (standhood) menghadapi serangan si Jahat Iblis dengan kegemerlapan duniawi. Tujuan si Jahat Iblis hanya satu, yakni memporak-porandakan kehidupan kita. Mencuri satu persatu berkat-berkat Allah dalam hidup manusia sehingga menimbulkan misalnya rumah tangga yang tak kunjung harmonis, generasi muda jatuh dalam cengkraman Narkoba dan Penyakit sosial masyarakat lainnya, ketidakpuasan akan apa yang dimiliki, perseteruan dalam pekerjaan, perpecahan dalam masyarakat bahkan hingga ketengah-tengah kehidupan gereja, dll. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsO4OFEhjwklJKaYLD66fnYDqSfNm6nQTxxqM4gBxeohSbuBns3Dc2VLNFwlAubYW11V90DmD6PbnOcsdg_XFMzEUu482HCBtRF81xWU_cPSclI_TQtF5p8apy_jHesO5XomhIqqEbJf0/s1600/52.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsO4OFEhjwklJKaYLD66fnYDqSfNm6nQTxxqM4gBxeohSbuBns3Dc2VLNFwlAubYW11V90DmD6PbnOcsdg_XFMzEUu482HCBtRF81xWU_cPSclI_TQtF5p8apy_jHesO5XomhIqqEbJf0/s320/52.jpeg" width="260" /></a></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>Roti Hidup yang Menyempurnakan hidup...</b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Yesus sebagai Roti Hidup menghantarkan kita kepada kesempurnaan hidup. Allah mau kita berhasil menikmati kehidupan yang Dia berikan beserta mengusahakan isi bumi yang Dia ciptakan. Untuk itulah Allah melalui Anak Manusia yang diutusNya, di dalam Yesus, mau memberikan kita Roti Hidup. Maka, mari datang dan percayalah. Terimalah dan “makanlah”, sebab Allah di dalam Yesus akan menyempurnakan hidup kita. Bukankah Allah menghendakinya, yakni supaya setiap orang yang melihat Anak Manusia dan percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Anak Manusia membangkitkan orang percaya pada akhir zaman (bdn. ayat 40). </div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Terpujilah Jahowa di dalam Yesus Tuhan. Amin.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Doa: Mazmur 119: 9-16 </div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-32035651363393863372011-07-06T21:19:00.004+07:002011-07-06T21:40:05.178+07:00NOTULENSI SEMINAR KONFESI AUGSBURG 1530 HKI<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7MeE55kMpuOSEZmoRl0oO2H4kMOUV2zCDq6GHYH0gNcK8jfmroatJXlDy-w4kxOfwa49CdiJ09UQxMQzBJ3sLUNnanFJGUt1B0sL4uiIszAzDeWjwAjlommERr98t6r1HZ2NjALVU84Y/s1600/13022011490.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7MeE55kMpuOSEZmoRl0oO2H4kMOUV2zCDq6GHYH0gNcK8jfmroatJXlDy-w4kxOfwa49CdiJ09UQxMQzBJ3sLUNnanFJGUt1B0sL4uiIszAzDeWjwAjlommERr98t6r1HZ2NjALVU84Y/s320/13022011490.jpg" width="320" /></a></div><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CPc02%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CPc02%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CPc02%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:"Trebuchet MS";
panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:IN;}
p.MsoFooter, li.MsoFooter, div.MsoFooter
{mso-style-unhide:no;
mso-style-link:"Footer Char";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
tab-stops:center 3.0in right 6.0in;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:IN;}
a:link, span.MsoHyperlink
{mso-style-unhide:no;
color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
color:purple;
mso-themecolor:followedhyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
span.FooterChar
{mso-style-name:"Footer Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:Footer;
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-ansi-language:IN;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:595.35pt 842.0pt;
margin:70.9pt 70.9pt 70.9pt 85.05pt;
mso-header-margin:35.45pt;
mso-footer-margin:35.45pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1075860630;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:860102842 -1973651798 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:.75in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.25in;}
@list l1
{mso-list-id:1355955497;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:497322174 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l2
{mso-list-id:1633050849;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-810622494 1422162932 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l2:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:.75in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.25in;}
@list l3
{mso-list-id:1752047681;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1393711334 337816384 67698713 1647472172 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l3:level1
{mso-level-tab-stop:.75in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.5in;}
@list l3:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:1.0in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l3:level3
{mso-level-start-at:3;
mso-level-tab-stop:.75in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.5in;}
@list l4
{mso-list-id:1800873331;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:564843168 125203198 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l4:level1
{mso-level-tab-stop:1.0in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.0in;
text-indent:-.5in;}
@list l5
{mso-list-id:1956137724;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1559303592 -1330197114 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l5:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:.75in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.5in;}
@list l6
{mso-list-id:2133938931;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-139180562 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l6:level1
{mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
ol
{margin-bottom:0in;}
ul
{margin-bottom:0in;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN"> Para Candidat Pendeta HKI Dalam Seminar Konfesi Augsburg 1530</span></b><br />
<b><span lang="IN">(notulen: nomor 3 dari kiri barisan berdiri di depan)</span></b><br />
<br />
<br />
</div><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CPc02%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CPc02%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CPc02%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:"Trebuchet MS";
panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:IN;}
p.MsoFooter, li.MsoFooter, div.MsoFooter
{mso-style-unhide:no;
mso-style-link:"Footer Char";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
tab-stops:center 3.0in right 6.0in;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:IN;}
a:link, span.MsoHyperlink
{mso-style-unhide:no;
color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
color:purple;
mso-themecolor:followedhyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
span.FooterChar
{mso-style-name:"Footer Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:Footer;
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-ansi-language:IN;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:595.35pt 842.0pt;
margin:70.9pt 70.9pt 70.9pt 85.05pt;
mso-header-margin:35.45pt;
mso-footer-margin:35.45pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1075860630;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:860102842 -1973651798 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:.75in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.25in;}
@list l1
{mso-list-id:1355955497;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:497322174 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l2
{mso-list-id:1633050849;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-810622494 1422162932 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l2:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:.75in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.25in;}
@list l3
{mso-list-id:1752047681;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1393711334 337816384 67698713 1647472172 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l3:level1
{mso-level-tab-stop:.75in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.5in;}
@list l3:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:1.0in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l3:level3
{mso-level-start-at:3;
mso-level-tab-stop:.75in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.5in;}
@list l4
{mso-list-id:1800873331;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:564843168 125203198 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l4:level1
{mso-level-tab-stop:1.0in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.0in;
text-indent:-.5in;}
@list l5
{mso-list-id:1956137724;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1559303592 -1330197114 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l5:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:.75in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.5in;}
@list l6
{mso-list-id:2133938931;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-139180562 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l6:level1
{mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
ol
{margin-bottom:0in;}
ul
{margin-bottom:0in;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Konfesi Augsburg 1530 Artikel II, IV, VI & XX<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><b><span lang="IN">I. DOSA ASALI – DOSA WARISAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Sejak kejatuhan Adam, semua manusia yang dilahirkan menurut hakikat manusia, dikandung dan dilahirkan dalam dosa, yaitu bahwa semua manusia penuh dengan nafsu iblis dan keinginan yang jahat mulai dari rahim ibunya, dan tidak mampu secara alamiah mempunyai rasa takut yang benar kepada Allah atau iman yang benar dalam Allah. Pada umumnya, kaum skolastik menolak dosa Asali, atau dosa warisan. Ajaran Pelagius sangat mempengaruhi theologia mereka. Ada 7 pokok ajaran Pelagius yang sesat yaitu: Adam diciptakan untuk mati dan akan mati sekalipun ia tidak berdosa. Kematian bukanlah akibat dosa; KejaTuhan Adam kedalam dosa hanya dia sendiri dan tidak mempunyai akibat bagi keturunannya; Anak-anak yang dilahirkan tidak berdosa; Anak-anak yang tidak dibaptiskan dan meninggal pada masa bayi tetap memperoleh keselamatan; Manusia mati bukan karena kejaTuhan Adam kedalam dosa, dan manusia bangkit dari antara orang mati bukan didasarkan pada kebangkitan Kristus; Hukum Taurat dapat memimpin orang kedalam kerajaan surge sama seperti Injil; dan sebelum Kristus, ada orang yang berdosa. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="FI">Dalam Konsili Oikumenis di Konstantinopel tahun 431, ajaran Pelagius dikutuk. Pelagianisme tidak pernah menjadi satu gereja pecahan, namun hanyalah suatu aliran pemikiran theologia dalam gereja. Menurut <b>Yohanes Bonaventura</b> (Lahir 1221 di Tuskang): <i>Dosa Asali adalah nafsu yang melampaui batas, kurangnya kebenaran yang sesungguhnya.</i>Sedangkan menurut <b>Hugo</b> (Uskup di Grenoble, Perancis 1053-1132), dosa Asali adalah ketidaktahuan dalam jiwa dan nafsu dalam tubuh. Maksudnya ialah bahwa sewaktu lahir, kita membawa ketidaktahuan mengenai Allah, ketidakpercayaan, ketidakyakinan, penghinaan, dan kebencian terhadap Allah. Bandingkan: I Kor 2:14 “<i>Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya,…</i>” Rom 7:5 “<i>Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh Hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita…..</i>” Pengakuan akan dosa Asali/warisan, adalah suatu hal penting, sebab kita tidak bisa mengetahui bagaimana besarnya kasih karunia Kristus jika kita tidak mengakui kesalahan kita. Semua kebenaran manusia adalah munafik di hadapan Allah, sebelum kita mengakui bahwa hati kita sendiri sebenarnya kekurangan kasih, takut, dan kurang keyakinan kepada Allah. Kita memperoleh pengampunan dosa hanya oleh iman kepada Kristus, bukan melalui atau oleh sebab kasih atau usaha. Mazmur 32: 1 “<i>Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi !</i>” Oleh sebab itu, kita dibenarkan hanya oleh iman. Pembenaran dipahami sebagai “membuat orang tak benar menjadi benar, atau menjadikannya lahir kembali. Kristus telah diberikan kepada kita untuk menanggung dosa dan hukuman kita dan untuk menghancurkan pemerintahan iblis, dosa dan kematian. Oleh karena itu , kita tidak dapat mengenal berkatNya apabila kita tidak mengenal kejahatan kita. Dosa itu diampuni oleh sebab Kristus, Juru Damai. Rom 3: 25 “ <i>Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya…</i>”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="FI">Pengampunan dosa adalah sesuatu yang dijanjikan oleh sebab Kristus. Karena hal tersebut, hanya dapat diterima diatas iman. Dalam Rom 4: 16, Rasul Paulus berkata : “<i>Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham….</i>”. Bandingkan Gal 3:18 “<i>Sebab, jikalau apa yang ditentukan Allah berasal dari hukum Taurat, ia tidak berasal dari janji; tetapi justru oleh janjilah Allah telah menganugerahkan kasih karuniaNya kepada Abraham.</i>” Menjadi Kristen adalah menjadi ciptaan baru, menjadi tuan dan hamba sekaligus, menjadi orang yang merdeka tetapi terikat, yang berdosa tetapi dibenarkan (<i>simul iustus et peccator</i>). <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><b><span lang="FI">II. PEMBENARAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="FI">Bagi Marthin Luther, pembenaran oleh iman pada mulanya merupakan pergumulan dan pengalaman untuk memperoleh kasih karunia Allah. Pertanyaan yang sering muncul dan merupakan pergumulan pribadi yang sangat menyiksanya ialah: “Bagaimana saya memperoleh kasih karunia Allah?” Kita tidak dapat memperoleh pengampunan dosa dan kebenaran di hadapan Allah oleh perbuatan kita sendiri, melainkan kita beroleh pengampunan dosa dan menjadi benar di hadapan Allah karena anugerah Kristus melalui iman percaya kita yang sungguh. Melalui pembacaan surat Paulus kepada Jemaat di Roma, (Roma 1: 16-17) berkata : “…Orang benar akan hidup oleh iman…”. Marthin Luther menemukan pengertian yang baru tentang perkataan Paulus dalam Roma 1: 16-17 “…Orang benar akan hidup oleh iman…”, Marthin Luther mengartikan kebenaran Allah tidak lain daripada rahmat Allah yang menerima orang berdosa serta berputus asa terhadap dirinya tetapi menolak orang-orang yang menganggap dirinya baik. Kebenaran Allah adalah sikap Allah terhadap orang-orang berdosa yang membenarkan manusia berdosa karena kebenaranNya. Tuhan Allah menggunakan kebenaran Kristus kepada manusia berdosa dan karena itu Tuhan Allah memandang manusia berdosa sebagai orang-orang benar. Lebih tegas lagi dikatakan dalam Rom 3: 28 “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman (sola fide), dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="FI">Bagi Marthin Luther, Injil dan Hukum Taurat adalah dua hal yang sangat berbeda. Hukum Taurat memberitahukan apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang sehingga kita mengenal dosa-dosa kita. Injil mengatakan bahwa dosa-dosa kita telah diampuni dan segala sesuatu telah digenapi. Hukum Taurat berkata “…Bayar hutangmu…!” Sedangkan Injil berkata “…Dosamu telah diampuni…”. </span><span lang="IN">(Rom 7: 7-12). Pembenaran oleh iman adalah ajaran yang fundamental bagi Gereja Lutheran dimana “Gereja itu berdiri atau runtuh” (Stantis et Cadentis Ecclisiae). Kita harus terinspirasi dari Marthin Luther yang berani menentang tradisi Gereja Roma ketika Gereja itu nyata-nyata kepadanya bukan lagi alat-alat pelayanan Tuhan untuk membebaskan umatNya. Kebenaran ialah pertama-tama tuntutan pada diri sendiri, dan orang benar adalah penuntutnya sendiri. Hab 2: 4 “…Orang yang benar akan hidup oleh sebab imannya”. Bagi Marthin Luther, kebenaran Allah, berarti ketetapan Allah menjadi benar kepada seseorang melalui imannya. Allah menganugerahkan status benar kepada seseorang melalui imannya. Rom 3: 24 “Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” (Sola Gratia). Hanya oleh anugerah. </span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">III. IMAN DAN PERBUATAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Orang yang mempunyai iman yang sungguh di dalam Yesus Kristus harus menghasilkan buah-buah dan perbuatan-perbuatan yang baik, dan kita harus melakukan semuanya itu sesuai dengan perintah Allah. Dalam hal ini kita pantas meniru seorang Bapa Gereja Barat yang terkenal, Ambrosius, Uskup Milano. Ambrosius sangat tegas terhadap kaisar-kaisar yang tidak setia untuk membantu Gereja, atau yang tidak berlaku adil kepada rakyatnya. Dia berjuang dengan gigih untuk mempertahankan hak-hak dan kewibawaan Gereja di hadapan kaisar. Tuntutannya adalah agar kaisar menjadi pembela kepentingan Gereja. Apa relevansinya kepada situasi kita sekarang di era globalisasi ini? Sebagai buah iman, perbuatan atau aksi-aksi yang nyata apakah yang sudah dan akan diperbuat Gereja, dan orang beriman, khususnya Gereja Lutheran? Yeremia 29:7, Mengusahakan kesejahteraan kota. Mengusahakan kesejahteraan negeri Indonesia, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu! Tuhan mau dan menghendaki Gereja Lutheran di Indonesia menjadi berkat. Gereja/umat Kristen tidak boleh menjadi persekutuan yang eksklusif, harus inklusif, dan jangan hanya memikirkan kepentingan dan kesulitannya sendiri. Kita harus melihat kesulitan yang dihadapi oleh semua Gereja dan seluruh umat Kristen di Indonesia ini sebagai kesulitan kita sendiri. Menurut Martin Luther, semua orang Kristen mempunyai derajat rohani yang sama, bahwa seseorang yang sudah dibaptiskan telah memiliki jabatan imamat orang percaya. Kita ditahbiskan dengan baptisan oleh imam : kita menjadi imamat rajawi, raja dan imam di hadapan Allah (I Pet 2: 9). Perbedaan yang ada hanyalah perbedaan jabatan dan fungsi, bukan derajat. Peranan warga jemaat HKI dalam kaitan dengan imamat am orang percaya, jika dibandingkan dengan semangat berdirinya <b><i>HChB/HKI</i></b>, sudah jauh mundur. Hal ini perlu dikaji kembali agar jemaat HKI adalah jemaat missioner. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Dalam kaitan dengan era globalisasi dan demokrasi di Indonesia, perlu diajarkan sedini mungkin khususnya anak-anak Sekolah Minggu, Remaja, PNB, dan warga jemaat HKI akan arti kebebasan. Para remaja khususnya sudah menyalahgunakan arti kebebasan seorang Kristen. Martin Luther merumuskan kebebasan Kristen dengan dua rumusan yang tampaknya bertentangan sebagai berikut : “<i>Seorang Kristen bebas dari segala ikatan dan bukanlah hamba siapapun. </i></span><i><span lang="FI">Seorang Kristen terikat pada segala sesuatu dan hamba dari semua orang</span></i><span lang="FI">”. Orang Kristen bebas dari hukum atau Taurat manapun dan tidak terikat pada peraturan yang dikeluarkan oleh siapapun, namun kebebasan itu bukanlah kebebasan “<i>dari</i> Kristus”, tetapi kebebasan “<i>dalam</i> Kristus”. Iman dan perbuatan orang Kristen dalam konteks pluralisme, menekankan bahwa anugerah Allah dalam Kristus adalah universal. Kita sebagai orang percaya yang sudah mengenal Yesus melalui iman dan anugerahNya, terpanggil untuk menyatakannya/mempraktekkannya melalui solidaritas kita terhadap sesame sebagai model kesaksian. </span><span lang="IN">Solidaritas berarti juga membangun kekerabatan yang erat dengan sesama, membantu mereka yang menderita dalam konteks multi religious. Hal yang sangat penting juga dalam kerangka hidup berdampingan dengan umat beragama lain harus senantiasa dijaga dan saling menghormati. Mengerti orang lain, agama dan kepercayaannya, menerima mereka dalam kasih Kristus, dan membuka diri dalam kasih dan persaudaraan yang erat. Inilah beberapa hal yang perlu kita renungkan dan lakukan.</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Konfesi Augsburg 1530 Artikel I, III, & V<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN"><br />
<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Konfesi Augsburg disampaikan kepada Kaisar Karel V pada tanggal 5 Juni 1530. Perumusan dan penyerahan Konfesi ini dilatarbelakangi dua hal yaitu: adanya persengketaan agama akibat Reformasi dan dipedukannya kesatuanan seluruh pangaeran dan wakil-wakil dari kota otonom untuk menghadapi serangan dari tentara Turki. Untuk itu, maka pada tanggal 21 Januari 1530, Kaisar Charles V mengundang Sidang Kerajaan bertemu pada bulan April berikutnya di Augsburg. Pada Sidang Kerajaan itu, kaum Protestan diminta untuk menyampaikan pengakuannya. Dokumen Pengakuan yang disampaikan pada Sidang Kerajaan tanggal 25 Jun 1530 itulah Konfesi Augsburg yang kita kenal sekarang ini. Dalam dokumen itu, dinyatakan apa yang dipercayai oleh kaum Protestan yang terdiri dari 21 Artikel (Artikel 1-21) dan paraktek-praktek gereja yang perlu dikoreksi, terdiri 7 Artikel (Artikel 22-28). </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Dengan demikian, maka Konfesi Augsburg ditulis dan dibacakan/disampaikan adalah oleh karena kebutuhan tertentu di dalam sejarah. Konfesi Augsburg disaksikan di hadapan Kaisar Jerman yang sangat berkuasa dan pada saat adanya ancaman yang sangat serius dari Islam (Turki). Konfesi Augsburg adalah Pengakuan Iman Kristen yang lahir dan sangat relevan dalam waktu tertentu dan dalam situasi yang khusus. Oleh sebab itu, maka dokumen ini sangat perlu kita pelajari sebagai satu dokumen historis gereja dan sebagai warisan hidup bagi gereja Lutheran, yang hidupnya dan imannya dipengaruhi oleh dokumen ini.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Sebagai documen sejarah dan warisan hidup gereja, maka kita harus berusaha mengungkap arti dan maksud yang sangat pokok (vital) dari artikel-artikel Konfesi Augsburg ini bagi kehidupan kita sekarang ini. Apakah yang dikatakan oleh Konfesi ini kepada kita saat ini, dan jika ya, mungkinkah dapat menolong kita untuk rnenyaksikan iman kita lebih jelas. Sekarang, tidak ada lagi Kaisar Jerman yang sangat berkuasa atas kita dan tidak ada lagi ancaman dari Turki. Akan tetapi, masalah kepercayaan dan kemanusiaan, yang memperoleh perhatian dalam Konfesi Augsburg pada waktu kelahirannya, masih tetap kita hadapi sekarang ini. Sampai dimanakah hal-hal ini dapat kita perluas, sesuai dengan konteks dan masalah yang kita hadapi sekarang ini? Satu hal yang tidak bisa kita lupakan, bahwa dokumen ini bukanlah hasil studi yang sungguh-sungguh dari pada teolog-teolog terkemuka. Dokumen ini adalah hasil dari perjuangan iman yang luar biasa. Para penandatangan dokumen ini (pada waktu itu) mengetahui, bahwa dengan membubuhkan tanda tangannya pada dokumen pengakuan ini, kedudukan, harta, bahkan hidup mereka berada dalam bahaya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">I. ALLAH<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Dalam Artikel I Konfesi Augsburg ini, Gereja Lutheran pada abad ke 16 menyatakan dengan jelas "Siapakah Allah" yang mereka percayai dan sekaligus memperkenalkan "Siapakah mereka yang disebut Lutheran" dengan cara menghubungkan pengakuan mereka dengan dokumen pengakuan gereja di masa lalu. "Sesuai dengan keputusan Konsili Nicea pada tahun 325, kami dengan sehati berpegang dan mengajarkan bahwa ada satu hakikat illahi, yang disebut Allah, dan ada tiga pribadi dalam satu hakikat illahi ini, setara dalam kuasa dan sama-sama kekal; Allah Bapa, Allah Anak, Allah Rohkudus..." (Theodore G. Tappert, Buku Konkord, terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: BPKGM, 2004, hal. 36). Para penandatangan dokumen ini, yaitu para elektor, pangeran, dan penguasa setempat dalam Kerajaan Jerman pada waktu itu, bukanlah teolog-teolog. Oleh sebab itu, kita meragukan apakah mereka bisa mengerti istilah-istilah teknis teologia (misalnya, "homoousios") yang ada dalam pengakuan ini. Akan tetapi, pengertian mereka yang kurang sempurna tentang istilah-istilah teknis teologia yang ada dalam pengakuan ini, bukanlah pertanda pengertian mereka berkurang terhadap isinya. Khususnya, pada saat mereka menghubungkan pengakuan ini dengan pengakuan Kristen mula-mula, dan mendaftarkan mana ajaran-ajaran yang ditolak, karena dianggap sesat, sangat membantu untuk memperkenalkan siapakah mereka di hadapan Kaisar yang berkuasa dan di hadapan lawan-lawan mereka. Para penandatangan pengakuan ini, tidak melupakan teologia yang mereka warisi. Mereka mengetahui asal mereka, mereka mengenal dan menghormati "nenek moyang mereka" di dalam iman.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Konfesi Augsburg Artikel I ini, berbicara tentang sifat manusia yang suka melupakan asal-usulnya (" theological amnesia") karena menginginkan sesuatu yang baru. Masalah seperti ini masih sering kita temui sekarang ini. Kita hidup dalam zaman dimana banyak orang bergabung dengan gereja kristen, teolog atau bukan, yang mempercayai, bahwa kita harus mendirikan apa yang relevan pada zaman kita ini dengan cara melupakan masa lalu. Menjadi modern bagi para penganut ini ialah mendirikan yang baru dan melupakan masa lalu. Teologia seperti ini adalah teologia yang paling tidak relevan. Jika anda tidak mengenal siapa anda (mis. nama dan asal-usul anda), maka anda tidak akan memiliki arti apa-apa bagi orang lain. Menjadi modern, bukanlah melupakan masa lalu, tetapi mengunakannya dengan kreatif pada masa kini. Philip Melanthon penyusun Konfesi Augsburg ini, bersama dengan para ahli klasik ternama pada waktu itu, sadar betul akan hal ini. Mereka menyadari makna kekeristenan masa lalu, sebagai syarat masa kini, dan kebenaran pada masa yang akan datang, dinyatakan dalam artikel I pada Konfesi Augsburg ini. Kesetiaan kita kepada Konfesi Augsburg, adalah dengan menggunakan masa lalu, lebih dari 480 tahun yang lalu sejak Konfesi ini dibacakan di hadapan Kaisar, secara kreatif pada masa kini dan pada masa yang akan datang. Dari pada memproklamirkan Allah yang baru, atau tidak ada Allah, atau Allah mati, kita berusaha menyaksikan Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Bapa Yesus Kristus, Allah yang sesungguhnya dan Allah yang Esa, yang di dalam-Nya kita hidup, bergerak, dan berada. Dengan mengakukan iman kita kepada Allah, bukan berarti kita berusaha menggambarkan Allah, akan tetapi menyatakan pemujaan kita kepada-Nya atas penciptaan, pemeliharaan dan atas seluruh berkat dalam hidup kita. Kita bersekutu dengan orang Yahudi dan orang Kristen segala abad menyatakan: "Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, biarlah Israel berkata demikian..dst (baca Maz 124)</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">II. ANAK ALLAH.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Konfesi Augsburg dalam artikel III ini, menyatakan kepada kita bahwa Yesus adalah Kristus. Dia adalah model manusia yang diinginkan oleh Allah. Allah menginginkan supaya manusia di dunia mengikuti model Yesus sebagai manusia. Manusia tidak hanya sekedar “individu” yang lebih tinggi atau mulia dari binatang, khususnya dalam perkembangan mental. Dalam Konfesi Augsburg dinyatakan bahwa Allah menunjukkan apa arti manusia yang sesungguhnya yaitu manusia Yesus, yang benar-benar lahir dari perempuan dara Maria, menderita, disalibkan, mati dan dikuburkan, akan tetapi pada waktu yang sama Dia adalah model manusia yang dipilih oleh Allah. Yesus Kristus sebagai model "manusia" yang dipilih oleh Allah, benar-benar berbeda dari model-model manusia yang ada di dunia (yang sering dijadikan masyarakat menjadi modelnya). </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Yesus Kristus sebagai model manusia pilihan Allah, disaksikan dalam Konfesi Augsburg sbb: "Supaya melalui Rohkudus Dia menguduskan, memurnikan, meneguhkan dan menghibur semua orang yang percaya kepadaNya, supaya Ia mengaruniakan kepada mereka kehidupan, setiap anugerah dan berkat, dan supaya Ia melindungi serta menjaga mereka terhadap iblis dan dosa" (Theodore G. Tappert, Buku Konkord, terjamahan ke dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 2004, hal. 38). Rumusan pengakuan di atas menjelaskan bahwa model manusia yang dari Allah untuk manusia ini, memiliki kuasa tidak hanya untuk menginspirasi manusia meniru Dia, akan tetapi juga memiliki kuasa untuk merobah mereka yang percaya kepadaNya. Allah menjadi manusia tidak hanya berarti, kita mengenal bagaimana manusia yang sesungguhnya, tidak juga hanya berarti bahwa kita dapat mengenal model manusia yang harus kita teladani, tetapi model manusia Allah ini bekerja dan berkuasa mentransformasi kita kepada pribadi yang seharusnya, menurut Allah, jika kita percaya kepadaNya. Yesus adalah model manusia yang berkuasa atas segala ciptaan. Yesus tidak hanya mengajak kita menjadi manusia yang sama dengan Dia, akan tetapi juga memampukan kita untuk menjadi manusia seperti Dia, jika kita percaya kepadaNya. Konfesi Augsburg mengingatkan kita bahwa Yesus yang adalah model manusia, Dia juga memiliki kuasa untuk mentransformasi kita sesuai dengan apa yang Dia rencanakan, asal kita percaya kepadaNya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">III. JABATAN PELAYAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Pengetahuan kita akan Berita Injil yang mengatakan bahwa: Anugerah Allah bukan karena jasa kita melainkan oleh jasa Yesus Kristus", melahirkan semangat untuk memberitahukanya kepada orang lain. Semangat ini dinyatakan secara lebih jelas di dalam Konfesi Augsburg, bahwa Allah mengadakan jabatan pelayan untuk memberitakan Injil kasih Allah kepada seluruh manusia.Di dalam melaksanakan tugas pelayanan mengabarkan Injil ini, ada beberapa bahaya yang perlu kita cermati. Pertama bahaya dimana pelayan menjadi wakil warga jemaat melakukan tanggung jawabnya sebagai orang Kristen (klerikalisme). Pada abad ke 16, abad lahimya Konfensi Augsburg ini, terjadi klerikalisme di Gereja. Klerikalisme ini dilaksanakan oleh satu cabang institusi keagamaan. Institusi keagamaan ini bertindak menjadi pelaksana tanggung jawab kekeristenan menggantikan warga jemaat yang diwakilinya. Warga Jemaat membayar pejabat gereja untuk berdoa dan melakukan misa atas nama orang yang membayar. Sama halnya seperti penasehat hukum. Penasehat Hukum berdiri, bertindak, menggantikan kliennya berhubungan dengan masalah-masalah hukum yang dihadapi oleh kliennya. Semakin ahli Penasehat Hukumnya, semakin aman kliennya berhadapan dengan masalah-masalah hukum, dan sudah barang tentu, semakin mahal pula tarifnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Klerikalismo (menyerahkan pengurusan kehidupan iman kepada kelompok profesional keagamaan) pada abad ke 16 dilawan oleh para Reformator. Akan tetapi, masalah ini tidak hanya terjadi pada abad ke 16 saja. Masalah seperti ini masih terjadi sampai saat ini. Masih banyak dari warga gereja yang berfikir bahwa "pelayan gereja" itu sebagai "Perwakilan" mereka. Sebagai perwakilan, mereka mengharapkan pelayan gereja itu dapat mempercayai, atau melakukan, apa yang seharusnya mereka percayai, dan lakukan sebagai orang Kristen. Dengan demikian, Warga Jemaat mengharapkan Pelayan gereja membebaskan mereka dari seluruh tanggung jawab ini dan untuk itu mereka bersedia membayar gaji pelayan gereja.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Konfesi Augsburg menyatakan, bahwa Allah mengadakan Jabatan Pelayan untuk memberitakan Injil kasih karunia Allah, sehingga manusia dapat beriman. Jabatan Pelayan ada untuk kepentingan manusia, dan sebagai alat Tuhan, sampai akhir zaman. Jabatan pelayan adalah jabatan untuk memberitakan Injil dan melayankan Sakramen. Melalui pelayananan atau sarana ini, "Allah memberikan Rohkudus yang menimbulkan iman dalam diri orang-orang yang mendengarkan Injil itu, bilamana dan di mana Dia kehendaki" (Theodore G. Tappert, Buku Konkord, terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 2004, hal. 38). Jabatan Pelayan ada, adalah untuk keselamatan manusia. Jabatan Pelayan yang terpisah dari pelayanan kepada manusia, lepas dari pengaruhnya bagi mereka yang menerima Sakramen dan mendengarkan Firman Tuhan, tidak berarti apa-apa. Bahaya yang lain terhadap Jabatan Pelayan ialah apabila ada warga jemaat atau pelayan yang merasa bahwa mereka memiliki akses langsung kepada Tuhan melalui pengalaman mistik. Mereka tidak tergantung lagi pada kesaksian para Nabi, para Penginjil, dan para Rasul.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Konfesi Augsburg menegaskan bahwa Jabatan Pelayan sebagai jabatan memberitakan Injil dan melayankan Sakramen adalah pelindung yang melindungi kita terhadap cobaan-cabaan yang ada dalam waktu kita sekarang ini. Ini berarti, bahwa Pemberitaan Injil tidak tergantung kepada kehebatan seseorang berbicara, (mis seperti kemasukan roh, dsb) atau kepada kepintaran seseorang. Pemberitaan Injil hanya tergantung kepada Injil itu sendiri, kepada Berita Sukacita tentang apa yang telah dikerjakan Allah di dalam Yesus Kristus. Selanjutnya, Konfesi Augsburg juga menyatakan, bahwa bukan tahbisan atau kemampuan berbicara seseorang yang menjamin bahwa isi pemberitaannya adalah berita Injil. Kita hidup dalam abad di mana banyak orang yang menerima tahbisan atau teolog kristen yang isi pemberitannya hanya kata-kata yang enak didengar, bukan berita Injil. Posisi seseorang di dalam Gereja atau perilaku seseorang yang "alim", bukanlah menjamin kemurnian pemberitaannya. Yang menjamin kemurnian pemberitaan ialah Injil itu sendiri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Kita telah berusaha melihat artikel I, III, & dari Konfesi Augsburg dengan mata kita yang hidup dalam abad 21 ini. Naampak bagi kita bahwa situasi kehidupan dan budaya manusia pada abad 16, pada waktu Konfesi Augsburg ini disusun dan diikrarkan jauh berbeda dengan situasi kehidupan dan budaya kita sekarang ini. Masalah yang dihadapi oleh Gereja pada ab 16 di Jerman, tidak begitu jelas bagi kita sekarang ini. Pertanyaan yang sama kita ajukan kembali. Apakah dokumen Konfesi Augsburg ini memiliki arti yang cukup signifikan bagi kita sebagai Gereja sekarang ini? Apakah yang dapat kita pelajari dari Konfesi Augsburg ini untuk kita sekarang ini? Apakah manfaatnya bagi pelayanan kita sebagai Pelayan di Gereja HKI?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Dalam Tata Liturgi Penahbisan Pendeta HKI, belum dikatakan secara eksplisit bahwa Pendeta yang menerima tahbisan berjanji akan melaksanakan Konfesi Augsburg. Yang dikatakan dalam Tata Liturgi Penahbisan itu ialah memberitakan Injil dan melayankan sakramen yang benar sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan yang tertulis dalam PL dan PB. Akan tetapi, Gereja HKI telah menyatakan dalam Sinodenya, sebagaimana tertulis di dalam Tata Gereja HKI sbb: "HKI berpedoman kepada Pengakuan Iman Apostolicum, Niceanum, Athanasianum, dan Konfesi Augsburg 1530" (Tata Gereja HKI tahun 2005, Pasal 6). Ini berarti, bahwa kita sebagai Warga HKI, non Pendeta atau Pendeta telah menjadikan Konfesi Augsburg ini sebagai Pengakuan Iman kita secara pribadi. Dan sebagai Pendeta, kita telah mengikrarkan bahwa kita akan melaksanakan "jabatan pelayanan" kita sesuai dengan Firman Tuhan dan Konfesi Augsburg. Kita telah menerima Konfesi Augsburg sebagai ringkasan penjelasan Firman Allah yang benar dan kita telah mengikatkan diri kepadanya. Karena Konfesi Augsburg itu dirumuskan sesuai dengan Firman Allah, dengan demikian kita telah mengikrarkan bahwa kita akan membaca dan menafsirkan Alkitab sesuai dengan Konfesi Augsburg, kita akan mengkhotbahkan, mengajarkan Konfesi Augsburg sebagai "doktrin umum (publica doctrina)" Gereja HKI. Kita telah mengikatkan diri kepada Konfesi Augsburg sebagai dokumen yang menyatakan kebenaran Firman Allah. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Dalam perjalanan waktu, sejak Konfesi Augsburg ini, ada banyak Pendeta dan Guru yang merasa terganggu karena harus mengikatkan diri kepada Konfesi Augsburg ini. Mereka menganggapnya sebagai legalisme yang mengekang kebebasan mereka sebagai Pendeta atau Guru di bawah Injil. Akan tetapi, sebaliknya bahwa di dalam kesetiaan kita kepada Konfesi Augsburg di sana kita akan mengalami kebebasan yang sangat indah. Konfesi Augsburg memberikan kepada kita fokus dan arah Alkitabiah dan Teologia, yang kita sebut fungsi normatif dari Konfesi itu, yang kita apllikasikan tidak hanya pada waktu berkhotbah atau mengajar saja, tetapi di dalam seluruh pelayanan kita. Konfesi Augsburg menyatakan kepada kita, mengapa kita ada sebagai Pendeta di Gereja, apa perhatian utama kita, dimana sumber kekuatan kita berada. Konfesi Augsburg menyediakan bantuan dan bimbingan kepada kita untuk menentukan sikap yang benar terhadap pelayanan yang kita kerjakan dan mengatasi masalah-masalah yang kita hadapi setiap hari di dalam melaksanakan tanggung jawab kita sebagai Pendeta. Ada banyak Pendeta mengalami krisis identitas, mengalami goncangan iman, karena berusaha mencari rumusan teologia yang dibutuhkan pada saat-saat tertentu, akan tetapi, tidak demikian dengan kita. Konfesi Augsburg diberikan kepada kita sebagai anugerah, bukan hanya sebagai contoh teologi sesaat, tetapi karena hanya dia teologi yang benar, teologia salib, dan hanya kata-kata pengampunan, keselamatan, damai dan pengharapan yang dikerjakan oleh Allah dalam Yesus Kristus.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="IN"><o:p> </o:p></span><b><span lang="IN">Konfesi Augsburg 1530 Artikel XXVIII<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">Kuasa Para Uskup <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Gereja Katolik mengatakan bahwa Paus, uskup-uskup/ Bishop, kardinal-kardilal dan ahli-ahli teologia tidak mungkin salah. Seluruh keputusan mereka tidak mungkin salah. Ketidakmungkinan salah mereka itu bukanlah sesuatu yang datang kepadanya dengan inspirasi atau ilham tetapi dengan pertolongan Tuhan. Paus, bishop mutlak benar.. Setiap keputusan Paus, bishop tidak mungkin salah. Para uskup mempunyai kuasa untuk memerintah dan memperbaiki secara paksa untuk membimbing rakyatnya mencapai tujuan kebahagiaan yang kekal. Kuasa memerintah membutuhkan kuasa menghakimi, menetapkan, membedakan, dan menegakkan apa saja yang perlu atau berguna bagi tujuan di atas. Ini disebut sebagai hak istimewa dari gereja dan para imam. Akibat pemahaman yang sedemikian, beraneka ragam tulisan mengenai kuasa para uskup/ bishop, bahkan ada yang mencampuradukkan kuasa para uskup dan kuasa duniawi. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">Akibat Pemahaman Ketidakmungkinan Salah Paus, Uskup-Uskup/Bishop <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Perkataan bahwa Paus, bishop tidak mungkin salah/ mutlak benar membuat para uskup/ bishop memperkenalkan bentuk-bentuk ibadat baru dan membebani hati nurani dengan kasus-kasus yang dikhususkan bagi mereka serta melakukan pengucilan sewenang-wenang, mengangkat dan menurunkan raja-raja dan kaisar-kaisar menurut kehendak mereka sendiri, membuat dan menentukan undang-undang, membatalkan undang-undang negara atau melemahkan ketaatan pada pemerintah. Mereka menuntut ketaatan yang lebih besar atas peraturan mereka daripada atas Injil. Hal ini membuat banyak keributan, pemberontakan dan peperangan dahsyat.Dengan kata lain banyak keputusan mereka pada akhirnya menjadi menunjukkan kuasa pedang/kekerasan, dan akibatnya muncul perlawanan/pemberontakan dengan kekerasan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span lang="FI">Kuasa Para Uskup Menurut Konfessi Augsbur 1530<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Konfessi Augsburg membedakan dua kuasa yaitu antara kuasa pedang dan wewenang, yang rohani dengan duniawi. Hal ini diambil berdasarkan perintah Allah yang menghendaki agar para pemenrintah dan penguasa dihormati dan dijunjung tinggi sebagai dua pemberian Allah yang tertinggi di dunia ini (Roma 13:2-3).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Kuasa/ jabatan Keuskupan/ bishop kuasa para pemegang kunci gereja adalah kuasa/ jabatan yang berdasarkan Injil yaitu kuasa untuk memberitakan Injil, mengampuni atau menyatakan dosa ataupun menyatakan dosa orang tetap ada, menilai ajaran-ajaran dan menghukum ajaran yang bertentangan dengan Injil serta mengucilkan orang-orang yang secara nyata telah berbuat jahat dari persekutuan Kristen, serta melaksanakan dan melayankan sakramen-sakramen (Mat 16:19; Yoh 20:21-23) kepada orang banyak atau perseorangan. Semua itu jangan dilakukan dengan kuasa manusiawi, melainkan Firman Allah saja. Alat ukur untuk semua itu adalah Firman Allah. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Dengan jalan demikian Allah memberikan hal-hal dan karunia-karunia kekal, bukan yang lahiriah, yakni kebenaran kekal, Roh Kudus dan hidup yang kekal. Karunia-karunia itu hanya didapat melalui pemberitaan Injil dan sakramen-sakramen (Rom 1:16).. Kuasa itu sama sekali tidak mencampuri urusan pemerintah ataupun urusan duniawi. Berdasarkan ini, para pendeta jemaat dan gereja-gereja wajib patuh kepada para uskup/ bishop sesuai dengan perkataan Kristus (Luk 10:16) Namun bila mereka yang terpilih secara resmi itu mengajarkan/ menetapkan hal-hal yang bertentangan dengan Injil, Allah memerintahkan kita supaya jangan patuh pada hal-hal yang demikian (Mat 7:15; Gal 1:8; 2 Kor 13:8). </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Kuasa itu adalah untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan. Para uskup tidak berkuasa untuk mengadakan atau menetapkan apapun yang bertentang dengan Injil. Kuasa itu bukan untuk membebankankan umat dengan berbagai peraturan/ tuntutan yang menjerat hati nurani manusia sehingga seakan meletakkan kuk pada tengkuk umat (Kol 2:16, 20-23. Dalam hal ini Injil jelas menyatakan bahwa perhambaan kepada hukum tidak perlu untuk pembenaran. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">Peraturan-Peraturan Gereja dapat menimbulkan Kekerasan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Para uskup/ bishop dan pendeta boleh membuat peraturan-peraturan agar segala sesuatu yang dilakukan di gereja berjalan dengan tertib. Peraturan itu bukan sebagai sarana untuk memperoleh anugerah Allah atau menebus dosa-dosa, atau menggikat hati nurani orang dengan menganggap hal-hal itu sebagai ibadat-ibadat yang perlu kepada Allah; apabila diabaikan maka ia akan berdosa, meskipun tanpa menimbulkan sandungan. Peraturan dibuat demi kasih dan damai. untuk menghindarkan kekacauan dan kelakuan yang tidak pantas dalam gereja (misalnya 1 Kor 11:5). Dan bagi yang tidak melakukannya bukan berarti mereka telah berdosa dan kehilangan anugerah Allah. Peraturan dibuat untuk menghindarkan dari batu sandungan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Dalam peraturan yang sedemikian, orang Kristen layak patuh pada uskup/ bishop dan pendeta. Dalam semuanya itu kita diingatkan untuk lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia. Selama pemahaman tentang kebenaran iman dan kemerdekaan orang Kristen tidak diajarkan dan diberitakan dengan jelas dan murni, maka selama itu juga akan tetap ada perdebatan yang salah tentang perubahan hukum misalnya tentang upacara ibadat, makanan dan minuman, darah, hari-hari suci dan lain sebagainya. Perdebatan-perdebatan dengan kata-kata/ ucapan-ucapan tersebut merupakan pintu masuk bagi sebuah kekerasan.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">Kuasa Pemerintah/Duniawi <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Kuasa duniawi berurusan dengan hal-hal yang jauh berbeda dengan Injil. Kuasa duniawi tidak melindungi jiwa, akan tetapi dengan pedang dan hukuman lahiriah, melindungi tubuh dan harta milik terhadap kuasa lain. Kedua kuasa itu tidak dapat dicampuradukkan (bnd Yoh 18:36: Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; Luk 12: 14; Fil 3:20; 2 Kor 10:4-5). Kedua kuasa itu (dunia dan kuasa uskup) dihormati sebagai pemberian Allah yang tertinggi di dunia ini.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">Relevansi <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Jabatan bishop, pendeta akhir-akhir ini adalah suatu jabatan yang diincar-incar, dan bahkan bagaikan suatu perebutan. Mengapa? Ada beberapa anggapan yang salah tentang jabatan itu. Ada yang berpikir bahwa jabatan bishop, pendeta adalah jabatan strategis dan yang mempunyai hak istimewa. Dilantik menjadi bishop, pendeta sama berarti mendapatkan kuasa yang besar, dimana ia merupakan penentu terhadap keputusan-keputusan, peraturan-peraturan di dalam gereja. Hal itu ada benarnya namun perlu diketahui kuasa bishop, pendeta adalah kuasa yang datang dari Tuhan. Kuasa itu adalah kuasa yang berdasarkan Firman Tuhan (Mat 16:19; Yoh 20:21-23; Markus 3: 14: kuasa untuk menyertai Yesus dan memberitakan Injil; kuasa untuk membangun iman yang benar bukan meruntuhkannya).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN"> Sepertinya beberapa dekade terakhir ini di beberapa gereja tidak jarang lagi tampak terjadi kekerasan demi mendapatkan “kuasa bishop”. Kekerasan-kerasan itu dimulai dengan ucapan, yang berkembang menjadi perdebatan bahkan sampai kepada baku hantam. Belajar dari keadaan tersebut, para pendeta, calon pendeta saat ini diajak untuk lebih berhati-hati lagi dalam berkata-kata. Para pendeta, calon pendeta diajak untuk memurnikan motivasi dan tujuan menjadi seorang pendeta, sehingga tidak terjebak pada pemahaman yang salah tentang kuasa pendeta, bishop, tidak terjebak pada penyalahgunaan kuasa pendeta, bishop. Penyalahgunaan kuasa tersebut juga sering berdampak pada kekerasan terhadap sesama pendeta, sesama pelayan, bahkan akibat kuasa bishop tersebut banyak pendeta, pelayan menjadi lebih takut, taat kepada bishop daripada kepada Tuhan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Perdebatan tentang perubahan hukum atau peraturan masih sering tampak di gereja-gereja. Masing-masing gereja menyatakan bahwa merekalah yang benar dan yang beroleh anugerah Allah karena mereka memegang peraturan dengan baik dan benar, dan menyalahkan gereja yang lainnya. Perdebatan itu menyinggung perasaan orang lain dan mengganggu pada hati nurani. Para bishop, pendeta perlu berhati-hati dalam menyikapi hal yang sedemikian, karena hal-hal yang sedemikian dapat mengundang hal-hal yang lebih serius dari perdebatan yaitu kekerasan. Kekerasan sering terjadi akibat perkataan yang mengandung dan yang mengundang. Selayaknyalah para bishop, pendeta,calon pendeta bersikap lebih bijak lagi untuk menanamkan iman dan pembenaran dengan benar dan murni. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Dosa atau kebenaran tidak bergantung pada makanan, minuman, pakaian, dan hal-hal yang serupa itu (lih Mat 15:11; Rom 14:17). Kol 2:20-23 menunjukkan bahwa semua itu adalah barang yang dapat binasa, hanya suatu tradisi dan hanya untuk kepuasan daging. Untuk itu, uskup/ bishop, pendeta tidak mempunyai kuasa untuk menciptakan tradisi/ peraturan di luar Injil seakan-akan hal itu dapat meraih pengampunan dosa atau sebagai tindakan ibadah yang berkenan kepada Allah sebagai kebenaran. Dan para uskup/ bishop juga tidak mempunyai kuasa untuk mengatakan bahwa yang tidak melakukannya sudah berdosa. Hati disucikan oleh iman dan tidak boleh membebani orang dengan kuk (Kis 15:9).</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN"><o:p> </o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Konfesi Augsburg 1530 Artikel XXI, XXIII & XXIV<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Bagaimana menumbuhkan, merawat dan mengembangkan gereja? Setiap kita harus dilatih untuk hal ini. Strategi ini yang dibutuhkan gereja saat ini apalagi di Indonesia yang membutuhkan kantong-kantong kristen lebih banyak lagi. Tidak hanya di Indonesia di dunia juga sangat dibutuhkan. Sistem kita sekarang ini jika dipertahankan maka ke depan banyak pendeta yang menganggur. Keadaan saat ini tidak ada lagi 20 jemaat yang bisa dibuat resort baru. Kita harus memiliki suatu sistem pelayanan baru yang berorientasi pada pelayanan. Orientasi kita selama ini masih belum kepada pelayanan masih persekutuan. Jadi bagaimana mengubah dan siapa yang mengubah sistem ini? Kebanyakan orang batak maju karena dipaksa. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Banyak yang jadi kreatif karena dipaksa oleh kondisi. Dengan kondisi gereja saat maka ke depan kita harus memaksa diri untuk membuka pelayanan-pelayanan baru. Makanya saya kurang setuju dengan prinsip yang ada saat sekarang ini di kalangan pelayan gereja kita bahwa misi yang ke dalam diutamakan dan yang keluar biar Tuhan yang menentukan, “...yang di dalam ini saja kita kerjakan sudah baik itu”. Padahal sekarang kita harus diperhadapkan dengan bagaimana menerobos kebijakkan pemerintah yang kurang bersahabat. Banyak yang sudah mau dipanen tapi sedikit yang memanen. Kita harus berubah dari orientasi persekutuan menjadi penginjilan keluar. Ini yang mau kita bahas yakni tentang bergereja.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Jika kita mendengar kata gereja apa yang muncul dibenak kita? <i>tempat ibadah, jemaat, pelayan, persekutuan, organisasi/manajemen/birokrasi, ajaran, kerohanian, musik dan banyak lagi</i>. Mari baca kitab Kejadian 1:26 “Berfirmanlah Allah, baiklah “kita” menciptakan manusia agar mereka berkuasa....”, yang mau kita bahas adalah adanya istilah “kita” yang menjadikan manusia itu. Istilah “kita” ini pertama sekali muncul dari kronologis penciptaan. Siapa itu “kita”? Karena yang berfirman adalah Allah maka jelas itu adalah Allah, namun yang bersama dengan Allah siapa? <i>ada Roh Allah</i>, siapa itu “kita”? <i>Anak Allah, </i>belum ada. <i>Malaikat Allah, </i>tidak pernah Allah bersama-sama dengan malaikat menciptakan sesuatu. <i>Allah dengan diriNya, </i>diriNya yang bagaimana? Jadi kalau Roh Allah, Yohanes 4:24 “Allah itu Roh” dan kita balikkan lagi Roh Allah. Kalau Allah itu Roh kemudian kita katakan Roh Allah, Roh Kudus, Roh Penghibur dan macam-macam lagi. Jika Allah itu Roh, kemudian ada Roh Allah, Roh Kudus yang mana lagi? Jadi, kalau istilah “kita” yang dipakai pada diri Allah dalam kitab Kejadian, inilah yang dipakai gereja kemudian untuk menimbulkan atau menciptakan istilah Trinitas. Ini menjadi dasar Trinitas. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Kemudian ketiga-tiganya diperhadapkan kepda kita dengan karya masing-masing dan ada di dalam Allah yang didasarkan dari istilah “kita” dalam Kitab Kejadian. Jadi, sebagaimana Yesus menyebutkan diri sebagai Anak Allah, Juruselamat yang diproklamasikan dan adanya Roh Kudus itu keluar dari istilah “kita” yang sejak awal penciptaan sudah dinyatakan Allah. Karena Allah itu Roh, ajaran Llutheran tidak pernah mengatakan bahwa dengan Roh Kudus itu maka semua keAllahan Allah ada di dalamnya, roh kudus tidak disebut dengan Allah bapa. Yesus Kristus terang-terang menyatkan bahwa Bapa lebih dari Aku, Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku, dan Aku bukan Bapa. Jadi jelas Yesus Kristus menyatakan dirinya bahwa Dia adalah Anak. Istilah Anak karena apa? Bukan karena Yesus Kristus lebih kcil dari Allah Bapa, yang kita pahami adalah bahwa Yesus Kristus ada di dalam Bapa dan Bapa di dalam Yesus Kristus, yang melihat Dia telah melihat bapa. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Kedua Matius 18:20, “...dua tiga orang berkumpul di dalam namaKu, disitu aku ada bersama-sama dengan mereka..”; Matius 16:18, “...di atas batu karang ini aku akan mendirikan jemaatKu dan maut tidak berkuasa...”, dipakai istilah jemaat. Nah dari semua perbincangan ini, maka gereja itu ada dua yang dinamakan dengan: INVISIBLE CHURCH DAN VISIBLE CHURCH artinya yang tidak tampak dan tampak. Marin Luther banyak membahas tetang Invisible Church dan diikuti oleh Paul Tillich dengan teologia sistematiknya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Invisible Church yakni gereja yang tidak nampak, dimanakah itu? Kalau kita bicara soal gereja maka kita bicara tentang persekutuan. Itulah gereja. Kemudian, dalam Pengakuan Iman Rasuli artikel ketiga, jelas menyebut bahwa dalamnya gereja itu adalah persekutuan orang-orang kudus. Dan mengapa harus di-akukan orang kristen? Kenapa tidak cukup di dalam dogma saja, kenapa harus menjadi pengakuan? Kenapa harus dibuat dalam PIR? Kalau pengampunan dosa dan kebangkitan daging itu harus, tapi persekutuan orang-orang kudus kenapa harus dimasukkan? <i>karena adanya perbedaan dari setiap orang-orang kudus ini.</i> itu prinsip atau pemahaman. S<i>aya melihat dari kesatuan pemahaman</i> tentang <i>akan istilah “kita” dalam kitab kejadian bahwa disana ada kesatuan di dalam keAllahan Allah. </i>Ya dimasukkan karena itu beranjak dari istilah “kita” dalam Perjanjian Lama yang merupakan kesaksian tentang kesatuan di dalam persekutuan dengan Allah. Ini adalah ajaran mendasar dari PIR kita. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Di Gereja menjadi pengakuan iman, karena gereja hadir dari adanya persekutuan dengan Allah yang Invisible sehingga menjadi Visible Churh yakni dari Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Inilah yang dimaksudkan dalam Kejadian 1:26 itu. Ini menjadi patron dari gereja yang tampak (visible church). Maka gereja itu bukan hanya gedung, persembahan, organisasi dan lainnya, karena gereja itu dipatronkan kepada persekutuan keAllahan. Marin Luther mengatakan yang dikutip oleh Paul Tilich kemudian, bahwa gereja merupakan penampakan kesatuan dari persekutuan kudus yang di dalamnya adalah Allah Bapa, Anak dan Rohkudus (Trinitas). Kesatuan persekutuan itulah Invisible church. Nah, jika gereja dimulai dengan persekutuan Allah, maka gereja yang tampak harus berpatron kepada Allah yang menjadikan persekutuan itu ada. Karena itu harus di-akukan di dalam Pengakuan Iman, karena persekutuan orang-orang percaya itu di turunkan dari persekutuan keAllahan Allah. Inilah hakekat yang esensi, bukan hanya hakekat yang hakiki tapi esensi yakni yang inti dari pengertian gereja. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Dalam Konfesi Augsburg penjelasannya tidak begitu jelas, gereja disebut persekutuan yang diorganisasikan. Tapi kalau di konkord beberapa hal diuraikan mengenai gereja sebagai patron dari persekutuan Allah yang kemudian dipertentangkan dengan sempalan2 gereja yang sudah ada pada wakltu itu. Invisible Church yang terdiri dari Allah yang Trinitas. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Mengenai tirinitas tidak akan pernah ada kesimpulan yang jelas. Karena pikiran manusia tidak mampu untuk mengambil kesimpulan untuk itu. Dalam dogma seputaran Trinitas tidak akan pernah habis untuk dibahas. Nah, sebenarnya apa Trinitas? Dalam ruang lingkup ahli-ahli agama-agama sudah tiba pada kesimpulan yang bukan hanya agama kristen saja, bahwa Islam sudah sampai pada kesimpulan yang menganggap ajaran Trinitas adalah suatu filosofi yang tidak akan pernah dipecahkan oleh pikiran manusia. Agama-agama lain dengan melihat kenyataan Yesus Kristus naik ke Surga disaksikan banyak orang, maka tidak bisa menolak dan menganggap bahwa itu sekedar mitos atau karangan orang kristen saja. Karena orang-orang yang menyaksikan kenaikkan Yesus Kristus juga tidak semua menjadi kristen, tapi yang jelas mereka adalah orang-orang Yahudi (I Kor. 15) lebih dari 500 orang menjadi saksi. Artinya dulu sudah banyak sekali, apalagi 5000 orang yang dikasih makan itu sudah wilayah yang luas sekali. Dengan adanya 500 orang yang menyaksikan kenaikkan Yesus Kristus maka tidak dapat disangkal lagi bahwa itu sekedar mitos atau karangan belaka. Segala sesuatu yang memiliki saksi adalah absah adanya. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Kita mempercayai bahwa pernah Yesus Kristus memberikan makan 4000 – 5000 orang bukan karena dituliskan tapi karena adanya saksi yang melihatnya. Tanpa dituliskan pun maka berita itu akan turun temurun terkabarkan dan merupakan peristiwa yang benar-banar terjadi. Lazarus benar-benar hidup kembali oleh firman Tuhan itu dapat dipercayai karena adanya saksi, sama seperti Petrus yang menjala ikan itu juga karena adanya yang menyaksikannya. Oleh karena itu, Alkitab ditulis bukan karena karangan manusia belaka, melainkan karena adanya saksi yang mengalami peristiwa yang dituliskan itu. Itu perbedaan kita dengan agama-agama lain. Meskipun dipenuhi oleh mujizat, tapi segala yang dituliskan tentang apa yang dilakukan Yesus Kristus ada yang menyaksikannya. Yesus Kristus tidak pernah melakukan karyanya tanpa ada yang melihat untuk menyaksikkannya. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Bagaimana dengan Markus (penulis Injil pertama) dapat menuliskan tentang Yesus Kristus padahal ia datang 30 tahun setelah Yesus Kristus naik kesorga? Ia dapat menuliskannya karena apa yang dituliskannya adalah merupakan hasil dari kesaksian banyak orang yang beredar seperti layaknya berita di kalangan masyarakat pada waktu itu secara turun temurun. Jadi apa yang tuliskannya adalah berita umum. Kita pahami bahwa dulu orang belum terpikir pentingnya tulisan, bahwa peristiwa yang mereka alami dan cerita yang disampaikan secara turun temurun memiliki makna yang luas di kemudian hari. Maka benar apa yang dikatakan Paulus dalam 2 Tim 3:16 bahwa semua itu diilhamkan kepada para penulis sehingga mereka tergerak untuk menuliskan apa yang disaksikan itu. Sekarang bagaimana dengan Trinitas itu? Siapakah yang menyaksikannya? Yesus Kristus sendiri yang menyaksikannya, Aku satu dengan Bapa, Aku datang dari Bapa, dan Abrahampun telah menyaksikan tentang Aku. Jadi selalu dengan diikuti adanya saksi. Lalu kondisi Trinitas itu bagaimana? Mengapa dianggap kemudian menjadi filosofi yang tidak dapat dipecahkan oleh manusia? Karena otak manusia tidak mampu mencerna kecuali ketika kita dapat memahami makna dari firman Tuhan yang disampaikan dan disaksikan Yesus Kristus.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Kalau kita mengatakan Yesus Kristus itu adalah Anak Allah apakah berarti Yesus Kristus lebih kecil dari Allah? Tentunya tidak. Analoginya dapat sebagai berikut bahwa jika air yang berasal dari sebuah wadah kemudian dipindahkan ke wadah yang berbeda apakah air itu berubah? Tentunya tidak. Air yang telah dipindahkan ke wadah yang berbeda tadi tetap adalah air yang sama dengan air yang ada di wadah pertama dimana air itu berasal. Demikianlah hakikat keAllahan Yesus Kristus, meskipun ia berada di rahim Maria dan kemudian menjadi manusia, keAllahanNya adalah tetap. Dia tetap Allah dengan “wadah” yang berbeda. Bukan berarti Dia lebih kecil dari Allah. Karena Dia tetap bagian dari Allah. Karena ia hadir sebagai manusia, maka ia akan menempuh proses bagaimana manusia sewajarnya. Karena itulah Dia kita katakan 100% manusia dan 100% Allah. Karena Dia dikandung daripada Roh Kudus, maka sesungguhnya Dia tidak memiliki tubuh manusia melainkan fisik keAllahan, 100% manusia karena tubuhnya manusia dan 100% Allah karena Dia bagian dari keAllahan. Itulah inti dari iman kita dan ajaran yang lain-lainnya itu mengalir dari bagian Trinitas.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Dari bagian Invisible Church yakni persekutuan keAllahan yang intinya adalah kekudusan. Dari persekutuan yang Triniti tadi itu dilahirkanlah Visible Church. Karena Allah yang menciptakan maka kita sebut Allah Bapa, Dialah yang menjadi sumber dari segala sesuatu menjadi ada. Dari sini berkembang pertanyaan mengapa Tuhan menciptakan dunia ini? Kalau teologianya Matius supaya ada temanNya. Tuhan menciptakan segala sesuatu karena Dia mau membuat teman. Teman yang bukan berdunia rohani tetapi teman yang berdunia jasmani. Karena itu dikatakan kepada Adam jangan memakan buah pengetahuan karena sekali dimakan ia akan mati. Jika ia tidak memakannya maka ia akan tetap menjadi bagian keAllahan yang berjasmani, berbendawi. Jadi penciptaan yang puncaknya adalah penciptaan manusia sudah direncakan Tuhan supaya ada temanNya. Dalam Efesus 1:4 itu sangat jelas menurut Paulus, dikatakan bahwa sudah disiapkan bagi kamu sebelum dunia ini diciptakan, artinya dalam <i>Master Plan</i> Tuhan maka yang inti dari semua penciptaan adalah manusia yakni persekutuan yang visible yang mengarah kepada hadirnya Kerajaan Allah yang kekal. itulah inti dari semua penciptaan dan puncaknya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Melalui persekutuan yang Invisible Church itu melahirkan penciptaan sehingga segala sesuatu ada dan telah dipersiapkan menuju Kerajaan Allah yang kekal. Karena itu diulangi dengan pemilihan umat yang dimulai dari Adam dan kemudian ada pengulangan-pengulangan sejak Perjanjian Lama secara terus menerus hingga Perjanjian Baru. Itulah yang diperbuat Invisible Church. Dari sini kemudian lahir keselamatan di dalam Anak. Mengapa disebut Anak? Karena dilahirkan bukan dibuat, itu Pengakuan Nicea yakni diperanakkan dan bukan diciptakan atau dibuat. Kalau diperanakkan berarti dari diriNya bukan oleh tanganNya, seperti penciptaan Adam oleh karya tangan Allah. Karena ini diperanakkan maka berasal dari dalam diriNya sehingga disebut Anak. Keluar dari diriNya bukan terlepas seperti roh sehingga dapat tidak terkendali. Tetapi dimasukkan ke dalam rahim Maria, sehingga istilah Anak Manusia dan Anak Allah itu sungguh-sungguh diemban dalam diri Yesus Kristus. Dan dari keAnakan itu terciptalah penyelamatan supaya kita bisa sungguh-sungguh mencapai Kerajaan Allah yang kekal. Allah yang mencipta itu ada didalam Sorgawi yang rohani. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Dikatakan roh kudus karena Dia adalah Roh yang keluar dari diri Allah dan ditugasi untuk melakukan penghiburan dan lainnya. Diri Allah tetap, sebab dia mengutus RohNya yang keluar dari diriNya sendiri untuk melakukan tugas rohani. Inilah karya dari yang Invisible Church, itulah gereja yang tidak tampak. Diri kita dan doa serta persekutuan kita dengan Allah itu bukanlah gereja yang tidak nampak atau Invisible Church melainkan adalah dampak dari karya Invisible Church keAllahan yang Trinitas. B<i>erangkat dari pengertian ekklesia yang menjelaskan kehadiran orang-orang percaya yang telah keluar dari kegelapan, maka apakah ini masih dapat disebut Invisible Church. Dan jikalau Invisible Church adalah persekutuan keAllahan yang Trinitas masihkah sesuai disebut dengan Tri of God? </i>Yang perlu kita pahami dari Invisible Church itu adalah karya dari persekutuan itu, karya dari persekutuan Allah itu adalah segala sesuatu ada dan terjadi yang mengarah kepada Kerajaan Allah yang kekal.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Kemudian kita membahas Visible Church yakni gereja yang nampak, yakni kita sekarang ini, gereja dengan gedung dan lainnya. Jadi karena gereja itu adalah persekutuan, biarpun istilahnya adalah gereja bukan berarti hanya milik orang kristen tapi yang membedakannya dengan persekutuan yang lain yang dapat disebut juga dengan gereja adalah jika persekutuan itu patronnya adalah Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Karena itu dalam Matius 18 ditekankan bahwa persekutuan itu harus di dalam nama Yesus Kristus, “...di dalam namaKU” itu intinya. Gereja adalah semua persekutuan yang berada di dalam nama Yesus Kristus. Apakah ada persekutuan sebelum zaman Perjanjian Baru? Ada. Bahwa Visible Church dimulai dari Perjanjian Lama dengan istilah <i>qahal</i> yang mana qahal itu adalah persekutuan yang darinya keluar istilah umat Allah <i>the people of god. </i>Oleh Marin Luther menyebutnya persekutuan atas nama Allah. Jadi ketika Abraham dengan Sarah dan Lot dalam persekutuan mengikuti perintah Allah mereka juga disebut qahal, karena berangkat dan berjalan karena perintah Allah. Karena itu hubungan mereka adalah hubungan yang berangkat dari Allah dan diberkati Allah. Peristiwa keluarnya Israel dari tanah Mesir yang selalu berulang-ulang diingatkan kepada bangsa itu juga disebut dengan qahal yang kemudian menjadi umat Allah, bangsa Allah. Karena mereka berjalan atas perintah Allah. ini keterangan Perjanjian Lama yang intinya tetap berangkat dan berasal dari yang Invisible Church. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Kita lihat dampak qahal itu apa? Dari sini ada pemilihan Abraham, Ishak dan Yakub menjadi bapa-bapa leluhur orang percaya. Dalam istilah Providentia yakni pemilihan dan pemeliharaan, misalnya ketika memilih, memberangkatkan dan memelihara Abraham juga dipakai istilah providentia, juga disebut qahal. Kemudian ada berkat yang ditujukan bukan hanya untuk Abraham sendiri malah ia hanya memperoleh sedikit saja. Apakah ketika Tuhan memberkati Abraham menjadi bangsa yang besar, Abraham merasakan dirinya sebagai bangsa yang besar? Tidak pernah. setelah ia tua baru Ishak lahir dan setelah Sara meninggal ia menikah lagi dan memiliki enam orang anak. Dan dari budaknya ada Ismail. Jadi, anak abraham tidak dirasakannya seperti yang dijanjikan Tuhan kepadanya bahwa keturunannya seperti pasir di tepi lautan. Dia tidak sempat merasakannya. Tapi sekarang keturunannya terus berkembang dan menjadi bangsa yang besar. Misalnya semua daerah Mesopotamia menjadi tempat tinggal keturunannya meskipun ia tidak pernah merasakan dan melihat itu. Bangsa Arab keturanan Abraham dari Ismail, Israel dan bangsa-bangsa di sebelah timur. Semua bangsa ini adalah keturunan Abraham meski ia tidak melihatnya lagi. Inilah berkat untuk dunia. Kemudian dampak dari qahal yang tadi itu terjadi pembentukan umat yang berawal dari bangsa Israel dan terus menerus diperbaharui, sehingga kita dapat mengatakan bahwa kita ini adalah umat Iyang baru. Dampak qahal sampai kepada umat dalam Perjanjian Baru. Kemudian kita melihat ada pemujaan terhadap Allah. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Pernah menjadi perbincangan lintas agama di medan dan kita bersyukur sudah tumbuh kesadaran antara umat beragama untuk dapat saling menerima perbedaan yang ada di setiap agama. Kalaupun dikatakan Allah itu tidak satu sudah semakin sedikit orang yang tidak tersinggung artinya setiap agama sudah berani mengatakan ini Allah kami. Maka jika masih ada pendeta yang beranggapan dan menyatakan bahwa Allah itu hanya satu dan ritus-ritus saja yang berbeda maka dia adalah pendeta yang berasal dari kursus tiga bulan Alkitab. Makanya jangan ada pendeta HKI yang mengatakan Tuhan itu sama dan satu serta tujuan dari semua agama itu ke sorga. Tuhan Yesus telah dengan tegas menyatakan bahwa tiada yang dapat sampai kepada Bapa tanpa melelalui aku, itu tidak ditawar-tawar dan berbeda dengan agama lainnya. Islam mengakui Nabi Muhammad rasulnya dan utusan allah. Maka, dari sini saja apakah sama? sudah pasti beda, karena bukan Allah yang diperkenalkan Yesus Kristus adalah Allah yang dikenalkan Muhammad. Jadi kita katakan lagi sama dan satu Tuhan itu? Biarkan mereka mempercayai itu dan kita mempercayai ini. Dan inilah akar sehingga antar umat beragama bisa rukun. Biarkanlah setiap orang menyembah dan percaya kepada Tuhan mereka. Jangan diganggu. Biarkan Allah sendiri yang akan membuktikan kebenaran akan hadiratnya bagi manusia. Perjanjian Lama telah membuktikan bahwa Allah kita itu adalah satu. Ketika bangsa Israel keluar dari mesir maka banyak illah lain yang tunduk kepada Allah Musa, demikian dengan Allah orang Palestina.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Di Perjanjian Baru dampak qahal bahwa terciptanya persekutuan yang dikenal dengan gereja. Bahwa defenisi gereja yang disebut E<i>kklesia</i> berasal dari dampak adanya istilah K<i>uriaken</i>. Gereja adalah kuriaken yang berasal dari kata <i>kurios</i> yakni kembali kepada keberadaan pemahaman Invisible Church, persekutuan milik Tuhan. Maka kehadiran gereja tetap diarahkan kepada yang Invisible Church. Kuriaken dimana Allah menjadi Raja atas persekutuan itu dan Yesus Kristus menjadi Kepala yang nyata. Itulah kuriaken yakni gereja yang sesungguhnya. Dari implementasi gereja (kuriaken) tadi maka kemudian muncul ekklesia artinya memanggil orang dari dunia kegelapan untuk masuk ke dalam terang Tuhan. Inilah hasil dari perkerjaan kuriaken itu. Nah, kemudian kalau kita kombinasikan kuriaken dan ekklesia maka kembalilah kepada Pengakuan Iman Rasuli yakni gereja yang kudus dan am. Gereja yang kudus berarti kembali kepada kekudusan Allah tadi, tidak ada gereja jika tidak bepatron kepada yang Invisible Church yang Trinitas. Jika tidak, maka gereja akan menjadi tempat pertengkaran, mencari keuntungan dan gereja dipergunakan sesuai dengan kehendak manusia. Kita dituntut untuk memahami apa gereja itu dan apa yang tejadi di sekeliling kita, apa gereja ini benar-benar gereja yang diharapkan Yesus Kristus. Kita lihat Gereja HKI apakah sudah kudus? Marin Luther menjelaskan bahwa menjadi gereja yang kudus itu yang pertama adalah bahwa umat Allah yang selalu dibentuk, ditempah dan dikeluarkan (diutus) untuk dibela dari kekuasaan musuhnya. Umat Allah yang dibela dan dilepaskan dari musuh, lihat matius 16:18. Kedua adalah memiliki hukum Tuhan yang menghidupi persekutuan itu yakni kasihilah Tuhan Allahmu dan sesamamu dimana semua hukum terangkum di dalamnya (Mat 22: 37-40). Gereja yang berpatron kepada Allah harus punya hukum ini. Ketiga adalah adanya penyembahan kepada Allah. Keempat adanya perjanjian Allah kepada manusia lihat Mat 28: 19-20.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Kembali ke gereja yang kudus dan am, kita ke implementasinya saja. Kita lihatlah diri kita sebagai gereja. Dari tahun 80 sebagai pendeta saya banyak mengalami pengalaman yang bemanfaat, misalnya saja harus bisa rangku-rangkulan dengan agama lain sehingga tercipta keharmonisan. Untuk maju kita membutuhkan tantangan apakah dari diri sendiri atau senior layaknya bola karet jika semakin ditekan maka pantulannya akan semakin tinggi. Jadi jangan benci dengan tantangan. Jika ada disharmoni dengan senior anggap untuk memajukan. Pelayan harus dapat meniti di atas “duri”, “pecahan kaca” dan tidak mudah putus asa. Sebgai pelayan terhadap jemaat, jangan pernah ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab dan usahan selalu hal yang baru. Pelayan juga harus menjaga kekudusannya, Seperti misalnya dengan rokok? Apakah kita bisa menghidupi kekudusan Tuhan dengan merokok? Kekudusan harus dijawab dengan iman, karena dengan begitu akan banyak sekali yang harus dibuang dari kebiasaan buruk kita untuk bisa menjadi kudus. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Barangsiapa yang mau datang kepada Tuhan harus di dalam kekudusan Yoh 4:24. Kita Lutheran sudah banyak dianggap terlalu liberal dalam kehidupan rohani. Pelayan juga harus mampu menjadi berkat dan dirindukan. Dapat bergaul dengan gereja-gereja lain tanpa mengganggu keberadaan mereka. Salah satu kelemahan Gereja Batak dalam penginjilan adalah sulitnya beradaptasi untuk menghargai lingkungan yang berbeda kebiasaanya. Kita sering mempertahankan kebiasaan kita yang pada akhirnya menimbulkan disharmonis. Dalam menjalin hubungan dengan sesama harus tetap ada daya juang untuk memikul salib Yesus Kristus sehingga senantiasa menghadirkan keharmonisan diantaranya dan lingkungan yang lebih luas. Inilah persekutuan yang am dan kudus itu. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><i><span lang="IN">Jika gereja adalah persekutuan yang berdasarkan Invisible Church mengapa dalam mendirikan gereja harus ada patokan jumlah orang? Bukankah ketika satu dua orang bersekutu di dalam Yesus Kristus itu adalah Invisible Church dasar dari berdirinya gereja yang tampak? </span></i><span lang="IN">Benar secara prinsip, namun gereja juga penting jika terorganisir dengan baik, jika tidak terorganisir maka bisa tidak terkendali. Yesus Kristus menyuruh kita untuk pergi dan jadilah garam dan terang, maka tidak dibutuhkan organisasi dan bangunan gereja. Garam sifatnya meresap kesemua bagian yang bersama dengannya, begitu juga dengan terang yang akan menyinari dunia. Namun, setelah gereja semakin berkembang luas, maka gereja mulai berpikir harus ada gedung untuk menampung persekutuan orang-orang percaya dan mulai mengorganisir dirinya. Sebelumnya mereka berkumpul dan berdoa di katakombe-katakombe dan di rumah-rumah. Jika bentuk ini diteruskan kita tidak tahu dampaknya bagaimana? Tapi untuk menyebarkan Injil perlu pola menjadi garam dan teran, hanya saja untuk menjadi tertib perlu adanya peraturan. Kapan gereja mulai dengan bangunannya dan terorganisir? Tentunya setelah kita semakin besar. Dari itu maka yang penting dari gereja adalah adanya persekutuan dan kemudian diorganisasikan. Catatan bahwa Organisasi Lutheran tidak ada yang sama satupun atara gereja-gerejanya. Setelah gereja terorganisasi maka ada program kerja yang bertujuan untuk memberitakan Injil Yesus Kristus. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Susahnya sekarang orang banyak berlomba-lomba membangun gedung gereja yang prestisius. Ketika gedung masih kecil tidak ada perkelahian, tapi semakin besar semakin bermunculan ketidak harmonisan karena dipacu oleh kepentingan materi dan keuntungan. Kemudian, pelayanan gerejawi pun terabaikan. Tanpa terorganisirnya gereja dengan baik maka dapat berdampak buruk pada penatalayanan kehidupan gerejawi. Intinya harus berangkat dan berdasarkan kekudusan. B<i>agaimana orang yang tidak anggota gereja tapi mereka bersekutu di dalam nama Yesus Kristus? </i>Tidak dapat kita campuri. Tapi yang penting adalah bagaimana gereja melaksanakan pelayanannya dengan tetap memperhatikan “iklim” di luar gereja. Kepentingan kita adalah bagaimana peraturan gereja bertujuan untuk kesejahteraan umat di dalam rohani dan jasmani anggotanya dan masyarakat. Tugas bersaksi, bersekutu dan melayani harus tetap dilakukan baik ke dalam dan keluar gerjea. <i>Tentang</i> <i>aliran-aliran kepercayaan, mereka juga harus diorganisasikan agar tidak berdampak negatif, bagaimana kita menyikapinya? </i>Ya semestinya diorganisir sehingga pemerintahpun dapat dimudahkan untuk mengawasinya. Tapi kita juga harus waspada bahwa banyak oknum mengaku kristen untuk merusak citra kekristenan sehingga dibenci. Kepeduliaan kita adalah bagaimana kita berhati-hati dan bekerjasama dengan pemerintah untuk menertibkan kelompok2 aliran sehingga tidak menimbulkan keresahan di tengah masyarkat. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN">Berkaitan dengan Perjamuan Kudus, Marin Luther mengatakan bahwa ketika kita menerima roti dan anggur yang disertai firman Tuhan dan diterima di dalam iman maka roti dan anggur adalah tubuh dan darah Yesus Kristus. Bbukan sebagai lambang dan simbol semata. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="IN"><o:p> </o:p></span><b><span lang="IN">Konfesi Augsburg 1530 Artikel XVII<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-62169607423688072282011-07-01T23:22:00.002+07:002011-07-01T23:25:35.481+07:00Huria Kristen Indonesia Mengawali Tahun 2011<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><object class="BLOGGER-youtube-video" classid="clsid:D27CDB6E-AE6D-11cf-96B8-444553540000" codebase="http://download.macromedia.com/pub/shockwave/cabs/flash/swflash.cab#version=6,0,40,0" data-thumbnail-src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjINRIUeL2nf-6RLdpuZeyBWiENCIZGJRtCq9QKe48K50BSNFq7W3E8KjWspyZSzs1vF0OBqtiW4dbhsIoUqBkJuUwywBYnKFErIz-CPd1NqcL4jBBRze-_goB4fyKSmZWuqgA4p7H4mgw/s1600/open+house+hki+2011.mpg" height="266" width="320"><param name="movie" value="http://video.google.com/googleplayer.swf?videoUrl=http%3A%2F%2Fv3.nonxt2.googlevideo.com%2Fvideoplayback%3Fid%3D8818b92a436ffd52%26itag%3D18%26ip%3D0.0.0.0%26ipbits%3D0%26expire%3D1309539407%26sparams%3Did%2Citag%2Cip%2Cipbits%2Cexpire%26signature%3D99D13F29F5B99E180232C9DFEC4CE87302BF684B.8EE958E54A0A1548108786F184301660DEEFC501%26key%3Dlh1" /><param name="bgcolor" value="#FFFFFF" /><embed width="320" height="266" src="http://video.google.com/googleplayer.swf?videoUrl=http%3A%2F%2Fv3.nonxt2.googlevideo.com%2Fvideoplayback%3Fid%3D8818b92a436ffd52%26itag%3D18%26ip%3D0.0.0.0%26ipbits%3D0%26expire%3D1309539407%26sparams%3Did%2Citag%2Cip%2Cipbits%2Cexpire%26signature%3D99D13F29F5B99E180232C9DFEC4CE87302BF684B.8EE958E54A0A1548108786F184301660DEEFC501%26key%3Dlh1" type="application/x-shockwave-flash"></embed></object></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><span id="goog_779879692"></span><span id="goog_779879693"></span>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-37317521344863350402011-07-01T15:03:00.001+07:002011-07-01T15:04:40.158+07:00Pelantikan Praeses & Majelis HKI Daerah VI Sumatera Timur II<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><object class="BLOGGER-youtube-video" classid="clsid:D27CDB6E-AE6D-11cf-96B8-444553540000" codebase="http://download.macromedia.com/pub/shockwave/cabs/flash/swflash.cab#version=6,0,40,0" data-thumbnail-src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuIQ0n9E4NOskI_8rSv8rF9u0UPvK_YdJQ4bD075AadDP-NopvpMJCsAzOi-wJlerM53O_J4vfyGaZAbUe98Kw6TS2iBwNfbW1fGKd63xjRTnyCfxqhc9XbGofIlkbWyS7Si_QZw_jbBI/s1600/HKI+Daerah+VI.mpg" height="266" width="320"><param name="movie" value="http://video.google.com/googleplayer.swf?videoUrl=http://v24.nonxt7.googlevideo.com/videoplayback?id%3D71c47fdb113c1422%26itag%3D5%26ip%3D0.0.0.0%26ipbits%3D0%26expire%3D1309528876%26sparams%3Did,itag,ip,ipbits,expire%26signature%3DA0CFF3AE0F95F4AFA58D1D9D85A08F5476E590C0.56017CF0983BB1EC2F9870FA95CFC2126565C97C%26key%3Dlh1" /><param name="bgcolor" value="#FFFFFF" /><embed width="320" height="266" src="http://video.google.com/googleplayer.swf?videoUrl=http://v24.nonxt7.googlevideo.com/videoplayback?id%3D71c47fdb113c1422%26itag%3D5%26ip%3D0.0.0.0%26ipbits%3D0%26expire%3D1309528876%26sparams%3Did,itag,ip,ipbits,expire%26signature%3DA0CFF3AE0F95F4AFA58D1D9D85A08F5476E590C0.56017CF0983BB1EC2F9870FA95CFC2126565C97C%26key%3Dlh1" type="application/x-shockwave-flash"></embed></object></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-9834040962972566142011-04-11T15:30:00.000+07:002011-04-11T15:30:43.857+07:00Selamatkan Tanah Air lewat Air Kita<iframe src="http://www.youtube.com/embed/BQbJoyzx-vs?fs=1" allowfullscreen="" width="425" frameborder="0" height="344"></iframe>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-43271142835485241942011-04-02T17:03:00.000+07:002011-04-02T17:03:13.684+07:00_WAJAH BURAM AIR BERSIH DIMUKA BUMI TAK LAIN ADALAH CERMINAN KOTORNYA JIWA PARA PEMAKAINYA; MARI BUAT SANG AIR TERSENYUM TUK GENERASI SETELAH KITA_<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO1N2nDcrconqQpVXIF7pvYNSUh4Yn29byOAdUiyxrDzAUHc50qZwosczMmxfwdZDrahTHemnvJxiA0HNMr9d7NMSqZ-ZQvsVEdzd_yc4alog_GT2Ohu5h0SXm_PdmhPQ-Clo97aJhfJ8/s1600/W7W+%25282%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO1N2nDcrconqQpVXIF7pvYNSUh4Yn29byOAdUiyxrDzAUHc50qZwosczMmxfwdZDrahTHemnvJxiA0HNMr9d7NMSqZ-ZQvsVEdzd_yc4alog_GT2Ohu5h0SXm_PdmhPQ-Clo97aJhfJ8/s200/W7W+%25282%2529.jpg" width="200" /></a></div>_cuplikan video ini hanya bahagian kecil dari wajah buram air bersih di Tanah Air;...lalu Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Ku utus (tuk mengembalikan wajah manis air di Tanah Air)?" Lalu jawabku: "Ini aku utuslah aku (Yesaya 6:8); Semoga!_ <a href="http://www.youtube.com/watch?v=BQbJoyzx-vs">http://www.youtube.com/watch?v=BQbJoyzx-vs</a>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-21082919990437206662011-04-02T16:16:00.005+07:002011-06-05T18:11:48.839+07:00AJARAN MARTIN LUTHER: JABATAN GEREJAWI & BAPTISAN<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">PENERAPAN AJARAN MARTHIN LUTHER </span></b><br />
<b><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">DALAM KONFESI AUGSBURG 1530</span></b><br />
<b><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">(Artikel V tentang Jabatan Gerejawi & Artikel IX tentang Baptisan)</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">I. PENDAHULUAN</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_heZjNdsLRyrjDfVTT-Cj4xmIPwXrEPzuYjX_URcfdiFYfHGe5hTWL27RCMf__frBBmNqQ_MhTLKg_RluX2E8mMlHD3xrDyS_lGFFikvjZvAWg8psiz2Jcqtfye0_jqKSc2DCz1HiNao/s1600/DSC03110.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_heZjNdsLRyrjDfVTT-Cj4xmIPwXrEPzuYjX_URcfdiFYfHGe5hTWL27RCMf__frBBmNqQ_MhTLKg_RluX2E8mMlHD3xrDyS_lGFFikvjZvAWg8psiz2Jcqtfye0_jqKSc2DCz1HiNao/s200/DSC03110.JPG" width="200" /></a><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"> Sebagaimana yang termaktub dalam Tata Gereja HKI tahun 2005 yang telah ditetapkan dalam Sinode Kerja HKI tahun 2008 jelas disebutkan dalam Bab II pasal 7 Tata Dasar HKI tentang Dasar, Pengakuan, Sakramen dan Perayaan Gerejawi bahwa HKI hanya mengakui adanya dua bentuk Sakramen yakni Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Berkaitan dengan hal ini dijelaskan bahwa <i style="mso-bidi-font-style: normal;">mengakui</i> juga mencakup arti <i style="mso-bidi-font-style: normal;">melaksanakan</i> dengan alasan bahwa Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus merupakan ketetapan Tuhan Yesus yang terkandung dalam Alkitab (Matius 26: 26-29; 28:19-20 dan Markus 16:15). Berdasarkan perintah itulah HKI mengakuinya sebagai Sakramen dan menolak bentuk-bentuk sakramen lainnya (Krisma, Pemberkatan Nikah, Pengakuan Dosa, Pengurapan orang sakit, dan Imamat; untuk bentuk-bentuk ini dianggap sebagai acara pelayanan gerejawi (sakramentalia). Sedangkan masih dalam Tata Dasar HKI pada Bab V pasal 14 tentang Pelayan disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan tugas gereja, maka HKI mengangkat para pelayan yang ditahbiskan yang terdiri dari Pendeta, Guru Jemaat, Evangelis, Diakones, Biblevrow dan Penatua (Efesus 4: 11-12). </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"> Khusus berkaitan dengan Babtisan dan Jabatan Gerejawi dalam implementasi pemahaman di tengah-tengah kalangan jemaat kerap ditemukan banyaknya kekurangmengertian sehingga akhirnya berdampak pada pola penerapan dan motivasi yang juga menjadi kurang tepat baik dari kalangan jemaat dan tidak jarang juga dari kalangan para pelayan sendiri. Maka dari itu sebagai sumbangsih pemikiran yang harapannya dapat membantu kepada pemahaman dan penerapan yang benar, pada tulisan berikut akan dibahas berdasarkan ajaran Martin Luther lewat Konfesi Augsburg 1530 Artikel V dan IX.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">II. KONFENSI AUGSBURG 1530: BAPTISAN DAN JABATAN GEREJA</span></b></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Konfesi Augsburg bermula dari persetujuan yang diberikan Kaisar Charles V pada Diet Augsburg tahun 1530. Luther dengan menyetujui tulisan Melanchthon tentang Konfesi Augsburg memulai pekerjaan perumusannya ini dengan terlebih dulu meringkas “Teologi Lutheran” (1521) yang berjudul <i><span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Loci Communes rerum theologicarum </span></i>(Tema-tema dasar Teologi). Konfesi Augsburg ini terdiri dari dua bagian besar yaitu: Bab I berisikan “Pasal-pasal Iman dan Ajaran” dan Bab II berisikan “Pasal-pasal bantahan, Daftar Kekurangan yang telah diperbaharui”. </span><span lang="IT" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Secara ringkas isi Konfesi ini sebagai berikut:</span></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IT" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IT" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Dalam pendahuluan, Luther menjelaskan tiga hal yakni Pasal-pasal iman yang telah dihubungkan dengan dasar Alkitab.</span></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="ES" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Bab I Konfesi Augsburg ini berisi tentang: Pasal 1-3 menegaskan dogma Trinitas, menunjukkan persetujuan Lutheran dengan dasar teologi dari gereja mula-mula. </span><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Pasal 4-6 menggambarkan bagaimana kasih Allah dalam diri Yesus Kristus. Pasal 5 berisikan tentang imam. Pasal 7-15 membahas tentang gereja. Pasal 16 membahas tentang keterlibatan orang Kristen dalam politik. Pasal 17 membahas tentang kedatangan Kristus kali kedua. </span><span lang="ES" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Pasal 18-20 membahas tentang hubungan di antara iman dan perbuatan baik. Pasal 20 adalah pasal yang terpanjang sebab pasal ini khusus membicarakan tentang “perbuatan baik” yang menjadi perjuangan Luther terhadap Katolik Roma. Pasal 21 berbicara tentang orang-orang kudus.</span></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="ES" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="ES" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Bab II memiliki pembahasan yang lebih mendalam tentang: cawan Perjamuan Kudus untuk kaum awam, perkawinan para imam, bentuk ibadah misa, pengakuan pribadi, puasa, janji imam dan Uskup.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">2.1. Artikel V: Jabatan Gerejawi</span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;"><i><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 10pt;">“Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus”</span></i><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 10pt;"> (Efesus 4:11-12). </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Paulus secara jelas mengatakan adanya jabatan-jabatan dalam gereja yang bertujuan untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan Tuhan. </span><span lang="ES" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Jabatan-jabatan tersebut adalah rasul, nabi, penginjil, gembala dan guru. Jabatan-jabatan gereja ini bukanlah ketetepan manusia tetapi ditetapkan oleh Allah sendiri. Sebab Paulus dan Barnabas “menetapkan penatua-penatua bagi jemaat” dalam masing-masing gereja di Listra, Ikonium dan Antiokhia (Kis. 14:21-23). </span><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Paulus juga memerintahkan Titus untuk “menetapkan penatua-penatua di setiap kota” (Titus 1:5). Jadi di satu tempat Paulus berbicara tentang bishop di Filipi (Fil 1:1) di lain tempat ia menyebut Arkhipus sebagai bishop di Kolose (Kol 4:17). Dalam catatan Lukas terdapat khotbah Paulus kepada penatua gereja di Efesus (Kis. 20:18-19).</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Alkitab menggunakan jabatan “bishop”, “penatua,” “gembala/pendeta,” dan “pelayan/minister,” secara <i>interchangeable</i> (saling bergantian). Bagi pelayan Firman biasanya digunakan istilah bishop. Pada waktu Paulus meminta Titus untuk menetapkan penatua-penatua di setiap kota ada pernyataan “sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat (bishop) harus tidak bercacat (Titus 1:7, 1 Tim 3:1). Di tempat lain Paulus memberi salam kepada sejumlah bishop dalam satu gereja (Filipi 1:1). Dalam Kisah Para Rasul disebutkan adanya sidang penatua Efesus (Kis. 20:17) yang ia sebut sebagai bishop (penilik/<i>overseer</i>) (Kis. 20:28).</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Jadi Alkitab sendiri menyatakan bahwa pelayan firman dibatasi hanya kepada jabatan tertentu saja yakni para bishop. Dalam surat kepada jemaat di Efesus Paulus tidak menyebutkan lagi ada jabatan yang menerima tugas pelayanan firman. Tetapi dalam Roma 12:7-8 dan 1 Kor. 12:28 Paulus menyebutkan (selain rasul, nabi dan pengajar) ada orang-orang yang memperoleh karunia untuk “mengadakan mujizat; untuk menyembuhkan; melayani, memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh”. Orang-orang yang memerintah gereja ini (selain rasul, nabi dan pengajar; 1 Kor. 12:28), dipilih dari jemaat untuk tugas mengawasi moral hidup jemaat dan menerapkan disiplin gereja bersama para bishop (pelayan firman).</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Pelayanan untuk melayani orang-orang miskin diberikan kepada diaken. Keberadaan jabatan ini pertama kali disebutkan oleh Lukas dalam Kis. 6:3 berhubung pada waktu timbul “sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari” (Kis 6:1). Para waktu itu tugas melayani orang miskin ditangani oleh para rasul dan berhubung “jumlah murid makin bertambah” maka mereka kewalahan melakukan tanggung jawab mereka. Lalu para rasul mengatakan “kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja” sehingga mereka meminta dipilih 7 orang untuk diangkat menjadi diaken. Tugas utama mereka adalah melayani meja yakni melayani janda-janda, orang miskin dan termasuk orang sakit. Kelompok janda diperjelas oleh Paulus dalam suratnya kepada Timotius; “yang didaftarkan sebagai janda, hanyalah mereka yang tidak kurang dari 60 tahun, yang hanya satu kali bersuami dan yang terbukti telah melakukan pekerjaan yang baik…” (1 Tim. 5:9-12) sebab mereka semua adalah tanggug jawab gereja.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Bagaimana para pemimpin gereja dipilih? </span><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Paulus telah menuliskan kriteria-kriteria untuk memilih para penilik (bishop) yang tertuang dalam Titus 1:7 dan 1 Tim. 3:1-7. Secara singkat orang-orang yang boleh dipilih untuk menjabat jabatan tersebut adalah orang-orang memiliki doktrin yang sehat, hidup yang suci, tidak terkenal sebagai orang yang bermasalah sehingga bisa memberikan masalah kepada pelayanan (1 Timotius 3:2-3, Titus 1:7-8). Persyaratan yang kurang lebih sama berlaku untuk diaken dan para penatua (1 Timotius 3:8-13). Selain kriteria tersebut, orang-orang ini harus juga memiliki kemampuan dan keterampulan untuk mengerjakan tugas yang akan mereka emban dalam pelayanan gereja. Sebab Kristus sendiri, sebelum mengutus para murid, Ia memperlengkapi mereka semua dengan hal-hal penting yang harus mereka miliki untuk mengerjakan tugas tersebut (Lukas 21:15, 24:49, Markus 16:15-18, Kis 1:8).</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Dari pemahaman Alkitabiah di atas dihubungkan dengan ajaran Marthin Luther lewat Konfesi Augsburg 1530 Artikel V semakin dikuatkan bahwa jelaslah jabatan gerejawi yang ada di setiap Gereja-gereja Lutheran adalah kuasa dan perintah Allah untuk memberitakan Injil dan untuk mengampuni serta menetapkan dosa. Di samping itu juga untuk melayankan sakramen. Dengan demikian maka jabatan gerejawi bukan persoalan badani melainkan perkara-perkara yang kekal, terutama kebenaran yang kekal dengan berpusat kepada Kristus.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Untuk itu, jabatan gerejawi tidak diberikan kuasa untuk mengurusi atau mencampuri pemerintahan maupun kuasa duniawi; sehingga kuasa duniawi dan sorgawi tidaklah dapat disatukan atau dicampuradukkan, sebab kuasa rohani bertujuan untuk memberitakan Injil dan melayani sakramen. Maka dari itu, jabatan gerejawi adalah jabatan dengan fungsi yang memiliki kuasa yang berasal bukan dari manusia melainkan atas dasar firman Tuhan saja. Paulus dalam II Korintus 13:8 menyatakan, ”Kami tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran yang dapat kami perbuat ialah untuk kebenaran”, dan kuasa yang diberikan Tuhan adalah untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan (II Korintus 13:10). Oleh karena itu, dari keseluruhan peran dan tanggungjawab jabatan gerejawi adalah berpusat kepada Kristus dan haruslah juga akan dipertanggungjawabkan kepadaNya pula.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">2.2. Artikel IX: Baptisan</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Baptisan yang arti dari bahasa Yunaninya adalah memandikan diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk dilakukan sebagai ritus gerejawi di dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dan dalam melakukannya imam memercikkan air atau dapat dengan memandikan atau menyelamkan seseorang disertai dengan Firman Tuhan yang berkuasa untuk memateraikan pengampunan dosa warisan dan segala dosa yang ditimbulkan dari dosa warisan yang ada pada orang itu dan sekaligus menyatakan orang yang telah dibaptis tersebut menjadi warga Kerajaan Allah. Baptisan hanya dapat diterima dengan adanya iman, artinya bahwa orang yang dibaptis haruslah memiliki iman kepada Yesus Kristus.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">[1]</span></span></span></a> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Istilah baptisan berasal dari bahasa Yunani yaitu “βαπτισμα” (kata benda bentuk nominatif tunggal neuter) yang dapat diartikan dengan kata “baptisan”. Secara etimologi kata ini berasal dari kata dasar “βαπτω” yang mempunyai arti dasarnya ialah saya mewarnai, dan kemudian artinya berkembang menjadi saya membasahi, saya membenamkan. Kata ini juga dapat diartikan dengan saya mencelupkan, membersihkan atau memurnikan melalui pembasuhan.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Pengertian “</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">βαπτώ</span><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">” yang sering dipakai dalam kekristenan sekarang ini ialah berarti membaptiskan. Sedangkan bentuk infinitip dari kata “</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">βαπτω</span><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">” ialah kata “</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">βαπτιζειν</span><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">” yang berarti kata yang menyuruh untuk membaptiskan (baptislah). Kata “</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">βαπτιζειν</span><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">” ini menandakan tindakan luar yang kemudian menjadi syarat untuk usaha dari baptisan yang didasarkan pada Kristus. Demikian juga kata “</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">βαπτιζω</span><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">” (future orang pertama tunggal, aktif) sering dipakai dalam kultur pemandian Yahudi (bnd. Mrk. 7:41 dan Luk. 11:38). Sedangkan Yesus memakai kata “</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">βαπτιζοντες</span><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">” (Nominatif jamak maskulin, partisip present aktip) untuk menyuruh murid-muridNya membaptis di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (bnd. </span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Mat. 28:19).</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Kata “βαπτισμα” ini bukan hanya sekedar pencelupan ke dalam air belaka, namun melalui perantaraan air tersebut maka makna kata baptisan itu telah berubah, misalnya dalam Roma 6:4 kata dibaptiskan telah berubah makna menjadi <i>dikuburkan</i> dan <i>dibangkitkan</i> bersama Kristus. Sedangkan dari Efesus 4:5, kata “βαπτισμα” maknanya menjadi untuk membentuk arti kata yang menunjuk kepada satu kesatuan jemaat. Arti kata “βαπτισμα” juga bukan hanya menunjuk kepada tindakan/reaksi dalam bentuk dari luar tetapi mencakup tindakan dalam bentuk dari dalam. Tindakan dalam bentuk dari luar ialah dengan adanya penyucian melalui pembaptisan dengan air, sedangkan tindakan dalam bentuk dari dalam ialah dengan adanya pertobatan dan penyucian hati.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Menurut Luther, baptisan bukanlah hasil pikiran manusia, melainkan wahyu dan pemberian Allah. Baptisan tidak bisa dianggap sepele, melainkan harus dipandang sebagai sesuatu yang terbaik dan luhur. Meskipun baptisan merupakan hal lahiriah, namun yang jelas firman dan perintah Allah menetapkannya dan meneguhkannya. Lebih-lebih baptisan itu dilakukan di dalam namaNya. Luther mendirikan pendapatnya di atas nats ini: </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">“Pergilah dan baptislah di dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus…” (Mat. 28:19-20).</span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Dibaptis dalam nama Allah bukanlah dibaptis oleh manusia, melainkan oleh Allah sendiri. Karena itu, walaupun manusia yang melakukannya, baptisan itu benar-benar perbuatan Allah sekaligus. Artinya, jika pun seorang imam atau pendeta melayani sakramen baptisan kudus, sebenarnya Allah sendirilah pelaku utama dalam sakramen tersebut, bukan si pendeta. Luther berpendapat bahwa baptisan bukanlah air biasa saja, melainkan air yang terkandung dalam firman dan perintah Allah serta dikuduskan oleh-Nya. Dengan demikian baptisan tidak lain daripada Allah sendiri; bukan karena air itu lebih istimewa dari segala jenis air yang lain, tetapi karena firman dan perintah Allah yang menyertainya. Jadi, baptisan berbeda dengan air yang lain, bukan karena apa adanya, melainkan karena sesuatu yang lebih mulia menyertainya. Allah sendiri menaruh kemuliaanNya atasNya dan mengalirkan kuasa dan kekuatan ke dalamnya. Baptisan adalah suatu firman surgawi yang kudus, pujian apapun tidak cukup untuk memuliakannya, karena seluruh kuasa dan kemampuan Allah ada di dalamnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Oleh sebab itu, firman dan air jangan sekali-kali dibiarkan terpisah satu sama lain dengan cara apapun. Sebab jika terpisah, maka air tersebut tidak ada bedanya dengan air yang digunakan pelayan memasak, dan hanya dapat disebut sebagai baptisan pelayan kamar mandi. Tetapi, apabila disertai dengan firman Allah, maka baptisan itu adalah suatu sakramen dan disebut Baptisan Kristus. Dengan demikian yang pertama ditekankan ialah hakikat dan pentingnya sakramen kudus ini. “Siapa yang percaya dan dibaptis akan memiliki kesukaan yang kekal” (Mat. 16:16).</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Inilah dasar biblis yang dikemukakan oleh Luther dalam mengkaji tujuan dan dampak baptisan. Dia meringkaskan bahwa kuasa, pengaruh, manfaat buah dan tujuan baptisan adalah agar orang-orang memiliki kesukaan kekal. Kesukaan kekal artinya suatu tanda bahwa telah dibebaskan dari dosa, maut dan iblis, masuk ke dalam kerajaan Kristus dan hidup bersama Dia selama-lamanya. Sehingga Luther mengatakan bahwa air yang digunakan dalam baptisan merupakan air ilahi yang memperoleh kuasa menjadi “kelahiran kembali”, seperti yang disebutkan Paulus dalam Titus 3:5. Oleh karena manfaat baptisan disebutkan dan dijanjikan dalam kata-kata yang menyertai air itu, maka manfaat itu tidak dapat kita terima bila kita tidak mempercayainya di dalam iman.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Menurut Luther, tidak ada mutiara yang lebih berharga daripada baptisan. Menurutnya, pemberian-pemberian dalam baptisan begitu banyak dan tak ternilai harganya, antara lain kemenangan atas maut dan iblis, pengampunan dosa, kemurahan Allah, Kristus seutuhnya dan Roh Kudus dengan pemberian-pemberian-Nya. Seseorang yang dibaptis menerima janji akan berbahagia selama-lamanya. Itulah dampak yang dihasilkan oleh perpaduan air dan Firman dalam baptisan, yakni bahwa tubuh dan jiwa memperoleh kesukaan yakni pemateraian atas pengampunan dosanya. Luther kemudian menghubungkan asumsinya dengan Roma 6, yang berbicara seputar topik kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Menurut Luther, baptisan sebagai sakramen yang kudus telah mengikutsertakan kita di dalam kematian dan kebangkitan Yesus.</span><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Sah tidaknya baptisan tidak tergantung pada orang yang dibaptis, demikialah asumsi Luther menanggapi pertanyaan orang-orang tentang baptisan kepada anak. Menurutnya, baptisan bergantung pada Firman yang menyatu dengan air. Siapapun yang dibaptis, Allah berkenan atas baptisan tersebut, sebab memang Allah sendirilah yang menjadi aksiom baptisan. Luther mengatakan bahwa baptisan adalah kehendak Allah, bukan kehendak manusia. Oleh sebab itu, baik anak-anak ataupun orang dewasa, jika baptisan itu atas nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka baptisan itu adalah sah adanya<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8997062438332924616&postID=2108291999043720666" name="_ftnref16">.</a> Jadi, sekalipun anak-anak belum percaya, baptisan mereka tetap sah, dan tak seorangpun bisa membaptis mereka kembali. Kita membawa anak untuk dibaptis bukan karena anak itu memiliki iman, melainkan karena Allah yang menghendakinya.</span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Sekali baptisan itu dimulai, maka kita terus-menerus berada di dalamnya. Sebab kita tidak pernah berhenti membersihkan apa-apa yang berasal dari Adam lama; dan apa saja yang termasuk manusia baru harus terus menerus muncul. Yang dimaksud oleh Luther dengan manusia lama adalah apa yang dilahirkan dalam diri kita dari Adam, yakni: amarah, cemar, iri hati, mesum, tamak, malas dan tinggi hati. Oleh karena itu, manakalah kita masuk ke dalam Kerajaan Kristus, semua ini mesti makin berkurang dari hari ke hari, sehingga makin hari kita makin lembut, sabar dan rendah hati, serta membuang ketamakan, kebencian, iri hati dan kesombongan<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftn2" name="_ftnref2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">[2]</span></span></span></a>. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Luther berpendapat bahwa dalam baptisan kita diberi anugerah, Roh dan kekuatan untuk menekan manusia lama, sehingga manusia baru dapat muncul dan bertumbuh kuat. Dengan demikian baptisan akan terus-menerus ada. Kalau kita jatuh dan berbuat dosa, pintu kepada baptisan selalu terbuka, sehingga kita dapat mengatasi lagi manusia lama. Bahkan dia mengatakan bahwa sekalipun kita mencelupkan diri ke dalam air beratus kali, yang ada hanyalah satu baptisan saja; tetapi pengaruh dari baptisan itu tetap ada dan berlaku. Karena itu, ia menganjurkan agar semua orang memandang baptisan sebagai pakaian sehari-hari, yang harus dikenakan senantiasa. Sebagaimana dosa kita telah diampuni, demikian juga pintu pertobatan selalu terbuka bagi setiap orang yang telah menerima baptisan, sepanjang ia mau kembali kepada Kristus.</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 121.4pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">III. Penerapan di Jemaat dan Masyarakat</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">3.1. Jabatan Gerejawi</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Jabatan dan fungsi. Di sini kita sepertinya melihat adanya dua tugas yang berbeda antara panggilan jabatan dengan fungsi. Hal ini menjadi sulit dimengerti karena setiap kita telah dididik dengan konsep struktur organisasi fersi sekuler sehingga setiap bagian menjadi terkunci di wilayahnya masing-masing. Tetapi, di dalam pemahaman Lutheran dengan beranjak dari Alkitab bahwa setidap pemanggilan dan penetapan Allah (Yohanes 15:16) kita adalah satu organisme yag mempunyai jabatan didalam fungsi yang satu. Ketika kita menjadi gembala (pemimpin gereja) kita diperlengkapi namun fungsi kita jauh lebih luas daripada wilayah jabatan itu sendiri. Paulus mengatakan bahwa Ia telah memberikan para pemimpin gerejawi untuk satu fungsi yakni untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus (Efesus 4: 11-12). Juga dijelaskan Paulus bahwa kita merupakan bagian dari tubuh di mana satu bagian tubuh tidak mungkin lepas dari semua bagian tubuh yang lain. Satu bagian merupakan keseluruhan daripada tubuh di mana ia adalah bagian tubuh dan sekaligus adalah tubuh (II Korintus 12:12ff).</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Motif daripada seluruh panggilan jabatan adalah untuk membangun tubuh Kristus. Apakah jabatan merupakan sesuatu yang ditempelkan pada diri seseorang supaya mempunyai pengaruh yang lebih luas dan dapat menciptakan kesombongan bagi dirinya ataukah justru jabatan tersebut menuntut kualifikasi untuk mempertanggungjawabkan jabatan tersebut di hadapan Tuhan? Bahwa rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar adalah untuk memperlengkapi orang-orang kudus yang mana jabatan tersebut berkaitan dengan tugas gereja, guna kemudian setiap orang kudus (anggota jemaat) dapat “pergi” keluar yakni dunia di tempatnya gereja diutus baik di pemerintahan maupun sektor swasta. Dengan kata lain jabatan gerejawi memiliki tuntutan kualitas dan pengujian yang bertanggungjawab di hadapan Tuhan. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Berkaitan dengan jabatan gereja dengan macam-macam fungsi tetap memiliki fungsi utama dan terutama yakni untuk memperlengkapi umat. Semua jabatan gereja dengan fungsinya tidaklah bersifat sub ordinatif melainkan sebagai mitra sekerja dalam pelaksanaan penatalayanan gerejawi. Misalnya, pemberita Injil, tugas evangelis adalah tugas yang juga penting di dalam jabatan gerejawi. Karena kalau tidak ada penginjil memberitakan Injil maka tidak ada “domba” yang akan digembalakan. Seorang dapat memberitakan Injil dengan baik adalah karena ada orang-orang yang dipakai oleh Tuhan mengajar, memberi contoh, melakukan teladan dan memulai pekerjaan penginjilan. Tidak semua orang mempunyai talenta yang sedemikian hebat menjadi pemberita Injil karena secara jabatan ia harus mempunyai perlengkapan yang unik yaitu seperti Ia harus mempunyai pengertian theologis yang benar dan mampu memberikan pada jemaat prinsip-prinsip pemberita, mendorong dan memperlengkapi untuk boleh memberitakan Injil; Mereka harus mempunyai kemampuan komunikasi, bahasa dan budaya yang baik karena ketika memberitakan Injil kita harus berhadapan dengan orang yang mempunyai budaya, pemikiran tertentu dan ia harus mempunyai konsep yang mampu menangkap konsep orang yang berbicara dengannya serta kemampuan adaptasi yang baik dan kekuatan untuk berani menembus situasi. Ini bukan hal yang sederhana, pendidikan-pendidikan penginjilan yang melatih hamba Tuhan untuk tugas penginjilan, dan menjadi misionari yang masuk ke lintas budaya dan orang-orang yang mendorong penginjilan didalam gereja-gereja merupakan orang yang Tuhan panggil khusus sama dengan jabatan lainnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Setelah terdapat orang-orang yang bertobat maka terdapat dua jabatan yang berkaitan satu dengan yang lain karena seorang gembala bagaimanapun juga dia adalah seorang pengajar dan demikian pula sebaliknya. Tetapi bagaimanapun juga tugas ini tetap dapat dipisahkan karena terdapat intensitas yang sedikit berbeda. Dalam tugas seorang gembala lebih banyak ke bidang pastoral seperti konseling, memperhatikan kehidupannya umat sedangkan seorang pengajar lebih memperhatikan ke bidang akademis, pengertian konsep dan pengajaran teorinya. Sehingga disini antara gembala dan pengajar dikaitkan satu dengan yang lain dengan lebih baik dimana tugas antara gembala dan pengajar adalah memelihara dan mempertumbuhkan jemaat dan akhirnya mereka dapat dipakai Tuhan menjadi alat Tuhan dalam pekerjaan pelayanan pembangunan tubuh Kristus.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Selanjutnya, dimana posisi kita? Setiap kali Tuhan memberikan jabatan mari kita bertanya seberapa jauh kita bertanggung jawab untuk jabatan yang Tuhan sudah berikan dan bagaimana itu menjadi jabatan yang akhirnya dapat memperlengkapi pembangunan tubuh Kristus. Besar harapan kita bertobat dan mengerti apa yang Tuhan mau serta tahu seberapa luas fungsi yang Tuhan percayakan kepada kita adalah kunci untuk menjawab pemanggilan kita. Jika di dalam pengertian yang benar maka tidak seorangpun pejabat gerejawi yang akan sembarangan di dalam memegang jabatan dan tahu bagaimana memberikan satu pertanggungjawaban. Bagaimana fungsi menuntut satu pekerjaan bersama baru dengan demikian seluruh tubuh dibangun bersama, terkoordinasi dengan rapi dan setelah itu semua pekerjaan Tuhan dapat dibangun tanpa mengalami halangan. Seluruh sistem gerakan dapat terjadi karena kita tahu sistem organisme yang berjalam seperti Kristus kehendaki agar semua orang menerima dan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat (Visi HKI: Filipi 2:11). Mengenal dan menghidupi dengan berpegang kepada kebenaran di dalam kasih maka jabatan dan fungsi akan diwujudnyatakan dengan motivasi yang berorientasi pada kepentingan Tuhan bukan kemanusiaan kita dengan mengedepankan hati seorang hamba (lihat Lukas 17:10). </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="PT-BR" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">3.2. Baptisan </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Pendapat Luther tentang air dalam baptisan bisa dipahami, sebab air dalam baptisan menandakan dua hal:</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"></span></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Air itu mempunyai sifat membersihkan kotoran dari badan, maka patut sekali untuk menandakan pembersihan dosa kita, sehingga yang najis menjadi suci karena dibersihkan oleh darah Tuhan Yesus Kristus. </span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Air memungkinkan segala sesuatu dapat hidup, baik tumbuh-tumbuhan maupun binatang ataupun manusia. Semua yang hidup pasti memerlukan air.</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Demikian pula halnya dengan darah Tuhan Yesus Kristus, yang memungkinkan orang hidup kembali dari jeratan maut yang kekal. </span><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Hidup orang yang ke arah kematian itu berbalik ke arah kehidupan karena darah Kristus.</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"> Selain menjadi tanda, air itu juga menjadi meterai seperti sakramen lainnya. Jadi, sebagaimana air itu membersihkan badan, demikian pula kita dibersihkan oleh Kristus dari kenajisan dan diberi hidup yang baru oleh Kristus. Jadi, pertanyaan tentang baptis selam atau baptis tetes tidak perlu dipersoalkan, yang terpenting adalah air.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Untuk menjawab kritikan-kritikan dari gereja-gereja yang menolak baptisan anak-anak karena persoalan iman, gereja lutheran berpandangan bagaimanapun bayi-bayi tidak dapat dikatakan mempunyai iman bila iman dipahami sebagai suatu jawaban yang secara sadar, secara sengaja diberikan terhadapa janji-janji Allah. Namun harus dijelaskan bahwa ajaran Luther tentang pembenaran oleh iman tidak mengartikan bahwa seorang individu yang mempunyai iman dibenarkan dengan alasan itu. Hal ini berarti bahwa Allah secara penuh kemurahan, mengaruniakan iman sebagai suatu pemberian. Iman bukanlah sesuatu yang dapat kita capai tetapi sesuatu yang diberikan kepada kita secara penuh kemurahan. Dengan demikian baptisan tidak mempersyaratkan iman, tetapi baptisan menyebabkan iman. “Seorang anak kecil” menjadi seorang yang percaya, bila Kristus di dalam baptisan berbicara kepadanya melalui mulut dari orang yang membaptisnya karena itu adalah FirmanNya, perintahNya dan FirmanNya tidak dapat tidak pasti menghasilkan buah. Itulah sebabnya gereja-gereja Lutheran lebih menerapkan baptisan terhadap anak-anak.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Ketika Yesus dibaptis Yohanes Pembaptis di sungai Yordan, terdengarlah suara dari sorga mengatakan: <i>“Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan”</i> (Mat. 3:13-17). Ucapan itu menunjukkan hakikat hubungan istimewa antara Yesus dengan Allah, sebagai orang yang dipilih secara khusus untuk membentuk umat Allah yang baru. Dengan kata lain, suara dari langit itu menunjukkan bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh menjadi Hamba Tuhan yang menderita dan yang menanggung dosa umatNya. Ia dibaptiskan bukan karena dosaNya sendiri, tetapi karena dosa manusia. Ketika Yesus minta dibaptis, hal itu menunjukkan bahwa Ia menyatakan diriNya solider kepada manusia yang berdosa. Jadi baptisan Yesus di sungai Yordan langsung menunjuk kepada kematianNya, yang menghasilkan pengampunan dosa bagi seluruh umat manusia (Yoh. 1:29). Demikian eratnya hubungan antara baptisan Yesus dengan kematianNya sehingga perkataan “baptisan” dipergunakan sebagai sebutan untuk penderitaan dan kematianNya (Mark. 10:38; Luk. 12:50).</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Sebelum kedatangan Yesus Kristus, dalam kepercayaan bangsa Israel umat Israel diharuskan menyunatkan semua anak laki-lakinya setelah anak itu berumur 8 tahun. Tuhan memberikan peraturan demikian kepada bangsa Israel dengan maksud yang khusus yaitu menjadi tanda dan materai atau cap dari perjanjianNya dengan Israel sebagai umatNya (Kej. 17:10ff). </span><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Sunat itu menjadi cap atas kebenaran dari iman (Lih. Rm. 4:11). Dalam hal ini iman merupakan hal yang pokok. Iman terhadap Tuhan akan mendatangkan kebenaran yang tidak dapat dicapai oleh manusia berdosa. Manusia tidak mungkin mendapatkan kebenaran dari upayanya sendiri, melainkan dari Tuhan.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Dengan kedatangan dan hidup Yesus Kristus, segala sesuatu yang dimaksudkan dalam Perjanjian lama telah dipenuhi, sehingga hal itu juga memperbaharui perjanjian antara Allah dengan umatNya (Ibr. 7:22; 8:6-9). Sebagaimana halnya dalam Perjanjian Lama dimana sunat memasukkan orang ke dalam perjanjian kasih karunia Allah sehingga orang itu menjadi umat Allah, demikian juga baptisan dalam Perjanjian Baru. Baptisan memasukkan orang ke dalam perjanjian Allah yang telah diperbaharui dan dipenuhi oleh Kristus (Kol. 2:11-12).</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga, Ia memberi perintah kepada murid-muridNya: “<i>Karena itu baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus…” </i></span><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">(Mat. 28:19-20). Dari sini jelaslah bahwa baptisan bukan hasil penemuan manusia, melainkan penetapan Tuhan sendiri. </span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Tuhan berkenan menghubungkan baptisan dengan kematian Tuhan Yesus, yang mendatangkan keselamatan, atau berkenan menghubungkannya dengan perjanjianNya yang telah diperbaharui di dalam Kristus. </span><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Oleh karena itu baptisan tidak boleh dipisahkan dari karya penyelamatan Kristus. Sebab Kristus adalah pemenuhan baptisan yang merupakan tanda karya penyelamatanNya, yang mendamaikan Allah dengan manusia.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Baptisan itu adalah pekerjaan yang kudus, sebab Tuhan Yesus sendirilah yang memerintahkannya serta di dalamnya terkandung janji Allah yaitu kasihNya (Mat. 28:19; Mrk. 16:16; Kis. 2:38). </span><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Baptisan menjadikan orang Kristen partisipan dari rahasia kematian dan kebangkitan Kristus, mencakup pengakuan dosa dan pertobatan hati. Baptisan itu mempersatukan setiap orang yang percaya kepada Tuhan. Baptisan merupakan peristiwa agung di mana kita diikutsertakan dalam kematian Yesus Kristus dan ikut mengalami kebangkitan di dalam kebangkitan Yesus Kristus (Rm. 6:3-4). Dibaptiskan berarti mendapat bagian dalam hidup, kematian dan kebangkitan Kristus. Baptisan menandai dan memateraikan bahwa orang yang sudah dibaptis telah mati dalam dosa bersama dengan kematian Kristus. Dengan kematian dan kebangkitan Kristus orang Kristen telah dibenamkan dan dibebaskan dari dosa. Di dalam kematian itu dosa manusia dikubur, dimana Adam yang lama disalibkan bersama Kristus dan kuasa dosa serta kuasa maut dipatahkan sehingga hilang kuasanya. Dengan demikian orang-orang yang sudah dibaptis tidak lagi hamba-hamba dosa tetapi menjadi manusia yang bebas dengan kuasa Kristus yang membebaskan segala kuk.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Mengenai baptisan anak, yang penting dalam pelaksanaannya adalah iman orangtua yang mewakilinya. Gereja yang membaptis anak haruslah memberi perhatian penuh terhadap katekisasi bagi orangtua sebelum baptisan. Tugas orangtua adalah memelihara si anak dengan baik untuk mempersiapkannya mengambil keputusan dalam peneguhan.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa d</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">alam Pandangan Martin Luther, Allah sendirilah yang menjadi dasar dan pelaksana utama dalam Baptisan, bukan manusia. Oleh karena itu, tidak menjadi persoalan tentang siapa orang yang dibaptis, apakah orang dewasa atau anak-anak; sebab jika baptisan tersebut dilaksanakan di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka sakramen tersebut adalah sah. </span><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Seorang yang menerima baptisan berarti telah ikut dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Dengan demikian, baptisan menurut Luther membawa kesukaan yang kekal. Akan tetapi, bukan berarti manusia hanya tinggal diam saja; melainkan mesti menunjukkan kuasa baptisan tersebut dalam hidup sehari-hari. Syarat utama merasakan kuasa baptisan adalah iman. Melalui iman, orang yang dibaptis akan insaf akan kehendak Allah, sehingga baptisan itu akan selalu disempurankan sampai akhir hayat.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="DE" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">IV. Penutup</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Dengan berangkat dari pemahaman yang benar terhadap Konfesi Augsburg 1530 maka mengenai Baptisan dalam penerapannya di HKI haruslah dapat ditujukan kepada semua anak-anak. Untuk ini, penulis setuju dengan hasil keputusan Rapat Konven Pendeta HKI hingga 2010 bahwa semua anak dapat dibaptis. Maksudnya, semua anak yang lahir dari siapapun dan dengan cara bagaimanapun dapat dibaptis. Kesalahan atau dosa orangtua tidak menghambat seorang anak untuk dibaptis karena kesalahan atau dosa orangtua tidak ikut ditanggung oleh anaknya (Yeh. 18:19-20). Baptisan terhadap anak yang orangtuanya kena Hukum Siasat Gereja HKI atau yang orangtuanya bukan anggota jemaat HKI ataupun yang orangtuanya bukan kristen dapat dilaksanakan dengan adanya orangtua baptis yang bersedia mengakukan imannya di dalam Yesus Kristus baik yang adalah anggota jemaat HKI atau tidak dan yang bertanggungjawab atas diri anak tersebut.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Ajaran "semua anak dapat dibaptis" menegaskan bahwa tidak ada anak tertentu atau anak macam apapun yang tidak dapat dibaptis. Siapapun anak yang dilahirkan ke dunia ini, baik dari orangtua yang jahat, sundal, yang kena Hukum Siasat Gereja, maupun dari orangtua yang bukan kristen dapat dibaptis oleh gereja HKI. Demikian juga, anak yang orangtuanya dikucilkan dari gereja lain dapat dibaptis oleh gereja HKI. Perihal cara bagaimana seorang anak lahir juga tidak menghambat untuk dibaptis, seperti bayi tabung atau anak yang lahir bukan dari kandungan seorang ibu. Anak sepasang suami isteri yang dikandung dan dilahirkan seorang ibu yang lain juga dapat dibaptis. Singkatnya, tidak ada alasan apapun, baik alasan runtut dosa orangtua, alasan cara lahir maupun alasan administrasi yang mengakibatkan seorang anak tidak dapat dibaptis.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Dalam Konfessi Augsburg 1530 (konfesi yang dianut HKI) Artikel IX disebutkan bahwa anak-anak harus dibaptis. Janji keselamatan Allah juga ditawarkan kepada anak-anak dan bayi bersama baptisan itu. Konfesi ini tidak memuat ketentuan atau indikasi yang menghambat anak-anak tertentu untuk dibaptis. Justru atas dasar perintah Kristus: "Baptislah semua bangsa (Mat. 28:19), konfesi ini menegaskan bahwa karena keselamatan ditawarkan kepada semua orang, begitu juga baptisan ditawarkan kepada semua orang, termasuk anak-anak dan bayi. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Martin Luther mengajarkan bahwa baptisan bergantung kepada Firman Allah, bukanlah apakah orang yang dibaptis itu percaya atau tidak. Kalaupun ia tidak percaya, itu tidak membuat baptisan itu salah. Baptisan adalah sah sekalipun tidak disertai dengan iman. Baptisan tidak terkait dengan iman melainkan dengan Firman Tuhan. Sehubungan dengan itu disebutkan bahwa anak-anak dibaptis karena perintah Allah. Anak-anak dibaptis bukan karena imannya, melainkan hanya karena Allah telah menyuruh membaptis mereka. Selanjutnya dikatakan bahwa baptisan tetap sah sekalipun disalahgunakan. Marthin Luther mengibaratkannya dengan emas yang dikenakan pelacur. Emas tetaplah emas kendatipun seorang pelacur mengenakannya dalam dosa dan aib. Jadi menurutnya, "Baptisan senantiasa benar dan berlaku sepenuhnya, kalaupun seseorang dibaptis dan tidak mempunyai iman yang benar. Sebab, firman dan perintah-perintah Allah tidak dapat diganti atau diubah oleh manusia </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Berdasarkan ajaran Marthin Luther ini, jelas bahwa tidak seorangpun anak tertentu dapat ditolak untuk dibaptis, karena baptisan itu tidak tergantung pada diri atau keadaan si anak dan tentu terlebih lagi tidak tergantung pada diri atau keadaan orangtuanya maupun keadaan cara bagaimana kelahirannya melainkan pada: Firman dan perintah Allah untuk membaptis. Sedangkan dari tinjauan Alkitabiah kita ketahui bahwa:</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Ajaran Alkitabiah tidak ada berbicara tentang anak-anak tertentu yang tidak dapat dibaptis, melainkan berbicara tentang membaptis semua, bangsa/semua orang termasuk di dalamnya semua anak. Di Matius 28:19 dikatakan, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Ajaran Alkitabiah tidak ada yang menghambat anak-anak datang kepada Yesus untuk memiliki Kerajaan Allah; sebaliknya mengajarkan membiarkan anak-anak datang kepada Yesus, dan setiap orang yang patut masuk kerajaan Allah adalah yang menyambutnya seperti seorang anak kecil. Di Lukas 18:16-17 disebutkan "Tetapi Yesus memanggil mereka dan berkata: "Biarkanlah anak-anak itu datang kepadaKu dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya kerajaan Allah”. Aku berkata kepadamu, "Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak masuk ke dalamnya". Anak-anak yang diminta Yesus untuk dibiarkan datang kepadaNya bukan menunjuk pada anak-anak tertentu, melainkan siapapun anak-anak. Rangka melaksanakan amanat Yesus tersebut, gereja HKI membawa siapapun anak-anak kepadaNya untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah dalam baptisan.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Ajaran Alkitabiah yang menegaskan bahwa anak-anak juga pemilik janji Allah yang diadakan dengan umat manusia yakni akan diberikan Kerajaan Allah (Mrk. 10:14; Luk. 18:16; Kis. 2:38-39). Karena baptisan adalah sekaligus karya Allah dan perbuatan manusia (Kis. 2:38; 9:17-19; 16:31-33; Mrk. 16:16), maka baptisan anak-anak juga perbuatan manusia membawa anak-anak menjadi penerima janji Allah dalam baptisan, atau untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Jadi, sekiranyapun benar bahwa anak-anak tertentu berada di luar janji Allah, di luar Kerajaan Allah karena orangtuanya berdosa dan kena Hukum Siasat Gereja, justru anak-anak seperti itulah yang harus dibawa ke dalam Kerajaan Allah dalam baptisan.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Ajaran Alkitabiah yang mengatakan bahwa seorang anak tidak dihukum oleh karena dosa ayahnya atau dosa orangtuanya. Yeremia 31:29-30: “Pada waktu itu orang tidak berkata lagi "ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu, melainkan setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri, setiap manusia yang makan buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu"; Yehezkiel 18:1-4: Maka datanglah Firman Tuhan kepadaku, “Ada apa dengan kamu, sehingga kamu mengucapkan kata sindiran ini di tanah Israel: Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu? Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan Allah, kamu tidak akan mengucapkan kata sindiran ini lagi di Israel. Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati". Kemudian Yehezkiel 18:19-20: "Tetapi kamu berkata, mengapa anak tidak turut menanggung kesalahan ayahnya? Karena anak itu melakukan keadilan dan kebenaran, melakukan semua ketetapanKu dengan setia, maka ia pasti hidup. Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya". Maka sebagaimana ajaran Akitabiah ini bahwa seorang anak tidak turut menanggung hukuman akibat kesalahan atau dosa orangtuanya, demikian pula seorang anak yang lahir dari orangtua yang bersalah atau berdosa, yang kena hukum siasat gereja ataupun yang lahir dengan cara dosa tidak boleh dijatuhkan hukuman berupa tidak dapat dibaptis, melainkan atasnya anugerah Tuhan dinyatakan dengan membaptis<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftn3" name="_ftnref3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">[3]</span></span></span></a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Bagaimana dengan anak-anak dari Katholik? Anak-anak dari katolik, perlu diprotestankan agar mereka menanggalkan pemahamannya mengenai sakramentalia yang selama ini dianutnya dari ajaran Katholik. Dan, berkaitan dengan anak-anak bahwa anak-anak yang sejak dalam kandungan ibu yang beriman kepada Kristus sudah menjadi pewaris Kerajaan Allah. Jadi baptisan yang diberikan kepadanya setelah lahir adalah sebagai pemateraian dan pengumuman bahwa dia adalah sudah benar dan sungguh sebagai pewaris Kerajaan Allah. Mengenai baptisan darurat, setiap orang adalah imamat am orang percaya (I Petrus 2:9), maka siapa saja bisa melakukannya dengan memperhatikan dalam kasus darurat saja dikala pada saat bersamaan tidak ada pelayan gereja (yang telah menerima tohonan) tidak ada di tempat darurat itu<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftn4" name="_ftnref4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">[4]</span></span></span></a>. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Mengenai Jabatan Gerejawi</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"> bahwa jabatan gerejawi dulu disebut rezim gereja yang mengajarkan bahwa tidak seorangpun diperbolehkan mengajar dan berkhotbah secara terbuka di gereja atau melayankan sakramen2 bila orang itu tidak dipanggil atau dipekerjakan sesuai dengan peraturan yang berlaku di gereja pada waktu itu. Dalam konteks hari ini, perlu dipertanyakan perihal Jabatan kita untuk apa? Gereja hadir bukan untuk memberati hidup manusia tapi untuk membantu manusia dalam persoalan hidupnya dan diutus untuk ke semua bangsa, maka dari itu jabatan itu melekat sampai mati. Tidak boleh ada yang mencabut jabatan gerejawi (tohonan) termasuk dosa atau kebodohan yang dilakukannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Salah apabila seorang atau gereja mencabut kependetaan seseorang, tapi jabatan dalam artian pekerjaannya dari pos pelayanannya tentunya dapat dilakukan. Tidak seorangpun yang berhak mencabut tohonan seseorang sebagai pendeta/sintua (yang sudah menerima tohonan). Sama dengan status sintua, tohonannya untuk seumur hidup, tapi jabatannya di pos pelayanan di gereja ada periode/bataswaktunyapensiun. Penting untuk diingat bahwa imam dan jabatan gereja bertujuan untuk melanjutkan karya kasih Kristus, bukan penghakimanNya, sebab hanya Dia yang berhak menghakimi.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Jabatan gerejawi bukan jabatan negara. Marin Luther dengan tegas menerangkan adanya dua kerajaan: Duniawi dan Gerejawi dengan prinsip yang satu tidak boleh menguasai satu dengan yang lain. Seperti dalam Roma 13 jelas bahwa Kerajaan Duniawi dikehendaki oleh Tuhan untuk menghukum orang bersalah. Maka dengan adanya Kerajaan Gerejawi maka gereja yang berhak mengangkat jabatan di dalamnya. Gereja Lutheran menganut sistem pastor: Pendeta yang memilih, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Calling Pastor</i> sedangkan Calvin jemaat yang memanggil jabatan, pastor yang telah ditabalkan (menerima tohonan) mencari daerah pelayanan sendiri dengan melamar ke jemaat tertentu dan dapat menetap seumur hidup di satu jemaat. Dalam zending (pengutusan) pastor, Gereja Lutheran menganut sistem pengutusan dari pimpinan gereja ke jemaat dimana akan ditempatkan. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Gereja Lutheran juga tidak mengenal Ephorus (pengawas atau penilik), melainkan Bishop dikenal sebagai Pemimpin tertinggi, dan ephorus adalah wakil yang diutus untuk suatu daerah. Untuk itu di HKI seharusnya digunakan istilah Bishop bukan Ephorus untuk Pucuk Pimpinannya dan Bishoplah yang berhak untuk mengutus dan mentahbiskan pelayan di ranah pelayanannya yang secara preogatif bisa mendelegasikannya ke supertenden (praeses) atas nama Bishop.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Dalam sistem pemerintahannya, Gereja Lutheran bukan sistem demokrasi melainkan musyawarah. Jadi penentuan siapa yang bisa atau tidak ditahbiskan tidak ditentukan oleh suara terbanyak. Siapa yang bisa menjadi pendeta adalah atas wewenang Bishop untuk mengaturkannya. Bishop yang menentukan penempatan pendeta, namun dengan memperhatikan kesatuan dan peran andil jemaat saat sekarang ini hendaklah harus ada keterlibatan jemaat sebagai bahan pertimbangan bagi Bishop. Selain itu, HKI memakai satu sinode sebagai forum musyawarah tertinggi. Di Katolik ada konsili. Dalam sinode yang terjadi tujuannya untuk tumbuh bersama. Bukan alat menghukum orang. Tapi tempat membicarakan tekad untuk tumbuh bersama dalam rangka mengembangkan Kerajaan Allah. Gereja juga bukan milik seseorang, jemaat bukan jemaatku atau kita, tapi milik Yesus Kristus, itulah mengapa HKI mempertahankan namanya sebagai huria bukan gereja. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Demikianlah uraian pemahaman penulis tentang topik Penerapan Jabatan Gerejawi dan Babtisan di jemaat dan masyarakat sesuai Konfesi Augsburg 1530 Artikel V dan IX. Kiranya berfaedah untuk keberlangsungan pelaksanaan penatalayanan gerejawi khususnya terkait jabatan gerejawi dan baptisan di Gereja HKI di masa yang akan datang. Terimakasih dan Tuhan memberkati.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">V. Daftar Pustaka</span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 18.0pt; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Aritonang, Jan S. <i>Berbagai Aliran Di Dalam dan Sekitar Gereja,</i> Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 18.0pt; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Berkhof, H.& Enklaar, I.H.<i>Sejarah Gereja,</i> Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 18.0pt; text-indent: -18.0pt;"><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Buku Konkord, </span></i><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">(terj. ) P.Siantar, Lutheran Literatur Team, 1986</span><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 18.0pt; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Rumus Konkord, </span></i><span lang="NL" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">(terj. W.Sihite,dkk) P.Siantar, Lembaga Komunikasi Sejahtera, ttp.</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 18.0pt; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Katekismus Besar: Martin Luther,</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"> (terj. Anwar Tjen), Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 18.0pt; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Sibarani Firman, <i>Keputusan Konven Pendeta HKI 2010, </i>Pematangsiantar, 2011</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 18.0pt; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">Katekhismus DR.Martin Luther,</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"> (terj. </span><span lang="ES" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;">John B.Pasaribu), Jakarta: Yayasan Borbor, 2004.</span><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 11pt;"></span></div><div style="mso-element: footnote-list;"><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;">[1]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;"> </span><span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;">Penjelasan tentang pemahaman pengertian dari Babtisan oleh Pdt. DR. Langsung Sitorus, MTh dalam kelas pembahasan Konfesi Augsburg Artikel IX; Jumaat, 11 Februari 2011</span></div></div><div id="ftn2" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;">[2]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;">Bnd. Penjelasan tentang pemahaman pengertian dari Babtisan oleh Pdt. MP. Hutabarat, STh dalam kelas pembahasan Konfesi Augsburg; Kamis, Jumaat, 10 Februari 2011. Disebutkan bahwa jiwa dari Babtisan harus baru setiap harinya dalam kehidupan orang yang dibabtis.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;"> </span><span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;"></span></div></div><div id="ftn3" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref3" name="_ftn3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;">[3]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;"> Keputusan </span><span lang="FI" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;">Rapat Konven Pendeta HKI hingga 2010 tentang Ajaran, Pematangsiantar, 2011</span></div></div><div id="ftn4" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref4" name="_ftn4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;">[4]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;">Op.cit., </span></i><span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 9pt;">Pdt. DR. Langsung Sitorus, MTh</span></div></div></div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-89356326562352139932010-12-10T20:00:00.002+07:002010-12-10T20:05:50.397+07:003 Ajakan Keselamatan: Pembebas, Pembaharu & Pembawa Damai! Siapkah Kita?<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><b>Matius 22: 1 – 4</b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Perumpamaan di atas mempunyai ciri sebuah alegoria, sama seperti perumpamaan-perumpamaan sebelumnya (lih. Matius 21: 33-41), dan memiliki maksud yang sama. Raja yang disebut ingin menyatakan keberadaan Allah, sedangkan perjamuan kawin menggambarkan kebahagiaan di zaman Mesias, dan Anak Raja itu tidak lain adalah Mesias sendiri. Hamba-hamba yang disuruh raja ialah para nabi dan rasul (zaman sekarang bisa saja para rohaniawan) dan para undangan yang tidak mengindahkan undangan atau menganiaya hamba-hamba raja itu adalah orang Yahudi (bc: yang menolak kedatangan Mesias di dalam Yesus Kristus), sedangkan mereka yang dikumpulkan dari jalan adalah orang berdosa dan kaum kafir yang kemudian percaya dan bertobat. Siapa yang menanggapi undangan harus memakai pakaian pesta perkawinan, artinya: hidup yang dibalut tidak dengan pakaian bagus dan mewah melainkan hidup yang memakai pakaian dari cara hidup yang berkenan di hadapan Allah sebagai wujud hidup di dalam Terang dan Kasih Yesus Kristus (Gal. 5:22).</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8997062438332924616&postID=8935632656235213993" name="SH_4"></a><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8997062438332924616&postID=8935632656235213993" name="SH_Mat_22_1-14_1"></a><b>Refleksi</b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><b>SAMBUT BAIK ANUGERAH ALLAH</b> </div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Dalam kehidupan sehari-hari kita, atau pengalaman saya ketika sebagai mahasiswa tatkala menerima undangan apalagi dari seorang yang terhormat dan terkenal, tentunya akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi saya. Untuk hal-hal tertentu saya akan mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dan bahkan akan menjadwalkannya dengan tanda khusus di agenda saya, malah bisa jadi saya akan menggeser acara-acara lain supaya bisa menghadiri undangan tersebut. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Namun, miris jika kita berangkat dari perumpamaan yang dituliskan Matius kepada kita saat ini lewat nats Evanggelium di Minggu II Trinitatis kali ini. Seorang raja yang mengundang banyak tamu untuk menghadiri pesta perkawinan anaknya, namun tidak seorang pun tamu yang diharapkan hadir pada perjamuan itu. Ada saja alasan mereka untuk menolak undangan itu. Masing-masing mementingkan urusan mereka dan bahkan ada yang dengan kasar menganiaya serta membunuh utusan-utusan yang menjemput mereka (ayat2-6). Jelas sikap mereka yang seperti ini tidak hanya meremehkan raja, tetapi juga sama sekali tidak mengindahkan niat dan maksud baik sang raja. Jika melihat keadaan ini secara makro, yakni dari sisi norma sistem Kerajaan, maka tindakan mereka Ini sama saja dengan memberontak kepada raja. Alhasil, tidak ada hukuman yang lebih pantas selain daripada dilucuti dari permukaan wilayah kerajaan sang raja (ayat 7). </div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Pada akhirnya, undangan perjamuan kerajaan disebarkan lagi kepada orang yang berbeda, yakni setiap orang yang bukan tamu terhormat raja. Raja mengalihkan jamuannya, namun sekali lagi, banyak di antara para undangan yang tidak meresponsnya dengan tepat atau asal-asalan. Mereka datang tanpa mempersiapkan diri baik-baik. Mereka datang dengan sembarangan (ayat 11-12). Seakan-akan perjamuan kerajaan yang khusus raja persiapkan tidak lebih daripada makan di warung kaki lima atau acara makan sekadarnya. Lihat saja dampaknya, orang-orang itu pun harus menerima amarah raja (ayat 13). </div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Jemaat Tuhan yang kekasih, kisah di atas adalah realitas iman yang kerap kita jumpai dalam kehidupan beriman kita saat sekarang ini, dimana dunia dengan segala pernak-perniknya membutakan mata kita akan arti sebuah kasih. Bahkan tidak jarang, kemudian mengkerdilkan totalitas hidup kita dalam memberlakukan kasih yang sampai kepada. Lihat saja, tidak jarang sekarang kita menjumpai sulitnya seorang anak untuk mengucapkan terimakasih atau menganggap sepele pertolongan orang lain kepadanya. Hal ini adalah contoh-contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari kita. Demikian juga, sebagian banyak orang telah memperlakukan kasih Allah yang diberikan secara cuma-cuma untuk menyelamatkan hidup manusia (Roma 3:24) tanpa rasa syukur dan terkesan tidak mau tahu atau gampangan. Jemaat Tuhan, Allah itu Kasih (lih. 1 Yohanes 4:16), namun bukan berarti kebaikan dan anugerah Allah bisa diperlakukan secara murahan. Kebaikan dan anugerah Tuhan mahal harganya dan tentunya menuntut perlakuan yang sepadan, yakni melalui pola hidup kita sebagai anak-anak Tuhan. Hidup di dalam Kasih dan ketaatan terhadap Firman Tuhan. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Untuk itu, Yesus melalui perumpamaan ini memperingatkan dengan keras bahwa anugerah Allah tidak boleh dipermainkan. Anugerah Allah memang diberikan cuma-cuma tetapi bukan berarti murahan. Setiap orang yang menyepelekannya akan membayar mahal, yaitu ditolak Tuhan. Jemaat Tuhan, mari sambut dengan baik AnugerahNya dengan kerendahan hati.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><b>PERSIAPAN DIRI, MENENTUKAN HASIL!</b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Sebagian besar orang akan merasa terhormat dan tidak akan melewatkan kesempatan berharga bila termasuk tamu undangan suatu perjamuan besar yang diadakan tokoh besar, apalagi bila perjamuan tersebut diadakan oleh seorang raja bagi pernikahan anaknya (lihat saja tradisi Negara Inggris tatkala mengadakan pesta pernikahan sang pangeran, banyak orang yang berbondong-bondong untuk hadir dan terlibat di dalamnya). Tetapi hal ini tidak terjadi dalam perumpamaan di atas. Dapat dikatakan bahwa respons para tamu undangan benar-benar mengecewakan raja, walaupun raja mengundangnya beberapa kali dengan suguhan yang menggiurkan (3-4). Tak terpikir oleh kita bagaimana mungkin orang-orang tidak mengindahkan undangan raja yang biasanya dipadati para pengunjung dari segala pelosok, yang ingin menyaksikan betapa meriah, kemilau, dan sesuatu yang lain dari pada pesta biasa. Betapa mengherankan respons tidak mengindahkan mereka hanya karena aktivitas sehari-hari mereka, bahkan sampai mereka bertindak kelewatan terhadap para utusan yang memberikan undangan atas nama raja (5-6). Jemaat Tuhan, hal ini menunjukkan dan menggambarkan bahwa demikianlah sering kali kita jumpai kedegilan hati manusia, bahkan undangan Allah yang telah berinisiatif menemukan manusia pun, ditolak oleh manusia. Akan tetapi, hasilnya dapat kita lihat betapa fatalnya keadaan orang yang tidak membuka sedikit pun hatinya bagi undangan Allah (7).</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Ketidakhadiran para tamu undangan tidak menyebabkan kegagalan pesta tersebut, karena raja mengundang orang- orang yang dianggap tidak layak oleh manusia tetapi dilayakkan hadir oleh raja (9-10). Namun, naas bagi mereka yang meskipun telah masuk ke pesta perjamuan itu dengan tanpa persiapan sama sekali, mereka juga mendapati diri mereka memperoleh hukuman dari sang raja (11-12). Jemaat Tuhan, apa artinya? Lewat perumpamaan ini, kita mau diajak untuk sungguh-sungguh MEMPERSIAPKAN diri kita bagi Tuhan. Ketika kita telah dan mau menyambut “undangan”Nya, maka kita pun harus berani membayar harga, yakni berani meninggalkan gaya hidup lama yang bersifat duniawi dan mengenakan manusia baru. Sulit memang, tapi menjadi keharusan bagi kita jika mau hidup di dalam “perjamuan”Nya. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><b>AJAKAN KESELAMATAN KRISTUS TUHAN BAGI KITA</b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Undangan Tuhan Yesus bukan saja bagi orang-orang dalam perumpamaan yang dikisahkan oleh Matius, melainkan juga bagi kita saat sekarang ini. Sikap tidak mau tahu, gampangan, sepele, bahkan terkesan bodoh dan jahat seperti yang dilukiskan dalam perumpamaan ini bisa juga merupakan sikap dan tindakan beriman kita di tengah carut marut kehidupan berbangsa dewasa ini. Jemaat Tuhan, Menjadi Kristen bukan sekadar mengaku atau menerima tradisi Kekristenan yakni beribadah ke gereja, merayakan hari-hari besarnya, dan yang lainnya. Namun, Menjadi Kristen berarti menyambut undangan Allah dalam Tuhan Yesus secara sangat pribadi, bukankah Firman Tuhan mengingatkan kita untuk bertindak lebih dari itu yaitu sebagai pembebas, pelaku perubahan, dan pembawa damai. Ikut dan menjadi pembebas bagi mereka yang berada dalam kungkungan kebodohan, kemiskinan, dan yang terpenjara oleh nafsu duniawi seperti terpenjara oleh karena ketergantungan obat-obat terlarang dan bahaya HIV/AIDS oleh karena pergaulan bebas. Sebagai pelaku perubahan yang mengubah cara berpikir dan bertindak buruk atau negatif terhadap sesama menjadi orang-orang yang bertindak dengan dorongan hati nurani. Mengubah prilaku kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan mejadi prilaku yang menghargai dan mengasihi sebagai rekan sekerja dan sepadan yang Allah ciptakan untuk semua laki-laki. Pembawa perubahan juga berarti menjadi pembaharu dalam tatanan kehidupan masyarakat. Lihat saja, maraknya korupsi di tengah-tengah kehidupan berbangsa, semuanya terjadi tentunya tidak begitu saja. Ada “bibit-bibit” korup yang telah tertanam sejak lama dan tinggal menunggu waktu penuaiannya saja, yang tentunya juga pertumbuhan bibit-bibit itu didukung oleh keadaan lingkungan di sekitarnya. Di dalam ajakan keselamatan, kita diajak untuk berperan serta “menyiangi” bibit-bibit korup pada diri orang-orang di sekitar kita, mulai dari lingkungan keluarga hingga lapisan masyarakat tempat kira berada. Dengan begitu tidak akan ada lagi tempat subur bagi pertumbuhan bibit-bibit korup (bc: mental-mental korup) di tengah kehidupan berbangsa kita. “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: “Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang MELAKUKAN kehendak BapaKu di Sorga” (Matius 7:21). Bukankah ajakan keselamatan mengajak kita untuk MELAKUKAN? Ya, melakukan, bukan sekedar berucap.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Sabda Bahagia: “Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9), Jemaat Tuhan, ikut di dalam keselamatan Kristus dan berada dalam perjamuanNya, berarti kita juga diajak untuk menjadi pembawa damai. Membawa damai yang terpancar dari dalam diri. Sudahkah kita memiliki damai, di tengah hirup pikuk kehidupan yang semakin terasa sesak? Ajakan keselamatan, menuntun hidup kita untuk dapat senantiasa hidup di dalam damai dengan kondisi hidup yang bagaimanapun jua, di tengah “aksesoris” zaman yang terus silih berganti. Maka, dengan demikianlah kita dapat berdiri teguh dan tidak goyah (1 Korintus 15:58) sebagai manifestasi dari kedamaian dalam diri kita yang pastinya akan terpancar dan boleh dinikmati banyak orang. Tuhan memberkati dan memampukan kita. Amin.</div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-2229598804874853722010-11-15T17:27:00.002+07:002010-11-15T17:29:24.996+07:00"Aku Mau Berdamai"<div></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><b>I Korintus 3: 1-9</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Satu persoalan besar dari jemaat di Korintus adalah usahanya untuk mengalami berkat Allah sementara tetap menolak untuk memisahkan dirinya dari cara-cara dunia yang jahat. Para gembala sidang dan pemimpin gereja di Korintus mengizinkan orang yang mengaku diselamatkan bergabung dengan jemaat tanpa meninggalkan perbuatan jahat mereka. Jemaat Korintus membiarkan hal-hal berikut di dalam persekutuan mereka: perpecahan yang mementingkan diri, filsafat dunia yang sesat, iri hati dan pertengkaran, kesombongan, percabulan, perkara-perkara hukum yang sepele, kehadiran dalam pesta pora penyembahan berhala, dan penolakan pengajaran rasuli. Karena jemaat di Korintus gagal untuk mengerti bahwa kebenaran rasuli, kasih, dan standar rohani itu mutlak perlu, maka mereka menyalahgunakan karunia Roh dan "Perjamuan Tuhan", dan memutarbalikkan berita Injil.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Yesus sendiri mengingatkan bahwa jemaat manapun yang membiarkan kebiasaan dunia yang berdosa atau penyimpangan kebenaran alkitabiah memasuki persekutuannya akan ditolak oleh Dia dan akan kehilangan tempatnya dalam kerajaan Allah. Roh mengajak gereja semacam itu untuk bertobat dengan tulus, memisahkan diri dari dunia, dan "menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah". Dengan demikianlah, jemaat Tuhan dapat hidup di dalam keharmonisan (kerukunan), baik sesama jemaat, jemaat terhadap pelayan, dan pelayan menghadapkan sesama pelayan.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">PERIHAL PERIKOP</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><i>Aku tidak seperti diriku. </i></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Mungkinkah ini terjadi pada kita? Bukankah makna diri adalah sebagaimana diri kita kini dan di sini? Paulus menjawab bisa saja. Contohnya, jemaat Korintus. Mereka tidak lagi menjadi diri mereka, tetapi menjadi seperti orang lain. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Dari perpecahan, iri hati, dan perselisihan yang terjadi di antara mereka (ayat 3), mereka justru tampak "belum dewasa" ( Yun. nepios: "bayi"). Paulus menyebut mereka seperti "manusia duniawi" (Yun. sarkinos); bahkan mereka adalah "manusia duniawi" (Yun. sarkikos). Paulus menggunakan kata-kata di atas dalam nada ironi, agar jemaat Korintus sadar akan adanya kerancuan dalam diri mereka: mereka rohani dan "matang" (Yun. teleios: "dewasa") karena telah menerima Roh dan hikmat Allah (1Kor. 2:10, 12), tetapi seperti bayi dan menjadi manusia duniawi karena hidup seperti manusia biasa yang seperti belum menerima Roh (ayat 4). Sadar, bertobat, dan setia kepada jati diri, ini sebenarnya yang menjadi maksud Paulus bagi mereka. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Ironi ini makin kentara ketika nyata bahwa bukti keduniawian jemaat Korintus adalah perpecahan karena pro kontra mengenai para hamba Tuhan (ayat 5-8). Mereka duniawi dalam tindakan mereka untuk urusan hal "rohani" yakni membela hamba Tuhan yang difavoritkan. Untuk meluruskan ini, Paulus menggunakan metafora pertanian milik seorang tuan tanah. Paulus, Apolos dan rekan-rekannya hanyalah "anak buah" Allah Sang Pemilik. Sebagai manusia rohani, jemaat Korintus seharusnya mengerti untuk hanya bermegah di dalam Tuhan (1 Kor. 1:31), bukan dengan konyol bermegah dalam para hamba. Sebab, yang terpenting dalam pertumbuhan jemaat hanyalah Allah sendiri (ayat 8). Menjadi diri kita sebenarnya yang rendah hati, taat, dan asih; yang dalam Roh-Nya sejati menjadikan hidup rohani kita tanpa keangkuhan; adalah pesan bagi gereja-gereja dengan latar denominasi yang berbeda, sehingga dapat hidup berdampingan dan rukun.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><i>Kawan sekerja Allah </i></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Kawan sekerja Allah Umumnya kata "hamba" kita pakai untuk membaha-sakan diri di hadapan Allah. Kita mungkin pernah mendengar arti hamba atau budak dalam PB, yaitu pada sistem perbudakan zaman itu di mana para budak adalah orang-orang yang berstatus sangat rendah, bahkan lebih rendah dari hewan. Tak punya hak, tak mendapat upah, hidupnya dimiliki dan dikontrol tuannya. Paulus memperkenalkan istilah lain untuk memahami arti menjadi seorang yang melayani Allah. Ia menyebut dirinya dan semua yang terlibat dalam penginjilan, misi, penggembalaan, pembangunan gereja, dan berbagai bentuk pelayanan lain, sebagai kawan sekerja Allah, sambil tetap memakai istilah pelayan Tuhan. Dalam perusahaan, "kawan sekerja" atau "partner" biasa juga disebut kolega, atau rekanan. Ini menunjukkan kedudukan yang sangat penting dan terhormat. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Konsep paradoks ini sebaiknya ada bersamaan dalam diri tiap orang yang terlibat pekerjaan Allah. Kita adalah hamba-Nya karena karunia-Nya yang menyelamatkan membuat hidup kita adalah milik-Nya. Kita adalah kawan sekerja-Nya sebab dalam keajaiban anugerah dan cara Ia mewujudkan rencana-Nya, Ia menjadikan kita rekan-Nya. Jika konsep ini benar-benar kita hayati, pasti radikal praktiknya! Kita tidak bersaing dengan sesama pekerja Tuhan, tetapi bekerja sama! Kita tidak menilai pelayanan dari cara pandang yang lepas dan pecah, tetapi dari perspektif kebersamaan yaitu keutuhan Tubuh Kristus. Kita bersyukur boleh berjuang bersama dan semua yang kita kerjakan saling melengkapi bagi kemuliaan Allah yang nyata. </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><i>Jangan pakai akar bila rotan tak ada </i></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Jangan pakai akar bila rotan tak ada. Mengapa? Menurut beberapa orang, karena dalam peribahasa "tak ada rotan akar pun jadi" tersirat bahwa kualitas adalah nomor dua. Seharusnya, bila tak ada rotan langkah yang diambil adalah entah cari rotan ke sumber lain atau rekayasakan bahan alternatif yang sebaik rotan, atau bahkan lebih baik, supaya mutu produk hasil tidak berkurang. Kini Paulus menggunakan metafora pendirian suatu bangunan (ayat 9, "bangunan Allah"). Dalam konteks jemaat Korintus, Paulus menjelaskan bahwa dengan karunia Allah, dirinya telah meletakkan dasar jemaat (ayat 10) yang adalah Kristus (ayat 11). Karena itu, Paulus memperingatkan mereka yang sedang membangun jemaat Korintus di atas dasar itu untuk berhati-hati: jangan membangun jemaat dengan hal-hal yang tidak tahan uji oleh api (ayat 12). Atau, jangan dengan pengajaran dan tindakan jerami hikmat manusia, tetapi dengan pemberitaan hikmat Allah. Ketahanujian inilah yang akan menentukan upah seorang pelayan (ayat 14-15). Sebagai penegasan dan tedensi, Paulus juga menyatakan bahwa jemaat setempat di Korintus adalah bait Allah dan Allah akan membinasakan orang yang membinasakan bait-Nya (ayat 16-17).</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Keprihatinan Paulus adalah jemaat lokal harus dibangun konsisten dengan dasarnya yang adalah Kristus. Kehidupan jemaat harus rohani, yaitu berbeda dengan dunia. Perselisihan dan arogansi adalah tanda dari hikmat duniawi; tanda bahwa kontribusi Kristen kepada bangunan kehidupan jemaat tidak tahan uji. Bahkan, kekeraskepalaan untuk terus hidup duniawi dapat bermuara pada penghakiman karena meniadakan fungsi jemaat sebagai bait Allah yakni menghadirkan kesaksian Roh akan kasih karunia Allah bagi sekitar dan menjadi berkat.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">PENUTUP</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Demikianlah, tidak jarang keadaan serupa banyak kita jumpai dalam kehidupan gereja hari ini. Perselisihan dan pertentangan menjadi momok yang meresahkan terhadap kebangunan gereja, baik secara internal dan eksternal gereja. Lewat surat Paulus kepada jemaat di Korintus di atas, kita belajar bagaimana keharmonisan dalam tatanan kehidupan gereja baik jemaat – jemaat, jemaat – pelayan, dan pelayan – pelayan; dapat terealisasi jika karakter subordinatif (memperlakukan atasan dan bawahan) tidak dipakai dalam hubungan membangun gereja Tuhan sebagai tanda kita tidak menggunakan hikmat dunia. Namun, secara bersama dan bekerjasama memberikan kontribusi konstruktif dan positif bagi pengembangan gereja Tuhan. Cukuplah kita bermegah di dalam Tuhan, bukan atas pekerjaan kita (1 Kor. 1:31). Menjadi diri kita yang sebenarnya sesuai dengan identitas istimewa yang Allah telah anugerahkan kepada kita adalah jalan satu-satunya untuk dapat hidup berdampingan dan harmonis, yakni pribadi yang rendah hati, taat, dan asih, yang dalam Roh-Nya menjadikan hidup rohani kita tanpa keangkuhan. Sehingga kita dapat berkata, “Aku Mau Berdamai”. Amin.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-9371372643324141602010-09-06T14:29:00.004+07:002010-09-06T23:48:11.647+07:00Ziarah: Pdt. MH. Manullang "Tuan Manullang"<div style="text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSHwyCK6idt70RtNlqiqfcMGI6sP-m_OvnBZuQxLU0Wl4vuY4bFyKYedO_1MjOUuktTF9gd6btZ42ld5bbW_uMnHkc1Vku-5gwRXVLUvRyknnJfsnGLWeqcugry6mwql1jNbSAA9nVZsE/s1600/DSC02957.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSHwyCK6idt70RtNlqiqfcMGI6sP-m_OvnBZuQxLU0Wl4vuY4bFyKYedO_1MjOUuktTF9gd6btZ42ld5bbW_uMnHkc1Vku-5gwRXVLUvRyknnJfsnGLWeqcugry6mwql1jNbSAA9nVZsE/s200/DSC02957.JPG" width="151" /></a></div></div><div style="text-align: center;"><b>PERJALANAN ZIARAH KE MAKAM Pdt. MH. MANULLANG</b><br />
<b>Pendeta HKI dan Pahlawan Perintis Kemerdekaan Indonesia </b></div><div style="text-align: center;"><b>(SK Menteri Sosial RI No. POL. 677/67/PK, 2 Oktober 1967)</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVJuYx_L1ZV-T5dsp9xq85ZunCmbtTULZ1gHvkyNafXJbq48xTSqxP0118B189jSciv8nBvYmhjdr4oKd1NNpOkn9Jn2bpYUo1tsTCchCVUqekwmV9g78QNcbxbaZdwC8v0keJFKrZNAg/s1600/DSC02939.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVJuYx_L1ZV-T5dsp9xq85ZunCmbtTULZ1gHvkyNafXJbq48xTSqxP0118B189jSciv8nBvYmhjdr4oKd1NNpOkn9Jn2bpYUo1tsTCchCVUqekwmV9g78QNcbxbaZdwC8v0keJFKrZNAg/s320/DSC02939.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSHwyCK6idt70RtNlqiqfcMGI6sP-m_OvnBZuQxLU0Wl4vuY4bFyKYedO_1MjOUuktTF9gd6btZ42ld5bbW_uMnHkc1Vku-5gwRXVLUvRyknnJfsnGLWeqcugry6mwql1jNbSAA9nVZsE/s1600/DSC02957.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div>Pdt. Langsung Sitorus (Ephorus HKI 2010-2015) ketiga dari kiri, bersama dengan rombongan</td></tr>
</tbody></table><span lang="NL">Perjalanan ziarah selanjutnya, Ephorus di dampingi Istri bersama dengan rombongan di antaranya Pdt. S. Nainggolan, STh, Pdt. N. Sinaga, STh dan Pdt. K. Sirait, STh, Pdt. F. Simamora, STh dan<b> </b>Pdt. L. Simamora (Pendeta Resort HKI Tarutung Barat), dilaksanakan pada Kamis, 26 Agustus 2010 ke makam Pahlawam Perintis Kemerdekaan RI dan Pendeta Pejuang HKI, Pdt. MH. Manullang di Tarutung, setelah terlebih dahulu menghadiri acara pengambilan janji dan syukuran Bupati (Bapak Drs. Maddin Sihombing, Msi) dan Wakil Bupati (Bapak Drs. Marganti Manullang) Humbang Hasundutan. Rombongan di sambut hangat oleh keluarga besar di antaranya cucu dari Pdt. MH. Manullang, Amang St. SMT. Manullang (Sintua di HKI Siualuompu), yang kemudian dijamu makan bersama. Di sela-sela makan bersama, amang St. SMT. Manullang banyak berkisah mengenai riwayat dan perjuangan Pdt. MH. Manullang dan yang kemudian diperluas oleh Amang Ephorus.</span><br />
<span lang="NL"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: right;"></div><span lang="NL">Sekilas mengenai riwayat dan perjuangan Pdt. MH. Manullang. Tokoh yang memiliki nama lengkap Mangihut Mangaradja Hezekiel Manullang, disapa dengan “Tuan Manullang”, lahir di Tarutung, 20 Desember 1887 dari ayah Singal Daniel Manullang dan ibu Chaterine Aratua br. Sihite, dan meninggal di Jakarta, 20 April 1979 (dimakamkan di Tarutung). Pendidikan beliau Sekolah Raja di Narumonda, Porsea, Tapanuli Utara dan Senior Cambridge School, Singapura, 1907- 1910. Tentang karirnya di antaranya adalah Pendiri dan penerbit surat kabar Binsar Sinondang Batak (BSB), 1906; Guru Sekolah Methodist, 1910; Pendiri organisasi social politik Hatopan Kristen Batak (HKB); Pendiri dan Pemimpin Redaksi surat kabar Soara Batak (1919-1930); Memprakarsai Persatuan Tapanuli (1921) dan Persatuan Sumatera (1922); Kepala dinas propaganda Jepang tahun 1943-1945; Pendeta HKI ditabiskan pada tahun 1940; dan pernah dipenjara di Cipinang 1922-1924 akibat tulisannya menentang penjajah Belanda. Penghargaan yang telah diterima dari Pemerintahan Indonesia pada tanggal 2 Oktober 1967 dianugerahi penghargaan sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Indonesia. </span><br />
<span lang="NL"></span><br />
<span lang="NL"><o:p></o:p></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSHwyCK6idt70RtNlqiqfcMGI6sP-m_OvnBZuQxLU0Wl4vuY4bFyKYedO_1MjOUuktTF9gd6btZ42ld5bbW_uMnHkc1Vku-5gwRXVLUvRyknnJfsnGLWeqcugry6mwql1jNbSAA9nVZsE/s1600/DSC02957.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="NL">Pendeta Mangaradja Hezekiel Manullang telah membantu melayarkan suatu perahu, yang didalamnya Batak dan Indonesia menyatu, untuk mengarungi dunia menuju dunia yang baru. Itu perahu, yang dia turut memberi namanya Huria Kristen Indonesia, suatu gereja yang baru, sampai akhir zaman akan laju. Dari dia orang dapat tahu, berpolitik dan berpartai bukan suatu hal yang tabu, pendeta pun bisa menjadi pelaku, asal demi bangsa, kerukunan dan kemajemukan yang menyatu dan kalau perlu menjadi abdi negara pembawa damai yang bahu-membahu. Perjuangan beliau yang sengat dirasakan adalah penolakkannya terhadap aneksasi tanah Batak, suaranya yang menolak penyingkiran orang Batak di tanah leluhurnya, pasti tidak akan pernah redup dan masih relevan hingga sekarang. Dengan semangat beliau, dapat kita katakan sekarang, Tanah Batak adalah milik orang Batak. Register-register yang dibuat Belanda dulu, bukan legitimasi bagi pengusaha maupun pemerintah zaman sekarang untuk mencaplok tanah Batak. Seruan beliau: “ula tanom ulang digomak, ulando” berlaku juga sekarang. Para pemilik modal (kapitalis) tidak boleh menguasai sejengkalpun tanah Batak, tetapi mereka harus membantu orang Batak “mangula tanona” (mengolah tanahnya). Orang Batak tunduk pada pemerintah yang mengayomi tanah Batak, dan bukan yang merampas atau menjajah tanah Batak.</span><br />
<br />
<span lang="NL"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: right;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1MoWXeRL61EVn0rD4dMxLyi7sz7XE6DjmI732rdZzfyjLQSJj-OLhLh3zvhbadXQSTmgsHjTsudWS0kMlPQ8OzVu8vBp44m3lmrjemG0vuebgtHTdlNZsemW9cxqwf-kI9kSA7b-ZKUU/s1600/DSC02931.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="340" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1MoWXeRL61EVn0rD4dMxLyi7sz7XE6DjmI732rdZzfyjLQSJj-OLhLh3zvhbadXQSTmgsHjTsudWS0kMlPQ8OzVu8vBp44m3lmrjemG0vuebgtHTdlNZsemW9cxqwf-kI9kSA7b-ZKUU/s400/DSC02931.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Penulis bersama dengan St. SMT. Manullang (Cucu dari Pdt. MH. Manullang)</td></tr>
</tbody></table><span lang="NL">Sebagai seorang yang lahir dalam suatu keluarga ‘pahlawan,’ dan kepahlawanan sang ayah ditingkatkan oleh sang anak. Dengan menonjolkan sang ayah sebagai ‘perwira intel raja Sisingamaraja’ yang didutakan ke Peanajagar dekat Tarutung. Ompu Singal Manullang (melalui pendidikan keluarga) berhasil menanamkan jiwa ‘merdeka’ dalam diri Mangihut Hezekiel Manullang. Dari kecil Pdt. MH. Manullang dipersiapkan mengemban makna nama ‘baptis’ yang diberikan missionaris kepadanya. Karakternya diharapkan seperti Hezekiel Alkitab, dan sang tokoh diharapkan ‘mengikut’ (mengihut) karakter itu dan nantinya berjuang di tengah bangsanya dengan cara damai tanpa kekerasan; memperbaiki dan mempersatukan bangsanya yang telah ‘berserak-serak’ (seperti di pembuangan). Kemudian dia mendapat nama Mangaraja, suatu nama kehormatan, baik di Angkola, maupun di Toba. Nama itu mendekatkan sang tokoh kepada rajanya (Singa-Mangaraja), tetapi tidak melangkahi rajanya. </span><span lang="PT-BR">Dia bisa ‘mangaraja’ tetapi sang raja yang meng-singa (merancang). Nama itu menempatkan dirinya dengan baik di tengah kaum ‘hula-hula-nya’, kaumnya Batak-Toba, dan negeri yang kepadanya dia mengabdi. Nama itu juga, dengan didukung oleh kepintaran yang dimilikinya, memungkinkan sang tokoh dipanggil ‘Tuan Manullang’, yang bermkna lebih hormat dibanding dengan gelar-gelar tuan yang dilekatkan kepada berbagai ‘kakek-moyang’ orang Batak (seperti Tuan Mauli, Tuan Sorbadibanua, Tuan Sihubil). Nama panggilan ini, yang menjadi semacam ‘identity card’, menyamakan dirinya dengan kaum <i>sibontar mata</i>.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="PT-BR">Pdt. MH. Manullang digambarkan sebagai pemuda yang merdeka, gesit dalam belajar dan erat dalam bergaul, suaranya didengar di kalangan kelasnya. Beliau mampu menggerakkan kawan-kawannya untuk ‘demo’ memprotes hal-hal yang dipandang kurang beres menurut ukuran kekristenan yang sudah tertanam dalam dirinya mulai dari rumah dan jemaat yang mendidiknya. Beliau murid Sekolah Anak Raja (SAR) di Narumonda, tetapi mampu juga menguasai ilmu jurnalisme dan cetak-mencetak. Walau tidak tamat, tetapi mendapat bekal menunjukkan dirinya sebagai penggerak yang didorong oleh ketidak-puasannya melihat kondisi bangsanya. Itu yang terjadi pada dirinya setelah dipecat dari SAR, beliau menjadi aktivis, yang berhadap-hadapan bukan dengan pendeta pribuminya, melainkan dengan pendeta Eropa yang memicingkan mata melihat pribumi ingusan. Penerbit BSB menjadi tampilan orang yang berjiwa ‘merdeka’. Orang tuanya, yang berjiwa merdeka, ingin agar puteranya mendapat pendidikan yang sesuai jiwanya, ‘merdeka’, sehingga dia dikirim belajar ke Singapura. Pendidikan Methodist lebih menerampilkannya, tetapi rupanya sanubarinya telah dirasuk ‘kemerdekaan Kristen’ yang diajarkan kaum Lutheran. Dia menjadi perintis beberapa jemaat Methodist di Jawa, tetapi di matanya terpampang ancaman derita yang akan dialami bangsanya, Batak, sewaktu melihat derita penduduk Jawa yang sudah lama dijajah Belanda. Di Jawa dia sudah menyadari perlunya; Pendidikan untuk semua, dan pendidikan harus terjangkau oleh rakyat semiskin apapun. Walaupun dia membawa keluarga ke Jawa, tampaknya panggilan kampung halaman lebih kuat. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaDl_93kb7tAnY4YnPcx2wdGi4qkqbDDs7l0p2gfAS90p2jMbRliiZ9nakc1gh7x_IvP7qyYDeWqfAz0n0381WaxPjxOH1WPsTVrVZxa5zI4mE0m8TLJ65nhhe1cb4-N2GdO6MjAIXrtQ/s1600/DSC02933.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaDl_93kb7tAnY4YnPcx2wdGi4qkqbDDs7l0p2gfAS90p2jMbRliiZ9nakc1gh7x_IvP7qyYDeWqfAz0n0381WaxPjxOH1WPsTVrVZxa5zI4mE0m8TLJ65nhhe1cb4-N2GdO6MjAIXrtQ/s400/DSC02933.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo bersama Ephorus dan Rombongan bersama dengan Keluarga Besar </td></tr>
</tbody></table><span lang="PT-BR">Pdt. MH. Manullang menjadi penggerak kesadaran kemerdekaan bangsanya. Sang Tokoh memilih Balige menjadi tempat awal perjuangannya di tanah leluhurnya, dan menjadikan Balige sebagai sentra pergerakannya. Dia memberi contoh, bahwa seorang terpelajar harus dapat menafkahi diri dan keluarganya dengan usahanya sendiri, dan usaha itu dapat dibuat berdampak kemajuan dan menyadarkan bangsa untuk pergerakan nasional. Dia cermat melihat perkembangan situasi dan gerak-gerik penjajah. Semangat ‘kemerdekaannya’ menggelegak, sehingga dia dapat merubah kumpulan koor “Hadomuan” yang dimasukinya/dipimpinnya di Balige menjadi tempat mendiskusikan situasi ‘tanah air orang Batak’ dan menjadi alat yang menyuarakan bahaya yang telah mengancam tanah Batak, dan menjadi gerakan politik yang diberi nama HATOPAN KRISTEN BATAK. Pemimpin gereja di Balige setuju atas gerakan itu sehingga tidak ada keberatan sewaktu pendirian organisasi ini dilakukan tanggal 21 September 1917 di gereja Batakmission Balige. Para Zendeling pada mulanya melihat rencana Belanda mengkonsesi tanah Batak kepada kaum pemilik modal. Itu jelas selagi ketua HKB dipegang oleh guru Polin Siahaan, dan Mangaradja Hezekiel Manullang hanya sebagai wakil ketua. Para Zendeling mulai gusar dan mulai menolak HKB setelah MH Manullang menjadi ketua pergerakan ini pada Kongres HKB tanggal 25-28 Januari 1918. Kegusaran itu dilatarbelakangi oleh pengenalan mereka tentang sang tokoh yang sudah berani mengatakan tidak setuju kepada pendapat Zendeling, sejak dia sekolah di SAR Narumonda. Ternyata HKB berhasil menyadarkan orang Batak, bahwa darah kemerdekaannya harus dipelihara dan diperjuangkan, dan mulai bergerak untuk itu dalam berbagai lini kehidupan termasuk lini kehidupan kegerajaan.</span><br />
<span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="PT-BR">Meskipun Pdt. MH. Manullang tidak ikut dalam pendeklarasian tiga gereja mandiri di Sumatera tahun 1927 (Huria Cristen Batak/Huria Kristen Batak, Punguan Kristen Batak, dan Mission Batak), tetapi perjuangan/pergerakan yang dirintis beliaulah yang mendorong para pencetus gereja mandiri tersebut mendeklarasikan kemandiriannya. Tuan Manullang masuk menjadi hamba TUHAN di Huria yang sesuai dengan semangat perjuangannya. Jiwa nasionalisnya kemudian ditunjukkannya melalui peranannya menuntun Huria Cristen Batak, yang menahbiskannya menjadi pendeta tahun 1940 dan menempatkannya melayani di Siaualompu Tarutung, untuk menyesuaikan diri dengan semangat perjuangan nasional Indonesia. Beliau tahu bahwa HChB merupakan dampak dari demam kemandirian yang sudah tercanang di Tanah Batak, yang sedikit banyak sebagai imbas pergerakan HKB yang pernah dipimpin sang tokoh. Dengan penuh kesadaran beliau menempuh jalan masuk menjadi pendeta di Huria mandiri ini. Beliau tahu banyak pergolakan di huria yang dimasukinya, tetapi dia tidak ikut mencampurinya. </span><span lang="ES">Tetapi sewaktu tiba masanya, bersamaan dengan waktu sesudah NKRI diproklamasikan, dia ikut menuntun Huria yang dilayaninya tersebut memasuki ‘suasana’ nasional yang mulai bersinar. Maka walaupun tidak dicatat terlalu banyak tentang peranannya di sinode HChB yang diadakan di Jemaat HChB Patane Porsea tanggal 16-17 Nopember 1946, dapat dipastikan bahwa sang tokoh menuntun Huria mandiri ini (HChB) mengubah namanya menjadi Huria Kristen Indonesia (HKI). <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="ES">Mungkin semangat itu sebagai pencapaian sementara cita-citanya yang menginginkan adanya Gereja Raya di Tanah Batak atau di Indonesia. Pengalaman dipenjarakan Jepang (1942) dan panggilan tugas di pemerintahan Jepang (kepala dinas propaganda Jepang) tahun 1943-1945 membuat sang tokoh tidak dapat ditempatkan menjadi pendeta yang penuh waktu di resort HKI. Tetapi setiap minggu beliau melayani, berkhotbah di Jemaat HKI di mana beliau berada. Beliau menjadi penopang pucuk pimpinan HKI yang dipimpin oleh Pdt. Thomas Josia Sitorus mulai pada tahun 1946 dalam menghadapi perkaranya dengan FP Soetan Maloe yang terus memimpin HChB yang tidak mengakui keputusan sinode HChB di Patane Porsea. Walaupun berperan sebagai abdi negara di zaman kemerdekaan, Pdt. Mangaradja Hezekiel Manullang terpilih juga menjadi anggota Pucuk Pimpinan HKI tahun 1955-1959 dan 1959-1960. Sewaktu beliau sudah berdomisili di Medan tahun 1950 dan bekerja sebagai patih (sampai pensiun 31 Maret 1958) beliau terus membantu perkembangan jemaat-jemaat HKI Medan. Setelah beliau pindah ke Jakarta agar bersama keluarga puteranya sejak tahun 1967, beliau mendaftar menjadi anggota jemaat HKI di HKI Pulomas yang sudah berdiri sejak 2 April 1967 (gereja HKI tertua di Pulau Jawa), dan kemudian ikut menggerakkan berdirinya HKI Cililitan yang berdiri tanggal 30 Agustus 1970. Beliau menjadi gembala yang menasihati jemaatnya agar utuh bila terjadi riak-riak dalam kehidupan jemaatnya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzmWuUO2FDbmj1wHJyPg-jJwdZEWWLUICNJnH9fRzIw9E7Quxhm6c_bV821IZ5rwyYfDflvJQ585iBjJacVHuFXm_-v1UdKP6UOCz5niGUP5aCEdn4UPzur4f7BHmWiu6JC9Qm27MzpV4/s1600/DSC02945.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzmWuUO2FDbmj1wHJyPg-jJwdZEWWLUICNJnH9fRzIw9E7Quxhm6c_bV821IZ5rwyYfDflvJQ585iBjJacVHuFXm_-v1UdKP6UOCz5niGUP5aCEdn4UPzur4f7BHmWiu6JC9Qm27MzpV4/s400/DSC02945.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Prasasti Penghargaan kepada Pdt. MH. Manullang oleh Pemerintah Indonesia</td></tr>
</tbody></table><span lang="NL">Di bidang pendidikan, Pdt. MH. Manullang dapat disebut sebagai penopang untuk kemajuan lembaga pendidikan yang diselenggrakan gereja. Tuan Manullang adalah tokoh yang berpendidikan tinggi dan punya pengalaman pendidikan di luar negeri. Gereja yang dimasukinya juga adalah gereja yang harus mendidik putra-putrinya secara mandiri. Di awal HChB, sekolah-sekolah HChB terkenal sebagai sekolah-sekolah liar (wilde school). Kehadiran Tuan Manullang di pemerintahan Republik ini membuat pengurusan sekolah-sekolah itu menjadi sekolah-sekolah bersubsidi. Sebagai Abdi Negara yang menjalankan misi damai, demi kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Dan di zaman mempertahankan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan sekarang ini, mudah-mudahan cita-cita beliau tentang “Gereja Raya” dapat diterjemahkan gereja-gereja masa kini dalam usaha menyatukan (bahkan kalau perlu melebur) gereja-gereja Lutheran yang ada. Semangat perdamaian di tengah-tengah bangsa, harus ditularkan menjadi semangat perdamaian di seluruh gereja-gereja yang ada, sehingga sekat-sekat denominasi bisa terhapus.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="NL">Menjelang masa-masa tuanya dan ujung hidup Pdt. MH. Manullang, oleh Jemaat jenazah beliau diberangkatkan Siyakuompu, sesudah beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir di Jakarta tanggal 20 April 1979, setelah menerima perjamuan Kudus di Rumah Sakit Cikini Jakarta, dan kemudian disambut jemaat HKI bersama semua pendeta HKI di Silindung di Siualuompu untuk memberikan penghormatan terakhir dan menghantar beliau ke tangan Allah Bapa dalam Tuhan Yesus Kristus. Tanggal 7 Mei 1979, jemaat HKI Siualuompu yang dilayaninya dalam awal kependetaannya (1941/dua tahun setelah jemaat ini berdiri tanggal 7 Mei 1939) memberikan tanda penghormatan dan surat penghargaan atas jasa-jasa beliau dalam membangun HKI. HKI harus melihat akhir hidup sang tokoh, dan terus bergumul untuk melanjutkan cita-citanya. (dikutip dan disesuaikan dari catatan Amang Ephorus, Pdt. L. Sitorus, MTh dalam bedah buku TUAN MANULLANG ditulis oleh Dr. PTD. Sihombing, M.Sc., S.Pd di Jakarta 24 Mei 2008).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="NL">Akhirnya Ephorus berpesan diakhir acara ziarah kepada yang hadir dan HKI secara umum untuk mengingat setiap para tokoh-tokoh gereja HKI terdahulu dan bersama melanjutkan perjuangan dan cita-cita mereka. Kegiatan ziarah kemudian diakhiri dengan bernyanyi dan berdoa yang langsung dipimpin oleh Amang Ephorus. Sebagai dokumentasi diikuti dengan foto bersama di depan makam dan dilanjutkan dengan foto bersama dengan keluarga besar di depan rumah yang dulunya sebagai tempat tinggal Pdt. MH. Manullang bersama orangtua dan sanak keluarga lainnya. (yph)<o:p></o:p></span></div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-21735041381698799752010-04-08T09:15:00.003+07:002010-04-08T09:17:50.232+07:00NASEHAT UNTUK KITA!!!<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Book Antiqua";
panose-1:2 4 6 2 5 3 5 3 3 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><br />
<div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0M45H1kJN9s_ayMLTKS5CI8jEoO-6YHuN4nzb3sYOzHHMo4y15F8fJ9knnFPtoVK4SpP4qy70pfH_sPF3xq2_mk61DzUb8m6IxyrlC5k259ppnTzykK_S1ialjpNO4tRmSCHzWmzVWkw/s1600/DSC01835.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0M45H1kJN9s_ayMLTKS5CI8jEoO-6YHuN4nzb3sYOzHHMo4y15F8fJ9knnFPtoVK4SpP4qy70pfH_sPF3xq2_mk61DzUb8m6IxyrlC5k259ppnTzykK_S1ialjpNO4tRmSCHzWmzVWkw/s200/DSC01835.JPG" width="150" /></a><b><span style="font-family: "Book Antiqua";">ROMA 12: 9 – 13<o:p></o:p></span></b><b><span style="font-family: "Book Antiqua";"> </span></b></div><div style="text-align: center;"><b><span style="font-family: "Book Antiqua";">“NASEHAT UNTUK HIDUP DALAM KASIH”<o:p></o:p></span></b></div><div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua";"><o:p> </o:p></span><b><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;"><o:p> </o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">PENGANTAR<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Paulus menulis <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">surat</st1:city></st1:place> ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen. Setelah menyampaikan salamnya kepada orang-orang dalam jemaat di Roma, dan memberitahukan kepada mereka tentang doanya bagi mereka, Paulus mengemukakan tema suratnya ini: "Dengan Kabar Baik itu Allah menunjukkan bagaimana caranya hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali; caranya ialah dengan percaya kepada Allah, dari mula sampai akhir" (Rom. 1:17). <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Setelah itu Paulus menguraikan temanya itu. Hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. </span><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Kemudian Paulus menguraikan tentang hidup baru yang dialami oleh manusia kalau bersatu dengan Kristus. Hidup baru itu tumbuh karena adanya hubungan yang baru dengan Allah. Orang yang sudah percaya kepada Yesus, hidup damai dengan Allah, dan Roh Allah membebaskan dia dari kekuasaan dosa dan kematian. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">NASEHAT UNTUK KITA</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Saudara-saudara yang kekasih di dalam Yesus Tuhan, istilah ‘tulus’ dalam bahasa inggris disebut <i>sincere. </i>Berasal dari dua kata latin yakni: <i>sine </i>(tanpa) dan <i>cere</i> (lilin). Dulu para tukang kayu biasa melapisi hasil akhir perabotan dari kayu yang hendak dijual dengan lilin. Apabila ada lubang atau cacat dari hasil pekerjaan tangannya, maka akan tertutupi dengan lilin sehingga tampak mulus dan bagus. Namun, selang beberapa waktu, panas matahari akan melelehkan lilin itu dan menampakkan kondisi yang sesungguhnya. Itu sebabnya tukang kayu yang hendak menjaga pelanggan dan karya baiknya memberi tanda di setiap hasil pekerjaan tangannya dengan tanda SINE CERE (tanpa lilin). Ia hendak menjamin bahwa produk buatannya asli dan tanpa tipuan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Demikianlah Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma memberi nasehat untuk hidup di dalam kasih yang benar dan bersumber dari Kristus Tuhan saja (ayat 9-10)…”Kasih itu janganlah pura-pura atau palsu...”. Gelap itu ada karena tidak hadirnya cahaya. </span><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Dingin itu ada karena tidak hadirnya kehangatan. Itulah mengapa ada <i>kejahatan </i>di dunia ini. Itu karena kasih belum tersebar merata. Masih banyak orang yang belum merasakan dan menikmati kasih sebab hati yang keras menutup pintu masuk atas kehadiran kasih dalam hidup manusia. Yesus Kristus telah hadir di dunia ini untuk menjadi cahaya dan penuntun jalan hidup manusia. Kehadirannya memberikan kasih dan mengajarkan bahasa cinta bagi umat manusia. Untuk itu janganlah kita hidup dalam kepura-puraan. Kasihilah sesama dengan ketulusan...”bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan” (ayat 13).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Saudara-saudara yang kekasih di dalam Yesus Tuhan, di kota Cremona, Italia, didirikan sebuah museum biola. Di museum itu ada ratusan biola dari berbagai usia bahkan ada yang sudah mencapai usia tiga ratus tahun. Seorang biolis bernama Andrea Masconi ditugaskan untuk merawat biola-biola. Tiap biola dimainkan setiap harinya selama enam sampai tujuh menit. Tujuannya supaya kualitas suaranya tetap terjaga, ”kayu biola bagai otot manusia. Jika tidak dimainkan bakal cepat kendur dan rusak”.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Demikianlah pesan Paulus kepada kita dalam ayat 11-12; otot rohani kita juga harus dipakai agar tetap berfungsi prima. Hidup kristiani layaknya seorang olahragawan yang terus melatih dirinya dan tidak bermalas-malasan untuk mecapai prestasi yang baik sebagai sang juara. Memang melelahkan namun tanpa melatih otot rohani kita dengan memberikan diri untuk diajar Roh Kudus seperti halnya beribadah, berdoa dan rajin mengikuti persekutuan iman lainnya, niscaya kita tidak akan mampu untuk menghadapi tantangan zaman yang kerap membawa kita kepada dosa dan penderitaan. Lihat saja bagaimana teman-teman kita segenerasi, khususnya sebagai pelajar; banyak yang kemudian jatuh dalam cobaan duniawi seperti penyakit masyarakat (narkoba, seks bebas) dan melawan orang tua demi kepuasaan semu dan pergaulan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Demikianlah Firman Tuhan lewat pesan Paulus bagi jemaat di Roma dan untuk kita saat ini, marilah menjadi generasi muda yang hidup dalam kasih sejati tanpa kepurapuraan satu terhadap yang lain. Dan bergiat dalam kerajinan untuk melatih ’otot rohani’ kita agar kuat menghadapi tantangan zaman di dalam pengharapan kepada Kristus Tuhan. Amin.<o:p></o:p></span></div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-49804945604851543532010-03-11T14:11:00.002+07:002010-03-11T14:11:22.577+07:00KRISTUS: RAJA GEREJA<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CSEAN11%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C04%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Book Antiqua";
panose-1:2 4 6 2 5 3 5 3 3 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: center;"><b><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua";">YESUS KRISTUS; RAJA GEREJA<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: center;"><b><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua";"><o:p>PEDOMAN BAGI PARA PEMIMPIN </o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><b><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua";">I. PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua";">Kepemimpinan tidak ubahnya perjalanan gerbong-gerbong kereta api dengan kepalanya (mesin : pemimpin) di atas rel yang tampak mengkwatirkan. Setiap gerbong akan mengikuti kemana arah kepala membawanya; dan rel adalah lintasan yang seakan-akan seperti pisau bermata dua, ia tampaknya membawa kepada tempat ”gelap” dan ”terang”. Seorang pemimpin dituntut fokus dan mau berkorban guna menjamin setiap ’gerbong’ tiba kepada tujuannya masing-masing dengan berjalan pada lintasan yang telah dipahami dan sepakati bersama. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">II. ISI NATS (1 Tim. 6 : 11 – 16)<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">Dalam pembahasan Minggu sebelumnya kita sudah mengenal siapa Timotius dan latar belakang hadirnya surat Paulus kepadanya. Pada topik nats Minggu ini, tetap lewat nasehat surat pastoralnya, Paulus dalam pesan penutupnya kepada Timotius kembali berupaya mengingatkan sembari menguatkan Timotius untuk menyadari panggilan Allah atas hidupnya (ay. 11). Lewat ayat ini kita sekarang disadarkan kembali akan identitas kita sebagai milik Allah, untuk itu amat berbeda dengan ’manusia-manusia’ lainnya. Kebedaan inilah yang kemudian mengarahkan hidup kita kepada motivasi yang sesungguhnya sebagai seorang pemimpin. <i>”...kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan...”</i>; Paulus menguraikan patron bagi kita untuk berlaku sebagai pemimpin.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">Dalam 2 Timotius 2:5, Paulus menganalogikan keterpanggilan sebagai ’manusia Allah’ layaknya seorang olahragawan, yang memberikan diri untuk bertanding sesuai peraturan-peraturan yang telah ditetapkan guna memperoleh kemenangan yakni mahkota juara. Demikian juga kepemimpinan digambarkan Paulus sebagai sebuah pertandingan (ayat 12); maka bertandinglah di dalam iman bukan terjebak pada nafsu duniawi sehingga haus kekuasaan, kemewahan dan ketidakadilan. Dengan demikianlah kita berhasil untuk memenangkan mahkota juara yakni hidup yang kekal. Dan juga sebagai bukti dari ikrar keselamatan yang telah Yesus ikrarkan sebelumnya untuk penebusan kita dari maut (ayat 13).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">Penegasian Paulus jelas menunjukkan semangat yang dalam atas pemanggilan Allah kepada manusia dan juga pengharapan akan kedatangan Kristus kembali (ayat 14). Paulus menunjunkkan karakter sesungguhnya dari kehidupan beriman; kesetiaan terhadap perintah yang telah ditetapkan sebagai ”rel” oleh Kristus bagi pemimpin Kristen. Hingga penyataan Kristus akan diriNya sebagai Raja atas kehidupan orang percaya (gereja-red) (ayat 15-16).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">III. APLIKASI<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">Hari ini banyak orang percaya kepada Kristus yang menjadi pemimpin atas banyak orang; baik itu mulai dari pemerintahan tertinggi hingga yang paling rendah. Dan masih banyak juga yang mengharapkan bahkan dengan ambisi untuk menjadi pemimpin (mari kita lihat pilkada yang sebentar lagi berlangsung di daerah Toba Samosir). Namun yang ironi adalah tidak sedikit dari para pemimpin yang kemudian kehilangan pijakkan, ”rel” yang sesungguhnya untuk berlaku sebagai pemimpin. Banyak yang melupakan siapa yang memilihnya, yakni Kristus sebagai Raja Gereja (ayat 15-16), khususnya dalam kepemimpinan gereja hari ini. Yesus sebagai kepala gereja kerap terabaikan oleh karena kepentingan-kepentingan duniawi yang mejarah motivasi bertanding di dalam iman yang sesungguhnya di tengah gereja. Alhasil adalah berseraknya korban-korban dari kepemimpinan yang seperti ini; kemiskinan, kebodohan, pengangguran. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">Di dalam gereja indikasinya dengan jelas dapat kita lihat; lesuhnya kehidupan beriman dalam sekop gereja dari warga jemaat, skandal, korup, eksodus besar-besaran warga jemaat ke gereja lain bahkan pindah agama (lihat saja maraknya aliran-aliran sekarang ini). Akhirnya, seperti illustrasi dalam pembukaan di atas; kepemimpinan itu layaknya perjalanan kereta api dengan gerbong-gerbong yang berisikan berbagai macam tujuan dari setiap penumpangnya. Pencapaian tujuan dapat terwujud hanya dengan jikalau kepala kereta selaku mesinnya berlaju di atas rel yang telah ditetapkan. Begitulah pemimpin, seyogyanya memimpin dengan berjalan pada ketetapan Allah (ayat 11-12), dan dengan rendah hati membiarkan diri untuk dipimpin oleh Kristus Yesus sebagai Raja Gereja. Memang tampak dilema, karena kita diperhadapkan pada kemewahan dunia dan kesederhanaan di dalam kasih Kristus. Sebab demikianlah kita dipanggil di dalam ikrar iman kita untuk menjadi identitas yang hadir secara beda atas dunia. <o:p></o:p></span></div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-53839369294186111482010-03-11T14:07:00.002+07:002010-03-11T14:07:33.615+07:00KEPEMIMPINAN<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CSEAN11%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C04%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Book Antiqua";
panose-1:2 4 6 2 5 3 5 3 3 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: center;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">KEPEMIMPINAN: BELAJAR DARI TIMOTIUS</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">I. PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">Menilik kepemimpinan sekarang, maka kita mendapati bahwa kekuasaan, kesenangan, dan kemakmuran adalah indikasi keberhasilan. Bukan berarti hal dimaksud adalah sesuatu yang salah, artinya kesuksesan kepemimpinan sejati sewajarnya diukur dengan perubahan positif yang dihasilkan dengan memberi kontribusi bagi kebaikan semua dalam sepektrum suatu kepemimpinan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">II. ISI NATS (1 Tim. 3 : 1 – 7)<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">Timotius adalah seorang Kristen yang masih muda di Asia Kecil, yang telah menjadi kawan dan pembantu Paulus dalam pekerjaan Paulus. Ayah Timotius seorang Yunani dan ibunya Yahudi. Dalam Surat Paulus Yang Pertama Kepada Timotius, dibentangkan tiga hal yang ada sangkut pautnya satu sama lain. Pertama-tama ialah peringatan kepada Timotius terhadap ajaran-ajaran salah yang terdapat di dalam jemaat. Ajaran-ajaran itu merupakan campuran faham Yahudi dan faham bukan Yahudi berdasarkan kepercayaan bahwa semesta alam sudah jahat, dan keselamatan hanya dapat diperoleh kalau orang mempunyai pengetahuan tentang rahasia tertentu, dan mentaati peraturan-peraturan seperti misalnya peraturan tidak boleh kawin, pantang makanan-makanan tertentu dan lain sebagainya. Kedua, ialah petunjuk-petunjuk kepada Timotius mengenai pengurusan jemaat dan mengenai ibadat. Dijelaskan baginya sifat-sifat orang yang boleh menjadi penilik dan pembantu jemaat. Dan, ketiga Timotius diajar mengenai bagaimana ia dapat menjadi seorang hamba Yesus Kristus yang baik dan mengenai tanggung jawabnya terhadap setiap golongan orang yang menjadi anggota jemaat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">Perjanjian Baru, terutama surat-surat Timotius menyajikan dorongan pastoral Paulus kepada Timotius sebagai pemimpin jemaat Efesus yang bisa dijadikan pondasi hidup kepemimpinan, khususnya di tengah-tengah gereja (1 Tim. 3:1-7). Paulus memberi nasehat kepada Timotius terhadap para pemimpin jemaat untuk memiliki beberapa karakter kunci atas keberhasilan sebagai pemimpin atas jemaat. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">Paulus menjelaskan kepada Timotius bahwa suatu kebahagiaan menjadi pemimpin (ay. 1) untuk itulah harta yang indah itu harus dipelihara dengan apapun resikonya. Meski dalam surat-surat pastoral, khususnya dalam Timotius, Paulus tidak memberikan otoritas institusif untuk memimpin gereja namun nasehat Paulus sangat berguna untuk diterapkan dalam kepemimpinan masa kini (ay. 2-7). Ditegaskan pula bahwa meskipun dalam surat Pastoral tidak dijelaskan secara langsung tentang adanya otoritas institusional, namun ada nilai-nilai sikap yang sangat menolong dalam seni kepemimpinan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">Paulus menantang jemaat Tuhan untuk menjadi pemimpin yang berbeda; ia tidak boleh menyerah dengan keadaan yang cenderung memaksa kita untuk menyelewengkan diri atas jabatan kita; ia harus tetap teguh hidup dalam kebenaran Firman Tuhan dan melakukan tugas dan tanggungjawab memimpin pelayanan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Firman Tuhan dan menjaga dirinya untuk tetap menjadi teladan terhadap sesamanya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">III. APLIKASI<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">Secara khusus dalam kehidupan gereja, baik sebagai institusi maupun pribadi, memiliki tanggungjawab untuk memelihara dan mengembangkan kehidupan yang menjadi berkat di tengah masyarakatnya. Adapun tanggungjawab tersebut demikian merupakan relevansi gereja yang diuji pada kemampuannya dalam mengembangkan serta memelihara kehidupan, mampu menjadi berkat, mampu menjadi garam dan terang dunia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">Tantangan untuk mengembangkan dan memelihara kehidupan, menjadi berkat, mampu menjadi garam dan terang dunia ini menjadi tugas berat orang percaya. Tugas ini diperberat dengan tantangan yang muncul dari dalam maupun dari luar kekristenan. Munculnya gerakan dari organisasi-organisasi fundamentalis yang mengatasnamakan agama tertentu misalnya. Artinya, tantangan kekristenan untuk memelihara dan mengembangkan kehidupan, khususnya di tengah masyarakat Indonesia sangatlah komplek. Demikianlah maka, dibutuhkan kepemimpinan lewat pemimpin-pemimpin Kristen yang ideal; yang tetap hidup benar dan memelihara berita Injil yang telah diterimanya dengan konsekuensi logisnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">IV. ILLUSTRASI<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">Seorang pemimpin layaknya alat penunjuk arah angin yang diletakkan di tempat strategis dan paling tinggi di bandara pesawat; menjadi tolok ukur dan panduan bagi navigasi bandara untuk mengizinkan si pilot pesawat lepas landas atau mendarat di landasan pacu; demikian seorang pemimpin dalam memimpin, merupakan patron bagi pengikutnya untuk mengambil keputusan dan melakukannya; hal ini berlaku dimana saja baik dalam keluarga, masyarakat, gereja dan negara.<o:p></o:p></span></div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-75456593584393346862010-03-11T14:04:00.001+07:002010-03-11T14:04:01.660+07:00KEMATIAN YESUS KRISTUS<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CSEAN11%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C03%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CSEAN11%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C03%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Book Antiqua";
panose-1:2 4 6 2 5 3 5 3 3 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoHeader, li.MsoHeader, div.MsoHeader
{margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
tab-stops:center 216.0pt right 432.0pt;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
a:link, span.MsoHyperlink
{color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{color:purple;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.1pt 33.0cm;
margin:70.9pt 70.9pt 70.9pt 70.9pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:237717503;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-2093687474 1507872594 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:roman-upper;
mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-36.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-family: "Book Antiqua";">KEMATIAN YESUS<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">I.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">A. Mengenai Lukas <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (<a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Luk%201:1,3&tab=text">Luk 1:1,3</a>; <a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Kis&chapter=1&verse=1&tab=text">Kis 1:1</a>). </span><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu. Waktu penulisan berkisar tahun 60-63. Lukas adalah seorang petobat Yunani, satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong dia untuk menulis kepada Teofilus (Teofilus: seorang yang mengasihi Allah) guna memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri dari orang bukan Yahudi. Suatu kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan. Kisah ini terdiri atas dua bagian: kelahiran, kehidupan dan pelayanan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus (Injil Lukas); dan pencurahan Roh di Yerusalem dan perkembangan selanjutnya dari gereja mula-mula (Kitab Kisah Para Rasul). Kedua kitab ini merupakan lebih dari seperempat bagian dari seluruh PB. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Ketika ia menulis Injilnya, gereja bukan Yahudi belum memiliki Injil yang lengkap atau yang tersebar luas mengenai Yesus. Matius menulis Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi; sedangkan Markus menulis sebuah Injil yang singkat bagi gereja di Roma. Orang percaya bukan Yahudi yang berbahasa Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus yang diceritakan oleh para saksi mata, juga intisari tertulis yang pendek tetapi tidak suatu Injil yang lengkap dan sistematis (lih. </span><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;"><a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Luk%201:1-4&tab=text">Luk 1:1-4</a>). Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama "dari asal mulanya" (<a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Luk&chapter=1&verse=3&tab=text">Luk 1:3</a>). Lukas mengerjakan penelitiannya di Palestina sementara Paulus berada di penjara Kaisarea (<a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Kis&chapter=21&verse=17&tab=text">Kis 21:17</a>; <a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Kis%2023:23--26:32&tab=text">Kis 23:23--26:32</a>), dan menyelesaikan Injilnya menjelang akhir masa itu atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan Paulus (<a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Kis&chapter=28&verse=16&tab=text">Kis 28:16</a>).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Injil Lukas mulai dengan kisahan masa bayi yang paling lengkap (<a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Luk%201:5--2:40&tab=text">Luk 1:5--2:40</a>) dan satu-satunya pandangan sekilas di dalam Injil-Injil mengenai masa pra remaja Yesus (<a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Luk%202:41-52&tab=text">Luk 2:41-52</a>). Setelah menceritakan pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar: <i>pertama: </i>pelayanan-Nya di Galilea dan sekitarnya (<a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Luk%204:14--9:50&tab=text">Luk 4:14--9:50</a>); <i>kedua: </i>pelayanan-Nya pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (<a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Luk%209:51--19:27&tab=text">Luk 9:51--19:27</a>); dan <i>ketiga: </i>minggu terakhir-Nya di Yerusalem (<a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Luk%2019:28--24:43&tab=text">Luk 19:28--24:43</a>). <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">II.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">ISI NATS (Lukas 23: 26-32)<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Penjahat yang dijatuhi hukuman mati harus membawa sendiri salib yang berat itu ke tempat eksekusi. Begitulah Yesus melaksanakan proses hukumannya sebagai terdakwa penjahat atas hukum agama dan politik yang dikritisinya pada masaNya. Setelah pergumulan rohani yang berat di Taman Getsemani, tanpa sedikit pun waktu untuk tidur atau beristirahat, dan setelah semua penderitaan yang dialami di depan pengadilan Pilatus dan Herodes, Kehadiran Simon dari Kirene tidak terlepas dari ketidak berdayaan jasmani Yesus untuk memikul salib-Nya terus; maka Simon dipilih untuk membawa salib itu (ayat 26). Bdn. nubuatan Mikha, dia meratapi kebobrokan dalam masyarakat di mana dia hidup. Kekerasan, ketidakjujuran, dan kebejatan merajalela di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city></st1:place> itu. Sedikit sekali orang yang sungguh-sungguh saleh (ayat <a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Mi&chapter=7&verse=2&tab=text">Mi 7:2</a>), dan kasih keluarga nyaris tidak ada lagi (ayat <a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Mi&chapter=7&verse=6&tab=text">Mi 7:6</a>).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Perjalanan Yesus menuju Bukit Tengkorak diiringi tangis para pengikut-Nya (ayat 27). Namun di tengah penderitaan-Nya itu, Yesus menegur mereka agar tidak menangisi diri-Nya. Mereka seharusnya menangisi diri mereka sendiri karena Yerusalem <st1:city w:st="on">kota</st1:city> tempat tinggal mereka, akan ditimpa kehancuran dahsyat sebagai akibat penolakan <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place> terhadap kehadiranNya(ayat 28). Yesus bukan tidak berterima kasih atas simpati yang mereka tunjukkan, tetapi Dia ingin menyampaikan betapa parah malapetaka yang akan mereka alami. Begitu parahnya keadaan saat itu hingga seorang ibu mandul, yang oleh bangsa <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place> dianggap kena kutuk, akan mensyukuri keadaannya sebab ia tidak perlu melihat penderitaan anaknya dalam masa sulit itu (ayat 29-30). Maka Yesus memberi perbandingan, jika Dia yang tidak bersalah saja diperlakukan begitu buruk oleh tentara Roma, apalagi bencana yang akan mereka alami nanti ketika keruntuhan Yerusalem tiba (ayat 31). Keadaan itu digambarkan Yesus layaknya “kayu hidup” dan “kayu kering”; yang berbuah dan yang tidak menghasilkan buah. Itulah peringatan Yesus yang terakhir kalinya sebelum Dia meneruskan perjalanan menuju salib bersama dua orang kriminil lainnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">III. APLIKASI<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Ignatius yang berasal dari Syria, bishop dari Antiokhia, murid Rasul Yohanes, yang hidup antara tahun 50-115 M, dalam perjalanannya dihukum mati sebagai martir dengan diadu dengan binatang buas, menulis tentang Kristus: "Dia disalibkan dan mati di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Dia benar-benar disalibkan dan mati di hadapan penghuni sorga, penghuni bumi dan bawah bumi…”. </span><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Apa arti kematian Yesus Kristus bagi manusia? Pertanyaan ini penting karena kematian Yesus bukanlah satu peristiwa umum di antara begitu banyak peristiwa kematian dalam sejarah umat manusia. Tentu saja ada orang yang beranggapan bahwa kematian Yesus tidak mempunyai signifikansi apa-apa. Atau, kalaupun ada, signifikansinya hanya bersifat teladan moral dari seorang pejuang dan guru moral yang berani mati demi memegang teguh pada prinsip dan pengajaranNya. Pandangan-pandangan demikian biasanya berangkat dari asumsi bahwa kematian Yesus tidak diikuti kemudian oleh kebangkitanNya. Namun kita percaya, sebagaimana disaksikan oleh Perjanjian Baru, Yesus bukan saja mengalami kematian. Namun, Dia juga dibangkitkan oleh Allah. Karena itu, kematian Yesus menemukan makna signifikansi baru. Tanpa kepercayaan kepada kenyataan kebangkitan Yesus, kematianNya memang akan menjadi satu peristiwa yang <i>meaningless</i> atau tak bermakna secara teologis.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Dalam terang kebangkitan Yesus tersebut, bagaimana kita dapat memaknai kematianNya? Sebenarnya banyak makna teologis dan implikasi spiritual yang dapat kita eksplorasi dari peristiwa kematian Yesus. Bahkan salib, simbol kematian Yesus itu, adalah jantung pengajaran dan spiritualitas Kristen. Kematian Yesus memiliki pelbagai makna diantaranya adalah <b>substansial-soteriologis </b>dan <b>demonstratif-eksemplaris. <o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Kematian Yesus dapat kta pahami sebagai "korban", bukan dalam arti <i>victim</i>, tetapi <i>sacrifice,</i> pengorbanan. Dengan menggunakan istilah ini, Perjanjian Baru, khususnya kitab Ibrani, ingin mengungkapkan bahwa kematian Yesus adalah penggenapan terhadap bentuk-bentuk korban yang terdapat dalam Perjanjian Lama. Dalam PL, banyak ritual persembahan korban, antara lain korban pendamaian, yang dilakukan oleh seorang Imam Besar. Kematian Yesus adalah korban yang sempurna dan dipersembahkan oleh seorang Imam Besar yang sempurna, yakni diriNya sendiri. (Ibrani 9: 11-12). Jadi, Yesus adalah Imam Besar yang datang kepada Allah dengan membawa korban dan korban itu adalah diriNya. Karena itu korban persembahan Yesus adalah korban yang sempurna. Dalam konteks inilah maka Paulus bicara mengenai kematian Yesus sebagai "<i>jalan pendamaian"</i>(Roma 3: 25) sebagaimana korban PL adalah suatu simbol jalan pendamaian manusia dan Allah.<b><o:p></o:p></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Melalui kematian tersebut, tersedia suatu dasar ilahi bagi Allah untuk mengampuni manusia-manusia berdosa. Bagaimana Allah yang benar dan kudus dapat mengampuni manusia yang berdosa, sedangkan dosa adalah suatu kondisi dan tindakan manusia yang "melukai" kemuliaan Allah? Di sinilah letak jasa kematian Yesus. Yesus melalui kematianNya<i>,</i> membayar penuh "hutang-hutang" manusia yang telah mencederai kemuliaan Allah. "<i>Ia mengampuni segala pelanggaran dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita</i> (Kolose 2:13b-14). Bagaimana pengampunan itu dapat terjadi? Dalam konteks ini, kita perlu pahami bahwa bahwa pengampunan itu dimungkinkan oleh kematian Yesus sebagai kematian yang menggantikan kita <i>(substitutionary)</i>. Seharusnya manusialah yang dihukum oleh keadilan Allah. Tetapi Yesus menggantikan manusia, memikul dosa manusia, dan menerima penghukuman tersebut, (bd. Gal 3:13). Dalam kematianNya Yesus mewakili umat manusia. Yesus adalah representasi manusia di hadapan Allah;” <i>Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru" </i>(Ibr. 9:15). Tetapi untuk mendapatkan bagian dalam perjanjian tersebut, untuk dapat menikmati "keterwakilan” kita di dalam kematian Yesus, kita perlu “berpartisipasi” suatu isitilah yang sering digunakan Paulus untuk menggambarkan "kesatuan spiritual" antara manusia dan Yesus Kristus, yang dapat diartikan sebagai percaya, menerima dan mendapat bagian dalam kematian dan kebangkitanNya (bnd Rom 6:6,8; 8:1).<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="ES" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Kematian Yesus adalah suatu demokrasi kasih Allah yang tertinggi kepada manusia. Makna demonstratif dan eksemplaris ini memang tidak boleh dilepaskan dari makna substansial yang disebutkan diatas, karena ada kecenderungan menjadikan kematian Yesus sebagai suatu teladan moral. Tetapi makna ini perlu dikaji karena memang kematian Yesus menjadi suatu "display" teragung dari kasih Allah kepada manusia, seperti yang dikatakan Paulus dalam Roma 5:8," <i>Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."(But God demonstrates his own love for us in this: While we wer still sinners, Christ died for us)</i>. Kita dapat sangat tergetar oleh kisah Abraham mempersembahkan Ishak, anak tunggalnya, kepada Allah di gunung Moria. Tetapi dalam praktek agama-agama lain pada waktu itu, persembahan demikian bukanlah sesuatu yang sangat luar biasa. Yang jauh lebih luar biasa dan tak terkatakan adalah kisah Allah yang mempersembahkan dirinya kepada manusia. Yesus bukan hanya seorang manusia. Tetapi Dia adalah Anak tunggal Allah. Bahkan lebih dari itu, Dia adalah Allah itu sendiri, Pribadi ke-2 dari Allah Tritunggal. Dan dia mati untuk manusia; bahwa Allah mati bagi manusia. Yohanes mengatakan "<i>Allah adalah kasih,"</i>(1 Yoh 4:8). Apakah yang paling jelas mendefinisikan pernyataan iman tersebut selain peristiwa salib? Yohanes sendiri menegaskan hal ini dalam ayat berikutnya."<i>Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan ditengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia supaya kita hidup olehNya."</i>Dan setiap kali bertanya, apakah Allah mengasihi kita, apakah Dia memperhatikan kondisi hidup kita, kisah kematian Yesus kiranya dapat mendemonstrasikan kembali betapa Dia mengasihi kita. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="ES" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Kristus telah wafat bagi kita agar kita dapat berperan sebagai anak-anak Allah yang efektif untuk membawa pembaharuan dalam kehidupan ini. </span><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Dengan demikian melalui kematian Kristus, karya keselamatan Allah secara esensial dan substansial telah memperdamaikan seluruh umat manusia dengan Allah dan sesamanya. </span><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Perenungan kita pada masa sengsara Yesus tak cukup hanya tentang kedahsyatan penderitaan yang Yesus pernah tanggung. Penderitaan Yesus seharusnya membangkitkan keinsafan tentang betapa lebih mengerikan penderitaan orang yang tidak hidup serasi dengan salib Yesus, karena tidak mungkin luput dari murka Allah. Oleh karena itu, nyatakanlah syukur kita terhadap pengorbanan-Nya dengan menyalibkan sifat dosa kita tiap saat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">IV. ILLUSTRASI<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Kematian Yesus Kristus bisa diillustrasikan bagaikan tanaman gandum. Jika biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia akan tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Begitu juga dengan tanaman bunga splir; tanaman splir dapat berkembang banyak dan mengiasi taman rumah, jika biji-biji kecil yang ada di atas dedaunannya kemudian mati dan jatuh di atas tanah. Demikianlah, kematian Kristus bagi kita, kematian yang dimotivasi oleh inisiatif kasih terhadap manusia ciptaanNya; untuk memberikan kehidupan baru bagi kita.<o:p></o:p></span></div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-52682458378981034812010-03-11T14:01:00.001+07:002010-03-11T14:01:24.076+07:00KEBANGKITAN TUHAN YESUS<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CSEAN11%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CSEAN11%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Book Antiqua";
panose-1:2 4 6 2 5 3 5 3 3 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoHeader, li.MsoHeader, div.MsoHeader
{margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
tab-stops:center 216.0pt right 432.0pt;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
a:link, span.MsoHyperlink
{color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{color:purple;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
@page Section1
{size:612.1pt 33.0cm;
margin:70.9pt 70.9pt 70.9pt 70.9pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1672563983;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-35197816 407667336 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:roman-upper;
mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-36.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";">KEBANGKITAN TUHAN YESUS</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua";"><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;"><o:p><b> DASAR MARTURIA GEREJA</b></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">I.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu," tulis Paulus dalam </span><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;"><a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=1Kor&chapter=15&verse=17&tab=text"><span lang="FI">1 Korintus 15:17</span></a></span><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">. Bukti sejarah dan banyaknya hidup yang berubah telah menyaksikan bahwa kebangkitan Yesus adalah sebuah fakta. Kebangkitan Kristus lebih dari sekadar fakta sejarah itu adalah bukti penyelamatan kita. Jika kebangkitan bukan peristiwa sejarah, maka kuasa kematian tetap tidak dikalahkan; Kematian Kristus menjadi tidak ada artinya, dan umat yang percaya kepada-Nya tetap mati dalam dosa; Keadaannya akan tidak berbeda dengan sebelum mendengar nama-Nya. Kebangkitan Kristus merupakan suatu peristiwa yang terjadi di dalam dimensi ruang dan waktu sejarah manusia. Kebangkitan Kristus adalah peristiwa dalam sejarah, dimana Tuhan bekerja di dalam waktu dan ruang tertentu. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Injil Yohanes, khususnya dalam pasal 20:1-29 membahas mengenai kebangkitan Tuhan Yesus. Pasal 20 ini merupakan berita paling mendasar dalam Injil Yohanes yang mengambarkan bahwa Kristus datang untuk memberikan hidup yang kekal. Kematian tidak akan berkuasa atas Dia. Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa orang yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup yang kekal. Dalam pasal 20:19-29 membahas penampakan diri Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya, baik tanpa Tomas (Yoh. 20:19-23) maupun dengan Tomas (Yoh. 20:24-29) yang memberikan kesan atas dirinya sebagai orang yang tidak percaya. </span><span lang="PT-BR" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Rene Descartes mengatakan: “De Omnibus Dubitandum”, artinya segala sesuatu harus diragukan. Inilah kira-kira sikap hidup dari Tomas. Akan tetapi, baik Tomas akhirnya, maupun seluruh Perjanjian Baru mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan yang merupakan juga pondasi bagi misi (marturia-<i>red</i>) gereja. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">II.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">ISI NATS (Johanes 20: 24 – 29)<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Secara keseluruhan mengisahkan peristiwa Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, termasuk Tomas; Yesus melayani Tomas secara khusus, baik karena keperluan Tomas, maupun supaya suatu kebenaran yang penting dapat disampaikan kepada kita. </span><span lang="ES" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Peristiwa ini tidak diceritakan dalam ketiga Injil Sinoptik.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="ES" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Ayat 24: Yesus menampakkan diri kepada murid-muridNya, tanpa kehadiran Thomas. Beberapa pandangan menyebut bahwa kealpaan Thomas dalam persekutuan bersama murid-murid lainnya tidak terlepas dari kesedihan Thomas akan kematian Yesus; yang kemudian mengambil waktu untuk menyendiri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Ayat 25: Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya, "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka, "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." Tomas menolak kesaksian mereka. Di situ dia salah, dan kesalahan itu penting dalam Injil Yohanes, yang ditulis sebagai kesaksian supaya orang-orang percaya! </span><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Kita sudah mengerti dari </span><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;"><a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Mat&chapter=28&verse=17&tab=text"><span lang="SV">Matius 28:17</span></a></span><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">; </span><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;"><a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Luk%2024:11,25,38,41&tab=text"><span lang="SV">Lukas 24:11, 25, 38, 41</span></a></span><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">; dan </span><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;"><a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Mrk&chapter=16&verse=11&tab=text"><span lang="SV">Markus 16:11</span></a></span><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;"> bahwa iman beberapa murid kurang kuat. Dalam peristiwa ini Tomas mewakili murid-murid yang mempunyai iman yang lemah. Tuntutan Tomas, bahwa ia harus melihat bekas paku pada tangan-Nya dan mencucukkan jarinya ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tangannya ke dalam lambung-Nya menggambarkan karakter khas dari orang Yahudi yang kerap mementingkan tanda.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do" name="Hagelberg_Yoh_20_26_8"></a><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Ayat 26:</span><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;"> Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, "Damai sejahtera bagi kamu!" Adanya pertemuan-pertemuan yang lain tidak dijelaskan. Situasi ini mirip situasi pada hari Minggu yang lalu, tetapi Tomas bersama-sama dengan mereka. Munculnya Tuhan Yesus dan salam-Nya juga sama.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Ayat 27: Kemudian Ia berkata kepada Tomas, "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tuhan Yesus telah mendengar tuntutan Tomas, dan Dia mengajaknya untuk melakukan apa yang dituntut. Dia tidak berkeberatan dengan tuntutan Tomas. Dia siap sedia membuktikan diri-Nya pada seseorang yang tidak mudah diyakinkan. Tomas dituntut juga: jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah. Tomas (serta semua orang yang tidak mau menerima kesaksian lisan) ditegur oleh-Nya yang mengasihi Tomas dengan kasih yang telah dibuktikan di kayu salib.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do" name="Hagelberg_Yoh_20_28_12"></a><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Ayat 28: Tomas menjawab Dia, "Ya Tuhanku dan Allahku!" Tampaknya Tomas tidak perlu bukti yang dia tuntut! Kata-kata Tuhan Yesus pasti menusuk hati Tomas, karena Dia memakai kata-kata yang dipakai oleh Tomas dalam sikap tidak mau percaya. Pengakuan Tomas ini di beberapa kalangan ditolak oleh para sarjana yang tidak menganggap Alkitab sebagai Firman Allah. Menurut mereka, "evolusi teologi" belum diberi waktu yang cukup lama, sehingga "gereja primitif" belum siap mengucapkan pengakuan yang begitu "tinggi". Meskipun demikian, kita yang menganggap Alkitab sebagai Firman Allah tidak heran bahwa Tomas mengerti bahwa Tuhan Yesus, yang jelas telah mengalahkan maut, adalah Tuhan dan Allah. Dalam konteks ini istilah Tuhan tidak hanya berarti "tuan". Istilah ini dipakai dalam Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) sebagai pengganti nama "Yahweh". Istilah Allah juga sangat jelas. Kita harus mengingat bahwa orang Yahudi hanya mempunyai satu Allah, dan tidak mengakui dewa-dewa. Tomas mengaku Yesus sebagai Allah Abraham, Isak, dan Yakub. Tomas menyembah Dia yang disembah oleh Raja Daud dalam </span><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;"><a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Mzm&chapter=35&verse=23&tab=text"><span lang="FI">Mazmur 35:23</span></a></span><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">: "...ya Allahku dan Tuhanku!" Dengan demikian dia yang meragukan kesaksian teman-teman sampai memberikan tuntutan yang berlebihan berubah menjadi orang yang mengucapkan pengakuan yang luar biasa. Pemakaian kata ganti orang "-ku" dua kali dalam pengakuan ini menyatakan bahwa ini bukan hanya suatu pernyataan teologis atau liturgis, tetapi pengakuan ini bersifat sangat pribadi bagi Tomas. Dari segi struktur Injil Yohanes, kita mengamati bahwa pasal </span><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;"><a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Yoh&chapter=1&verse=1&tab=text"><span lang="FI">1:1</span></a></span><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;"> berkata, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" dan pasal 1:18 berkata bahwa Firman itu menyatakan Allah. Apa yang dikatakan dalam pasal </span><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;"><a href="http://alkitab.sabda.org/bible.php?book=43&chapter=1&tab=text"><span lang="FI">1</span></a></span><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;"> telah menjadi nyata dalam pengalaman Tomas, agar yang tidak melihat Dia, diajak ikut percaya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Ayat 29: Kata Yesus kepadanya, "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Tampaknya Dia tidak menegur Tomas, Dia senang bahwa Tomas telah percaya, tetapi Dia lebih senang lagi kalau orang siap percaya tanpa melihat. Tema ini mengedepankan iman, bahwa iman yang timbul karena orang melihat suatu keajaiban adalah baik, tetapi iman walaupun belum melihat adalah lebih baik lagi (bd. Yoh. </span><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;"><a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Yoh%201:50;2:23-25;4:48;6:26;10:38;14:11&tab=text"><span lang="FI">1:50; 2:23-25; 4:48; 6:26; 10:38; dan 14:11</span></a>)</span><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">. Namun di antara semua ayat tersebut, ayat ini mengandung pernyataan yang paling jelas. Tema tersebut terkait erat dengan tema kesaksian (marturia), karena kesaksian dimaksudkan untuk menimbulkan iman bagi mereka yang tidak sempat melihat Tuhan Yesus. Tema kesaksian sangat penting dalam Injil Yohanes yang bertendensi pada pengutusan (Yoh. </span><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;"><a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Yoh%2020:21-31&tab=text">20:21-31</a>). Ucapan bahagia ini, sesuai dengan ucapan bahagia yang lain, menyatakan bahwa orang itu diterima oleh Allah, tetapi juga mempunyai suatu nada dorongan. Dalam ucapan bahagia ini mereka didorong supaya sungguh percaya, tanpa menuntut tanda seperti apa yang dituntut Tomas. <a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=1Ptr%201:8-9&tab=text">1 Petrus 1:8-9</a>, berbunyi: <i>"Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu."</i> Kutipan ini serta <a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Yoh&chapter=20&verse=29&tab=text">Yoh. 20:29</a> mengingatkan kita bahwa keadaan rohani kita tidak kurang indah dibandingkan dengan keadaan rohani mereka yang melihat Dia. Hoskyns mengutip dari seorang rabi yang menulis sesuatu yang mirip ini pada tahun 250 M: <i>"Seorang petobat lebih dihargai Allah daripada semua kaum <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place> yang berdiri dekat Gunung Sinai. </i></span><i><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Andaikata mereka tidak melihat guntur dan api dan kilat dan gentaran gunung dan bunyi sangkakala maka mereka tidak menerima hukum Taurat ataupun menunduk pada Kerajaan Allah. Tetapi seorang petobat tidak melihat semua itu, namun dia datang dan menyerahkan dirinya kepada Allah dan menerima kuk kehendak Allah. </span></i><i><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Apakah ada orang yang lebih dihargai daripada orang seperti itu?"<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Dari pernyataan akhir Yesus,<i> "Berbahagiaiah mereka yang tidak melihat, namun percaya",</i> menjadi sangat jelas pentingnya iman bagi mereka yang tidak pernah melihat Yesus yang bangkit. Iman yang sama dituntut untuk mereka yang mengaku pernah melihat Yesus yang bangkit. Dengan demikian, kebangkitan Yesus dipandang sebagai objek pengakuan iman untuk semua, baik yang pernah melihat maupun yang tidak pernah melihat Yesus yang bangkit. Berkat iman akan kebangkitan itu para murid mengakui Yesus sebagai Tuhan. Penunjukan "tangan dan lambung-Nya" kepada para murid (ay. 20) mempertegas hubungan Yesus yang tersalib dengan Yesus yang bangkit.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">III.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">KAJIAN TEOLOGIS<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">1) Kebangkitan Kristus adalah kebangkitan tubuh <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Kebangkitan Kristus adalah sungguh-sungguh kebangkitan tubuh, bukan hanya satu kebangkitan roh atau rohani. Kalau kebangkitan Tuhan Yesus hanya kebangkitan rohani saja, tentu mayat-Nya akan ketinggalan dalam kubur itu. Tetapi ada bukti bahwa kubur itu kosong (Matius 28:6; Markus 16:6; Lukas 24:3,12; Yohanes 20:1,2). Kubur yang kosong itu disaksikan oleh sahabat-sahabat dan musuh-musuh-Nya; yaitu perempuan-perempuan, rasul-rasul, malaikat-malaikat dan prajurit-prajurit Romawi. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Ada</st1:place></st1:city> kebangkitan-kebangkitan lain dalam Alkitab yang sungguh-sungguh merupakan kebangkitan tubuh (Matius 9:18-26; Lukas 7:11-18; Yohanes 11:1-44). Kejadian-kejadian ini juga menunjukkan cara kebangkitan Tuhan Yesus, yaitu secara tubuh. Orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya mengenal Dia serta mengakui bahwa Dia mempunyai tubuh yang mereka kenal, yaitu tubuh-Nya yang dahulu. Lubang bekas paku-Nya masih ada (Yohanes 20:27; Lukas 24:37-39). <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">2) Oleh kebangkitan-Nya semua pengakuan Tuhan Yesus mengenai diri-Nya disahkan dan diteguhkan Tuhan Yesus "dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa" (Roma 1:4). Oleh sebab kebangkitan Kristus maka rasul-rasul mendapat bukti yang baru dan pengertian yang baru yang lebih jelas mengenai diri Tuhan Yesus dan pekerjaan-Nya. Kebangkitan itu telah mempersiapkan rasul-rasul untuk menerima wahyu yang lebih jelas yang diberikan melalui kedatangan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Lukas 24:45,49; Yohanes 20:22,23). Dengan kebangkitan Kristus Allah mengesahkan pekerjaan Kristus dan pengakuan Kristus atas diri-Nya; dan melalui kebangkitan itu tujuan dan maksud Kristus dijelaskan kepada rasul-rasul dan murid-murid-Nya. Dalam Matius 12:38-42 dan Yohanes 2:13-22 Tuhan Yesus mengalaskan kuasa-Nya dan kebenaran pelajaran-Nya atas kebangkitan-Nya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">3) Kebangkitan Yesus Kristus adalah batu penjuru iman kristiani. Tanpa itu, kita tak memiliki pengharapan di hidup ini, juga mengenai hidup yang akan datang. Itulah alasan betapa pentingnya mengenali bahwa kepercayaan kita pada kebangkitan Kristus tidak berdasar pada perasaan agamawi atau rumor yang tak berdasar. Kepercayaan kita berdasar pada fakta sejarah dengan bukti kuat yang mendukung. Sebagai fakta sejarah, Kebangkitan Kristus mendorong manusia untuk percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat. </span><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Ini bukan sekedar pembicaraan mengenai pengaruh: karakter, contoh dan pengajaran-Nya. Ini mengenai tanggapan manusia terhadap-Nya. Siapa yang percaya kepada kebangkitan-Nya, kemudian mempercayai ketuhanan-Nya, kemudian percaya akan karya penebusan-Nya, kemudian percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat, akan memperoleh penebusan dosa dan diselamatkan. Siapa yang menyangkal kebangkitan-Nya, secara langsung menyangkal ketuhanan-Nya dan menolak karya penebusan-Nya, tidak diselamatkan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">4) Kebangkitan Kristus merupakan alasan bagi persekutuan rohani yang baru.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Tuhan Yesus yang telah dibangkitkan dan dipermuliakan merupakan alasan bagi persekutuan rohani yang baru. Tuhan Yesus adalah Anak Sulung yang lebih utama dari segala yang diciptakan, dan yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati (Kolose 1:15,18,19). Dalam Mazmur 2:7 dan Kisah 13:33 Tuhan Allah bersabda, "Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini". Pada hari apakah Kristus diperanakkan oleh Allah? Tentu pada hari kebangkitan-Nya. Yesus Kristus telah menjadi Anak Sulung di antara banyak saudara (Roma 8:29). Oleh sebab itu kita yang telah percaya pada Dia dan telah dilahirkan kembali, dan beserta dengan Dia, telah menjadi suatu kaum yang baru, yaitu kita yang diangkat anak oleh karena Yesus Kristus (Efesus 1:5). Kaum yang baru itu mendapatkan persekutuan rohani yang baru juga (Efesus 4:24; Kolose 3:9,10). </span><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Persekutuan baru itu ada di dalam Jemaat Kristus, yaitu tubuh-Nya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">5) Konsekuensi Pertemuan dengan Yesus yang Bangkit. Pertemuan dengan Yesus yang bangkit melenyapkan ketakutan dan memberi sukacita. Para murid yang berkumpul di ruangan terkunci karena takut akan orang-orang Yahudi (ay. 19) mengalami sukacita ketika Yesus hadir di tengah-tengah mereka dan mereka melihat Tuhan (ay. 20). Secara implisit, perubahan serupa dialami juga oleh Maria Magdalena yang menangis karena mayat Tuhannya telah diambil orang (ay. 13), tetapi pewahyuan Yesus yang bangkit telah memberinya sukacita, sebagaimana terungkap dalam reaksinya mau memegang kaki Yesus (ay. 17). Pertemuan dengan Yesus yang bangkit memberi damai sejahtera. Damai sejahtera itu tidak seperti yang diberikan oleh dunia, tetapi damai sejahtera yang melenyapkan kegelisahan dan kegentaran hati (Yoh 14:27), yang menghilangkan ketakutan (ay. 19), dan yang memberi sukacita (ay. 20). Pertemuan dengan Yesus yang bangkit memberi Roh Kudus (ay. 22). Yesus yang bangkit menghembusi para murid Roh Kudus yang memberi kehidupan baru, sebagaimana Allah menghembuskan napas hidup kepada manusia ciptaan-Nya (Kej 2:7). Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang karena Yesus belum dimuliakan" (Yoh 7:38-39). Pada saat kematian-Nya, Yesus menyerahkan nyawa-Nya (Yoh 19:30) dan air dan darah keluar dari lambung-Nya (Yoh 19:34), tetapi pada waktu kebangkitan-Nya, Yesus memberikan Roh Kudus kepada para murid-Nya (Yoh 20:22). Berkat penghembusan Ron itu damai sejahtera dan sukacita tinggal tetap bersama para murid. Berkat penghembusan Ron itu juga para murid ambil bagian dalam kuasa menyatakan karya Allah bagi banyak orang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">6) Pertemuan dengan Yesus yang bangkit mendatangkan tugas perutusan. Maria Magdalena setelah mengenal dan mengakui Yesus sebagai Guru (ay. 16) dan Tuhan (ay. 18) mendapat tugas perutusan untuk menyampaikan berita kepada para murid: "Pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu" (ay. 17). Padawaktu penampakan di Cenaculum pun Yesus mengutus para murid: "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu" (ay. 21). Pengutusan itu juga bersangkutan dengan pengampunan dosa (ay. 23) sehingga para murid menerima Roh Kudus (ay. 22). Perubahan dari rasa takut menjadi damai dan sukacita karena Yesus yang bangkit berkat pengampunan dosa itulah yang harus diberitakan kepada orang lain. Dengan demikian, kebangkitan Yesus berlaku bagi semua orang, para murid dan orang-orang percaya sebagai sumber damai sejahtera, sukacita, dan penghiburan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">IV. APLIKASI<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Di tengah bianglala tahun 2010, HKI secara umum menetapkan tahun ini menjadi tahun MARTURIA (kesaksian) dalam pelayanan gerejawinya. Thema tahun Marturia ini diambil dari Amanah Agung Yesus Kristus ”Pergilah jadikanlah semua bangsa muridKu dan ajarlah mereka (Matius 28: 19-20). Thema ini kemudian diterjemahkan lebih spesifikasi ”Masing-masing warga penuh HKI mengajak satu orang lagi mengikut Yesus dan mengajar mereka”.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Berhubungan dengan tekad pelayanan di atas, maka dibutuhkan daya untuk menunjang momentum ledakan dari pelaksanaannya bagi setiap warga HKI. Di sinilah KEBANGKITAN KRISTUS YESUS sudah seharusnya menjadi daya ledakan bagi implementasi motivasi pelayanan yang terfokus kepada kesaksian (penginjilan) baik ke dalam dan keluar lingkup HKI. Sama dengan para murid pada masa gereja mula-mula, kebangkitan Yesus menjadi batu penjuru bagi iman kristiani; tanpa itu, setiap orang percaya tentunya tidak memiliki pengharapan dalam hidupnya. Siapa yang percaya kepada kebangkitanNya, kemudian mempercayai ketuhananNya, kemudian percaya akan karya penebusanNya, kemudian percaya kepadaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat, akan memperoleh penebusan dosa dan diselamatkan, dan sebaliknya. Sebagai Anak Sulung, di dalam Kristus kita diarahkan kepada persekutuan rohani yang baru dengan sebuah tanggungjawab. Pertemuan dengan Yesus yang bangkit melenyapkan ketakutan dan memberi sukacita; untuk kemudian disiapkan dalam suatu perutusan memberitakan karya besarNya atas semua bangsa.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10.5pt;">Demikianlah setiap warga HKI menghidupi kebangkitan Yesus sebagai momentum untuk menjadi saksi-saksi Kristus dalam setiap dimensi sosial masyarakat tanpa ada rasa ketakutan dan ragu; sebab Yesus telah menetapkan kita sebagai sumber damai, sukacita dan penghiburan bagi orang banyak.<o:p></o:p></span></div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-6464914643745221542010-02-09T09:45:00.001+07:002010-02-09T09:48:19.866+07:00KEBEBASAN BERAGAMA<div class="font36 c_black" style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b>Ada Apa dengan Kebebasan Beragama</b></span></div><div></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="article_body"> </span><br />
<div align="center"><span id="article_body"><b></b></span></div><span id="article_body">Akhir-akhir ini, ramai dibicarakan tentang kebebasan beragama terkait judicial review terhadap UU No 1 Tahun 1965 tentang Larangan Penodaan Agama. Adalah kelompok pro demokrasi Indonesia yang tergabung dalam Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan atau AKKBB yang mengajukan judicial review terhadap UU tersebut karena dinilai tidak lagi relevan dengan prinsip-prinsip demokrasi dan sekaligus juga tidak sejalan dengan semangat konstitusional Indonesia.<br />
Alih-alih jadi alat perlindungan bagi kelompok agama, yang terjadi justru sebaliknya. UU itu malah dijadikan alat pembenaran bagi perilaku penodaan, bahkan tindakan kekerasan dan penistaan terhadap kelompok agama tertentu. UU itu lebih banyak dipakai mendiskreditkan kelompok yang memiliki pemahaman berbeda dengan arus utama.<br />
Meski telah ada jaminan dalam konstitusi dan sejumlah UU, seperti UU No 39/1999 tentang HAM dan UU No 12/2006 tentang Ratifikasi Kovenan Internasional mengenai Hak Sipil dan Politik, upaya perlindungan dan pemenuhan hak kebebasan beragama di Indonesia belum memperlihatkan kemajuan berarti.<br />
Setidaknya ada tiga kendala, pertama, kebebasan beragama cenderung disalahpahami sebagai upaya menghilangkan identitas suatu agama atau menyamakan semua agama (nihilisme) atau upaya mencampuradukkan ajaran agama (sinkretisme). Akibatnya, gagasan kebebasan beragama menimbulkan ketakutan yang tidak beralasan.<br />
Kedua, kebebasan beragama cenderung ditafsirkan sebagai gagasan kebebasan tanpa batas yang akan mengakibatkan konflik di masyarakat. Ketiga, kebebasan beragama cenderung dimaknai sebagai upaya penodaan terhadap agama yang ”sudah diakui”. Akibatnya, pendukung kebebasan beragama diberi stigma sebagai kelompok ”tak agamis”.<br />
Sebetulnya tidak sedikit warga masyarakat menginginkan terpenuhinya hak kebebasan beragama, tetapi karena takut distigma sebagai ”tidak agamis” memilih diam supaya aman. Adanya <text bd="0" co="K" f="602" fontfamily="Chronicle Text G1" fontname="ChronicleTextG1-Italic" gray="100" h="9036m" it="1" jmp="0m" mode="0" modedata="0" small="0" w="9036m"></text>silent majority ini sangat merugikan tatanan demokrasi kita sebab ruang publik lalu didominasi oleh kelompok yang lantang menyuarakan sikap antikebebasan beragama. Sikap yang berseberangan dengan visi demokratis, dan fatalnya dengan mengatasnamakan agama atau Tuhan.<br />
<crosshead></crosshead><b>Makna kebebasan</b><br />
Istilah kebebasan beragama di dalam berbagai dokumen HAM tak berdiri sendiri, melainkan selalu dikaitkan dengan kebebasan lain, yaitu kebebasan berpikir dan berkesadaran atau berhati nurani. Pada konteks ini, hak kebebasan beragama bersifat mutlak, berada di dalam forum internum yang merupakan wujud dari<text bd="0" co="K" f="602" fontfamily="Chronicle Text G1" fontname="ChronicleTextG1-Italic" gray="100" h="9036m" it="1" jmp="0m" mode="0" modedata="0" small="0" w="9036m"></text> inner freedom (freedom to be), dan itu termasuk hak <text bd="0" co="K" f="602" fontfamily="Chronicle Text G1" fontname="ChronicleTextG1-Italic" gray="100" h="9036m" it="1" jmp="0m" mode="0" modedata="0" small="0" w="9036m"></text>non-derogable (tak bisa ditangguhkan pemenuhannya oleh negara dalam keadaan apa pun).<br />
Adapun hak mengekspresikan ajaran agama atau keyakinan dalam kehidupan publik, misalnya menyebarkan ajaran agama dan mendirikan tempat ibadah, masuk dalam kategori hak bertindak (<text bd="0" co="K" f="602" fontfamily="Chronicle Text G1" fontname="ChronicleTextG1-Italic" gray="100" h="9036m" it="1" jmp="0m" mode="0" modedata="0" small="0" w="9036m"></text>freedom to act). Hak ini dapat ditangguhkan atau dibatasi pemenuhannya. Akan tetapi, penangguhan atau pembatasan itu hanya boleh dilakukan dengan UU dan dengan alasan perlindungan atas lima hal, yaitu keselamatan publik, ketertiban publik, kesehatan publik, kesusilaan, dan perlindungan terhadap hak dan kebebasan orang lain. Jadi, tujuan utamanya, perlindungan secara adil terhadap semua kelompok agama.<br />
Menarik dicatat bahwa semakin demokratis sebuah negara semakin berkurang UU yang membatasi kebebasan beragama. Namun, itu tak berarti telah ada kecenderungan melakukan dekriminalisasi terhadap penodaan agama. Yang terjadi adalah karena UU itu dianggap tidak relevan lagi dengan perkembangan masyarakat yang semakin menghargai nilai-nilai kemanusiaan.<br />
Secara normatif kebebasan beragama mengandung delapan unsur. Pertama, kebebasan bagi setiap orang menganut agama atau kepercayaan atas dasar pilihan bebas, termasuk bebas berpindah agama atau kepercayaan. Kedua, kebebasan memanifestasikan agama atau kepercayaan dalam bentuk ritual dan peribadatan. Ketiga, kebebasan dari segala bentuk pemaksaan. Keempat, kebebasan dari segala bentuk diskriminasi. Negara wajib menghormati dan menjamin kebebasan beragama atau berkepercayaan semua individu di dalam wilayah kekuasaannya tanpa membedakan suku, warna kulit, jenis kelamin, jender, pilihan politik, dan sebagainya.<br />
Kelima, kebebasan yang mengakui hak orang tua atau wali. Negara berkewajiban menghormati kebebasan orang tua dan wali untuk menjamin bahwa pendidikan agama dan moral bagi anak-anak mereka adalah sesuai dengan pemahaman agama mereka. Keenam, kebebasan bagi setiap komunitas keagamaan untuk berorganisasi atau berserikat. Ketujuh, kebebasan bagi setiap orang untuk memanifestasikan ajaran agama hanya dapat dibatasi oleh UU. UU dibuat demi kepentingan melindungi keselamatan dan ketertiban publik, kesehatan atau kesusilaan umum atau hak-hak dasar orang lain. Kedelapan, negara menjamin pemenuhan hak kebebasan internal bagi setiap orang, dan itu bersifat <text bd="0" co="K" f="602" fontfamily="Chronicle Text G1" fontname="ChronicleTextG1-Italic" gray="100" h="9036m" it="1" jmp="0m" mode="0" modedata="0" small="0" w="9036m"></text>non-derogability.<br />
Kedelapan unsur jika diimplementasikan dengan baik dalam kehidupan masyarakat akan terwujud suasana damai penuh toleransi. Setiap komunitas agama akan menghormati komunitas lain, dan mereka dapat berkomunikasi dan bekerja sama dalam suasana saling pengertian, penuh cinta kasih. Dalam konteks Indonesia yang multi-agama, prinsip kebebasan beragama tak hanya mempunyai landasan pijak dalam konstitusi dan UU nasional, melainkan juga berakar kuat dalam tradisi berbagai agama dan kepercayaan yang hidup ribuan tahun di Nusantara.<br />
<b>Menjamin perdamaian</b><br />
Hak kebebasan beragama selalu berpijak pada penghargaan dan penghormatan martabat manusia dan nilai-nilai kemanusiaan universal. Karena itu, pemenuhan terhadap hak kebebasan beragama membawa kepada penghapusan segala bentuk penodaan dan penistaan terhadap kelompok agama, termasuk kelompok agama minoritas.<br />
Yang terpenting, pemenuhan terhadap hak kebebasan beragama menjamin terciptanya toleransi dan perdamaian. Selanjutnya, perdamaian menjamin terwujudnya perlakuan setara dan sederajat bagi semua manusia, tanpa perbedaan. Perdamaian mendorong adanya tanggung jawab individual.<br />
Kedepan dibutuhkan dua syarat bagi upaya pemenuhan hak kebebasan beragama. Pertama, setiap penganut atau kelompok agama harus memiliki kepercayaan diri yang kuat berdasarkan komitmen dan keyakinan kuat pada agama masing-masing. Ketiadaan rasa percaya diri melahirkan sikap kerdil, ketakutan, dan penuh <text bd="0" co="K" f="602" fontfamily="Chronicle Text G1" fontname="ChronicleTextG1-Italic" gray="100" h="9036m" it="1" jmp="0m" mode="0" modedata="0" small="0" w="9036m"></text>prejudice. Kedua, para penegak hukum harus berani bersikap netral dan adil. Kedua sikap ini terbangun hanya jika mereka memahami secara utuh ajaran agamanya serta memiliki komitmen kuat pada nilai-nilai kebangsaan dan keindonesiaan.</span><br />
<div style="text-align: right;"><span id="article_body">reposting from:<br />
</span><span id="article_body"></span></div><div style="text-align: right;"><i><a href="http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/09/0412102/Ada.Apa.dengan..Kebebasan.Beragama"><b> Musdah Mulia - </b>Kompas</a></i></div><span id="article_body"><i></i></span></div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-30695649368977985922010-02-04T16:35:00.003+07:002010-02-04T16:57:50.154+07:00PREDESTINASI<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirRxGJjfAFWoA_FWlannvVfUE3RELqI_EPMprCItETlarCOoS4opLEk2HGxbOhuQYY3ZCcFeAESk2cJtWsp8TJy9ZrsoA94hgg7s9n7MF1RZ3Tfm0UwulLLrl42rduacw7n2oFEJQd0eg/s1600-h/s.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirRxGJjfAFWoA_FWlannvVfUE3RELqI_EPMprCItETlarCOoS4opLEk2HGxbOhuQYY3ZCcFeAESk2cJtWsp8TJy9ZrsoA94hgg7s9n7MF1RZ3Tfm0UwulLLrl42rduacw7n2oFEJQd0eg/s200/s.jpg" width="126" /></a><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:"Book Antiqua";
panose-1:2 4 6 2 5 3 5 3 3 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1399983186;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1380390592 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="ES" style="font-family: "Book Antiqua","serif";">PREDESTINASI DALAM TEOLOGIA PAULUS</span></b><br />
<b><span lang="ES" style="font-family: "Book Antiqua","serif";">(Sekilas pandangan Paulus terhadap Predestinasi)</span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 117pt;"><span lang="ES" style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Beranjak dari suatu pertanyaan dalam facebook oleh rekan-rekan HKI Pulomas mengenai Predestinasi apakah diterima oleh HKI? <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 117pt;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="ES" style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Maka, muncul kerinduan saya untuk berbagi wacana perihal pertanyaan di atas. Selaku gereja yang lahir dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi_Protestan"><b>gerakan reformis</b></a> Luther, secara otomatis HKI jugalah mengikuti perkembangan teologia yang bersumber dari Alkitab. Mengenai predestinasi, istilah ini adalah istilah Alkitabiah yang kemudian digali lebih dalam oleh Paulus. Dan kemudian oleh Bapa-bapa Gereja, terkhusus pasca reformasi gereja tetap diikuti atau diteruskan. Namun, yang condong menerapkan predestinasi dalam ranah berteologinya adalah Bapa reformasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yohanes_Calvin"><b>Calvin</b></a>, yang kemudian dianut oleh gereja-gereja yang beraliran calvinis (GBKP, GKI dll). Sedangkan HKI adalah gereja yang menganut paham <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Martin_Luther"><b>Lutheran</b></a> dengan nilai-nilai berteologianya yang tertuju pada Sola gratia, Sola Scriptura dan Sola Fide. Lalu, apakah HKI menerima predestinasi? Menurut saya tidak ada alasan mendasar apalagi secara Alkitabiah HKI untuk menolaknya. Karena istilah predestinasi adalah ‘bahasa’ Alkitabiah yang jelas menguraikan maksud dan rencana Allah atas ciptaanNya. Dalam tulisan di bawah ini saya mau berbagi wacana teologia mengenai predestinasi untuk rekan-rekan, semoga bermanfaat. Shalom!<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="ES" style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Secara literal predistinasi (proorizo: pro = sebelumnya; horizo = menentukan batas, menetapkan). Predistinasi artinya menentukan atau menetapkan dari semula, sebelumnya. Dalam pengertian teknis diartikan sebagai: tindakan memberi tanda sebelumnya dengan cara melingkari; menetapkan secara definitif sebelumnya; dan mentakdirkan sebelumnya. Hasil dari tindakan tersebut merupakan penetapan definif, dan pemberian tanda, tidak dapat diubah atau dibatalkan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="ES" style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Secara teologis, dalam pengertian luas, predestinasi menekankan bahwa Allah telah menentukan sebelumnya, segala sesuatu yang akan terjadi, yaitu semua rentetan peristiwa historis. Sedangkan dalam pengertian sempit predestinasi didefinisikan sebagai keputusan kekal Allah dalam menentukan di dalam diriNya sendiri, berdasarkan kehendak bebasNya, apa yang Dia akan lakukan pada setiap individu dari umat manusia. </span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Dengan keputusan yang kekal dan tidak beruah-ubah itu, Allah telah menentukan atau menetapkan seluruh rangkaian proses penyelamatan, siapa yang akan menerima keselamatan, dan selanjutnya bagaimana memelihara mereka yang telah diselamatkan, dan juga Allah telah menetapkan siapa yang akan dibiarkan untuk binasa.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Konsep predestinasi Allah dapat dijelaskan secara sederhana demikian:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">“Allah telah mempredestinasikan – menentukan Yesus untuk mengalami penderitaan demi menyelamatkan manusia. Allah mempredestinasikan juga semua orang pilihan untuk menerima keselamatan, agar mereka menjadi anak-anak Allah sesuai dengan suatu rencana yang telah ditetapkan oleh Allah sebelumnya. Allah telah mengenal mereka sejak semula, dan memilih mereka sejak semula. Allah juga telah mempersiapkan suatu Kerajaan bagi mereka. Untuk mereka yang menjadi pilihanNya, keputusan Allah itu berdasarkan rahmatNya yang cuma-cuma tanpa mengindahkan sama sekali apakah manusia itu layak untuk menerimanya. Bagi orang-orang pilihan, panggilan itu adalah bukti tentang terpilihnya mereka. Sedangkan untuk mereka yang dibiarkan untuk binasa, Ia menutup jalan masuk ke kehidupan, dengan cara menutup pengetahuan tentang namaNya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Kata predestinasi terdapat enam kali di dalam Perjanjian Baru. Pertama diungkapkan oleh Petrus dalam Kis. 4:28, dan sisanya <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">lima</st1:city></st1:place> (ditemukan di dalam surat-surat Paulus yaitu: Rom. 9:29, 30; 1 Kor. 2:7; dan Ef. 1:5, 11). Di dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia kata predestinasi diganti dengan ungkapan: <i>menentukan dari semula</i>. Tetapi, di dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris dan Yunani, kata predestinasi dipakai secara konsisten. Untuk lebih jelasnya, bagian dari ayat-ayat tentang predestinasi akan ditulis dan dibandingkan satu dengan yang lain:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Kis. 4:28 – untuk melaksanakan, segala sesuatu yang telah Engkau <i>tentukan</i> dari <i>semula</i>. Inggris: <i>predetermined</i>, artinya: menetapkan sebelumnya, mengodratkan. Yunani: <i>proorisen</i>, artinya: memberi tanda, merancang, mentakdirkan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Rom. 8:29 – sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga <i>ditentukanNya</i> <i>dari semula</i>. Inggris: <i>He also did predestinate</i> artinya: mentakdirkan. Yunani: <i>proorisen</i> artinya</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";"> <span lang="ES">menentukan batas, menetapkan</span></span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Rom. 8:30 – dan mereka yang <i>ditentukan-Nya dari semula</i>. Inggris: <i>whom he did predestinate</i>. Yunani <i>proorisen</i>. Memiliki arti yang sama dengan istilah yang sebelumnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">1 Kor. 2:7 – rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, <i>telah disediakan Allah</i> bagi kemuliaan kita. Inggris: <i>which God ordained</i>, artinya: yang Allah takdirkan, atau <i>which God predetermined</i>, artinya: yang Allah tetapkan sebelumnya, atau yang Allah kodratkan. Yunani: <i>proorisen</i>.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Ef. 1:5 – Ia telah <i>menentukan</i> kita dari semula. Inggris: <i>Having predestinated</i>, artinya: Allah telah mempredestinasikan, atau mentakdirkan. </span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Yunani: <i>proorisen</i>.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Ef. 1:11 – kami yang dari semula <i>ditentukan</i>. Inggris: <i>being predestinated,</i> artinya: dipredestinasikan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Ayat-ayat Alkitab di atas kiranya cukup untuk dijadikan alasan dan bukti bahwa: Kata predestinasi benar-benar bersumber dari Alkitab; Predestinasi murni adalah bahasa yang digunakan di dalam Alkitab untuk mengungkapkan tindakan kekal Allah; Makna predestinasi yang dimaksud oleh Paulus, ataupun yang dimaksud oleh Allah, sudah tentu sesuai dengan makna yang terkandung di dalam kata itu sendiri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Paulus menghubungkan secara langsung sifat kedaulatan mutlak Allah dengan tindakan predestinasi Allah. Allah menyatakan kedaulatan mutlakNya atas semua ciptaanNya dengan cara melakukan tindakan predestinasi. Sudah disebutkan sebelumnya bahwa secara teologis, predestinasi menekankan penentuan atas semua peristiwa historis dan penentuan terhadap apa yang akan dilakukanNya terhadap setiap individu. Semua keputusan penentuan itu telah dilakukan sejak semula. Paulus lebih banyak membahas tindakan predestinasi Allah yang bersifat individual, yaitu keputusan kekal atau penentuan kekal dari Allah berkenaan dengan apa yang Dia akan lakukan terhadap setiap individu. Maksudnya bahwa sejak semula Allah telah menentukan sebagian orang untuk diselamatkan, dan juga sejak semua Ia telah membiarkan sebagian orang untuk menempuh jalannya sendiri menuju kepada kebinasaan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Penenkanan Paulus pada predestinasi individual mau menyatakan bahwa hal menerima anugerah keselamatan atau menjadi anak-anak Tuhan merupakan rencana dan keputusan mutlak dari Allah. Rencana dan keputusan kekal Allah tersebut meliputi tiga hal penting yaitu: <i>Siapa</i>, secara individual yang akan me-<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">nerima anugerah keselamatan dan menjadi anak-anak Allah; <i>Proses,</i> bagaimana Allah membawa orang-orang yang telah dipredestinasikan itu sampai kepada tahap menerima anugerah keselamatan dan menjadi anak-anak Tuhan; <i>Sistem</i> atau cara yang digunakan Allah untuk memelihara orang-orang yang telah beriman.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Dalam pengertian lain, tindakan predestinasi Allah didasarkan atas dorongan kasih dan kemurahan hati Allah, dan tidak berdasarkan atas kepantasan hidup seseorang. Prinsip ini diulangi oleh Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Efesus: <i>“Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya” (Ef. 1:5). </i>Oleh karena Allah memiliki kedaulatan mutlak, maka Allah bebas melakukan apa saja yang Dia kehendaki demi dan untuk kebaikan ciptaanNya, termasuk di dalamnya adalah predestinasi. Dan sebagai Allah yang berdaulat mutlak, Ia juga bebas merealisasikan semua ketetapan kehendakNya yang telah di rencanakan sejak semula, meskipun hal itu mungkin sangat kontradiktif dengan konsep kasih dan rasa keadilan manusia.<o:p></o:p></span></div><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Book Antiqua","serif";">Bahan Bacaan: <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua","serif";">- Berkhof Louis, <i>Teologi Sistematika, </i>Jakarta: LRI, 1993<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua","serif";">- Burnot A., <i>Paulus dan Pesannya, </i>Jogjakarta: Kanisius, 1992<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Book Antiqua","serif";">- Tandiassa, <i>Teologia Paulus, </i>Jogjakarta: MPH, 2008<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="DE" style="font-family: "Book Antiqua","serif";">- Feinberg, <i>Predestinasi dan Kehendak Bebas, </i>Jakarta: LRI, 1995<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="DE" style="font-family: "Book Antiqua","serif";">- Hayon Nikolas, <i>Tema-tema Paulus, </i>Flores – Nusa Indah, 1988<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="DE" style="font-family: "Book Antiqua","serif";">- Jacobs Tom, <i>Paulus, Hidup dan Karya Teologianya, </i>Jogjakarta: Kanisius, 1983<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-53538021343773758972010-01-26T17:45:00.000+07:002010-01-26T17:45:18.035+07:00SEKILAS SEJARAH KEHADIRAN GEREJA DI INDONESIA<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:SimSun;
panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1;
mso-font-alt:宋体;
mso-font-charset:134;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:1 135135232 16 0 262144 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:"\@SimSun";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:134;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:1 135135232 16 0 262144 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
text-align:justify;
mso-pagination:none;
font-size:10.5pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:SimSun;
mso-font-kerning:1.0pt;
mso-fareast-language:ZH-CN;}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-unhide:no;
mso-style-link:"Footnote Text Char";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
text-align:justify;
mso-pagination:none;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:SimSun;
mso-font-kerning:1.0pt;
mso-fareast-language:ZH-CN;}
span.MsoFootnoteReference
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-unhide:no;
vertical-align:super;}
span.FootnoteTextChar
{mso-style-name:"Footnote Text Char";
mso-style-noshow:yes;
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Footnote Text";
font-family:SimSun;
mso-fareast-font-family:SimSun;
mso-font-kerning:1.0pt;
mso-fareast-language:ZH-CN;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">Sejarah Keberadaan Gereja Di Indonesia<o:p></o:p></span></b><br />
</div><div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Pertemuan Injil dengan <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> tidak dapat dilepaskan dengan perjalanan Injil itu sendiri. Hal ini tampak dalam perjalanan Injil dari Yerusalem, Yudea, dan <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Samaria</st1:place></st1:city> sampai ke ujung bumi. Pada satu pihak ada perjalanan Injil ke arah barat dan juga perjalanan Injil ke arah Timur. Awal dari perjalanan Injil ke arah barat itu dapat ditelusuri dalam kitab Kisah Para Rasul. Sedangkan Perjalanan Injil ke arah timur tidak tercatat dalam Alkitab dan hanya diketahui lewat sejarah saja, meskipun catatan-catatan sejarah mengenai perjalanan Injil ke arah timur ini pun sangat sedikit. Ditambah lagi pula hasil perjalanan Injil ke arah timur kemudian hampir lenyap. Oleh sebab itu, perjalanan Injil ke arah timur ini hampir tidak diketahui dan hampir tidak dikenal di <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>.<o:p></o:p></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Salah satu gereja yang terpenting sebagai hasil dari perjalanan Injil ke arah timur ini ialah Gereja Nestoriah. Gereja Nestoriah itu lama berpusat di <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Baghdad</st1:place></st1:city>. Dari abad ke-6 sampai abad ke-13 Gereja Nestoriah telah menjalankan pekabaran Injil yang sangat luas sampai ke <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">India</st1:place></st1:country-region> dan Cina. <st1:place w:st="on">Para</st1:place> penginjil dari Gereja Nestoriah itulah yang menerjemahkan Alkitab untuk pertama kali dalam bahasa Cina. Dalam suatu buku dalam bahasa Arab yang ditulis oleh Shaykh Abu Salih al-Armini dikatakan bahwa di Fansur (Barus), di pantai Barat Tapanuli, terdapat banyak Gereja Nestoriah. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Ada</st1:place></st1:city> petunjuk-petunjuk bahwa kaum Nestoriah telah hadir di Barus sejak tahun 645.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">[1]</span></a><o:p></o:p></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Dalam abad ke-14 dan ke-15 Gereja Nestoriah itu praktis lenyap, walaupun sampai sekarang masih ada sisa-sisanya di Iran dan Irak. Gereja Nestoriah di Barus telah lenyap tanpa meninggalkan bekas. <st1:place w:st="on">Para</st1:place> penginjil dari Gereja Nestoriah tidak pernah menerjemahkan Alkitab ke bahasa Melayu, yang pada abad ke-7 telah luas tersebar di kawasan Asia Tenggara. Dengan demikian kita lihat bahwa Injil telah tiba di <st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region> untuk pertama kali dalam rangka perjalanan Injil dari Yerusalem ke arah timur, lama sebelum Islam tiba di <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>. Tetapi kedatangan pertama Injil di Indonesia itu tidak meninggalkan bekas. Injil telah datang untuk kedua kali di Indonesia melalui jalan yang panjang, yaitu dari Yerusalem ke arah barat, ke Eropa, dan baru pada abad ke-16 Injil kembali ke Indonesia dari Eropa bersamaan waktu dengan kedatangan orang-orang Portugis, yang kemudian disusul oleh kedatangan orang-orang Belanda pada abad ke-17.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">[2]</span></a><o:p></o:p></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Dalam hubungan itu baiklah kita baca Kisah Para Rasul 16:8-10. Di situ kita baca bahwa Rasul Paulus tidak memunyai rencana untuk membawa Injil dari <st1:place w:st="on">Asia</st1:place> ke Eropa, yaitu ke Makedonia. Membawa Injil dari Asia ke Eropa bukan strategi Paulus, melainkan strategi Roh Yesus sendiri (Kisah <st1:place w:st="on">Para</st1:place> Rasul 16:8). Sejarah dunia dan sejarah gereja akan lain sama sekali andaikata Injil tidak dibawa dari <st1:place w:st="on">Asia</st1:place> ke Eropa, artinya ke dunia Barat. Pada waktu Injil tiba di <st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region> untuk pertama kali pada abad ke-7 dan untuk kedua kali dalam abad ke-16, <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> telah memunyai perkembangan yang menarik dari segi sejarah dan dari segi agama serta kebudayaan. Injil tidak tiba di <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> dalam keadaan yang "kosong" dari segi agama dan kebudayaan. Dapat kita catat adanya beberapa "lapisan" dalam sejarah keagamaan dan kebudayaan kita sehingga <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> dapat kita lihat sebagai suatu kue lapis yang memperlihatkan lapisan-lapisan keagamaan dan kebudayaan yang memunyai coraknya masing-masing.<o:p></o:p></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><span style="font-size: 12pt;">Dari keterangan di atas kemudian dapat ditelusuri bahwa pada umumnya masyarakat <st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region> termasuk para sejarawannya, demikian pula dengan gereja berpendapat bahwa Injil baru masuk ke <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> bersamaan dengan kedatangan bangsa Portugis di awal abad ke-16. Bagi kalangan Kristen Protestan hal ini diperkuat dengan tulisan DR. Th. Malin Krueger dalam buku standar tentang Sejarah Gereja di Indonesia, yang mengatakan bahwa tidak didapati sedikit pun bekas Pekabaran Injil di Indonesia, dan tidak terdapat seorang Kristen pun di Indonesia sebelum kedatangan bangsa Portugis sebab merekalah yang pertama-tama menyiarkan Agama Kristen di Indonesia.<o:p></o:p></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><span style="font-size: 12pt;">Meskipun penelitian yang lebih seksama dengan menggunakan sumber-sumber tulisan yang lebih kuno di Timur Tengah, membuktikan hal yang sebaliknya. Bermula dengan memuncaknya pertentangan antara Gereja Barat dengan Gereja Timur yang berakibat terpisahnya gereja, maka Gereja Timur berdiri sendiri dengan pimpinannya seorang uskup di <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Persia</st1:country-region></st1:place> dengan memakai gelar Ketholikos, di tahun 410.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span style="color: black; letter-spacing: 0.35pt;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.35pt;">[3]</span></span></a><span style="color: black; letter-spacing: 0.35pt;"> </span>Gereja ini kemudian dikenal sebagai Gereja Khaldea, atau Gereja Syria Timur. Gereja ini adalah pengikut ajaran Nestorius, sehingga juga dikenal sebagai gereja Nestorian (Nestorian, Nusthuri/Nasathariah). Sampai sekitar abad ke-13, pusat gereja ini berkedudukan di Baghdad dan wilayah wewenang pelayanannya meliputi Cyprus, Irak, Iran, Manchuria, Mongolia, India, Sri Lanka, Sumatera dan Jawa.<o:p></o:p></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><span style="font-size: 12pt;">Dalam sebuah naskah kuno tulisan Shaykh Abu Salih al-Armini, terdapat daftar dari 707 gereja dan 181 biara yang tersebar dimana-mana, yang termasuk dalam wilayah pelayanan provinsi Mesir, di antaranya termasuk Indonesia. Dalam naskah itu disebut Fansur yang disebut terdapat banyak gereja dan biara. Fansur atau Pancur adalah <st1:city w:st="on">kota</st1:city> pelabuhan di Sumatera Utara, yang terletak di dekat <st1:city w:st="on">kota</st1:city> Barus yang waktu itu sangat ramai sebagai <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">kota</st1:place></st1:city> pelabuhan perdagangan kapur barus, hal ini dicatat di sekitar abad ke 7. Berita kemudian yang masih menyebut adanya gereja di Sumatera ditulis oleh Metropolit Gereja Suriah Timur yang bertugas antara tahun 1291-1319, yang mencantumkan keuskupan agung Dabhagh (Sumatera). <o:p></o:p></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><span style="font-size: 12pt;">Sumber lain yang menyebut masih adanya gereja dan orang Kristen di Indonesia, adalah catatan perjalanan Uskup Joa de Marignoli OFM, Duta Besar Paus Clemens VI di Peking, yang pernah berkunjung ke Sumatera (Kerajaan Sriwijaya) dan masih sempat melayani orang-orang Kristen di sana pada tahun 1346. Hingga akhirnya jejak dari masa kekristenan pada awal masuk ke <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> hilang dan tidak lagi diketahui proses perkembangannya. Apa yang terjadi dengan orang Kristen masa itu masih belum jelas, namun suatu penggalian yang diadakan di tahun 1610 di Malaka, menemukan puing-puing gereja dengan hiasan salib bergaya Khaldea.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span style="color: black; letter-spacing: -0.1pt;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: -0.1pt;">[4]</span></span></a><o:p></o:p></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><span style="font-size: 12pt;">Di Abad XVI terjadi perubahan besar di dunia politik dan perdagangan yang ditandai dengan ditemukannya jalan laut ke <st1:place w:st="on">Asia</st1:place> oleh Eropa. Dimulailah perjalanan ekspedisi besar-besaran yang ditandai dengan berhasilnya Portugis merebut Malaka di tahun 1511, sebuah <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city></st1:place> yang menjadi pusat perdagangan di Nusantara.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">[5]</span></a> Dari sini mereka mengirim armadanya dan berhasil menguasai wilayah Maluku, sumber rempah-rempah sebagai komoditi perdagangan yang bernilai jual tinggi waktu itu. Sementara itu Kerajaan Majapahit mulai kehilangan kekuasaannya. Kerajaan-kerajaan pantai di Sumatera mulai menyatakan diri berdiri sendiri, juga di Jawa, kerajaan-kerajaan terutama di kota-kota pelabuhan semakin berani untuk melepaskan diri dari Majapahit. Perkembangan ini berjalan seiring dengan semakin luasnya pengaruh Islam yang berkembang dengan pesat pada abad ke-15 hingga ke-16.<o:p></o:p></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><span style="font-size: 12pt;">Terkait dengan penyebaran Agama Katolik dimulai bersamaan dengan datangnya bangsa portugis setelah berhasil menguasai Malaka yang waktu itu memegang peranan penting perdagangan, yang kemudian dijadikan pusat kegiatan misi. Pada tahun 1555 diresmikanlah keuskupan Malaka yang mencakup <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Penyebaran Agama Katolik terutama di kalangan rakyat yang menganut kepercayaan lama. Sesuai dengan prinsip Kerajaan Katolik waktu itu, maka pekerjaan misi didukung dan dibiayai sepenuhnya oleh Negara dimana hal ini dipercayakan oleh Paus kepada Raja.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span style="color: black; letter-spacing: 0.35pt;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.35pt;">[6]</span></span></a><span style="letter-spacing: 0.35pt;"> Namun, di tahap pertama ini tidak nampak pekerjaan misi</span><span style="letter-spacing: 0.2pt;"> </span><span style="letter-spacing: 0.4pt;">yang cukup terarah, karena terlalu tergantung pada perkembangan penguasa Portugis. Pekerjaan</span><span style="letter-spacing: 0.2pt;"> </span>misi yang sungguh baru terjadi adalah dengan kedatangan Fransiskus Xaverius di tahun 1546<span style="letter-spacing: 0.2pt;"> </span><span style="letter-spacing: 0.4pt;">sampai 1547.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span style="color: black;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.4pt;">[7]</span></span></a> Sehingga pekerjaan misi kemudian mencapai Sulawesi Utara, beberapa tempat di</span><span style="letter-spacing: 0.2pt;"> </span>Jawa khususnya di daerah yang masih ada pengaruh Hindu, dan <st1:place w:st="on">Kalimantan</st1:place>.<o:p></o:p></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><span style="font-size: 12pt;">Peristiwa penting dalam sejarah politik di Asia Tenggara pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 adalah terjadinya peralihan kekuasaan kolonial, dari Portugis kepada pihak Belanda.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span style="color: black; letter-spacing: 0.45pt;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.45pt;">[8]</span></span></a> Tujuannya tetap sama untuk menguasai daerah sumber bahan perdagangan. Sebab itu penguasaan daerah jajahan itu dilaksanakan melalui suatu badan perdagangan yang disebut VOC (Verenigde Osstindiesche Compagnie), yang mendapat hak monopoli dari pemerintahnya di negeri Belanda, termasuk hak memiliki tentara sendiri, mencetak uang sendiri, mengambil keputusan untuk berperang serta mengadakan perjanjian.<o:p></o:p></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><span style="font-size: 12pt;">Pada mulanya VOC hanya memerlukan pelayanan rohani untuk melayani orang-orang mereka sendiri. Kemudian mereka diperhadapkan dengan soal baru, setelah melihat bahwa ada orang-orang Kristen Indonesia peninggalan Misi Katolik. Jumlah orang Katolik di Maluku, Sulawesi Utara, Pulau Siau dan Sangir disebut sekitar 40.000 jiwa. Menurut pemikiran waktu itu, maka adalah hak dan kewajiban VOC untuk membuat orang Katolik itu menjadi Protestan, sesuai dengan agama yang dianut oleh penguasa. Tentu ada juga latar belakang politik, sebab VOC khawatir jika mereka tetap dibiarkan Katolik sekali waktu mereka dapat mengundang lagi Portugis atau Spanyol. Selanjutnya antara tahun 1708-1771 (selama 63 tahun), jumlah orang Indonesia yang dibaptis berjumlah 43.748 jiwa, di antaranya hanya 1.205 yang boleh ikut perayaan Perjamuan Kudus. Maka, bila diperhitungkan jumlah orang Katolik yang ditinggalkan oleh Misi Portugis sebanyak 40.000 jiwa, maka pada dasarnya di masa VOC dapat dikatakan gereja sama sekali tidak berkembang secara signifikan dan berarti.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span style="color: black;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">[9]</span></span></a></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><span style="font-size: 12pt;">Babak berikut yang sangat berarti dalam sejarah penyebaran Injil di Indonesia adalah dengan berakhirnya keberadaan VOC setelah berkuasa selama 200 tahun tepatnya pada 1799. Pemerintah Belanda yang akhirnya melanjutkan penguasaannya di <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>, namun tidak melihat dirinya sebagai “penguasa Kristen”, melainkan suatu pemerintah sekuler. Terhadap masalah keagamaan, pemerintah Belanda bersikap netral. Di bawah Gubernur Jenderal Daendels, diproklamasikanlah kebebasan agama yang berarti juga berakhirnya monopoli Kristen Calvinis, dan kebebasan bagi Gereja Lutheran. Sedangkan Katolik mendapat ijin kembali untuk mengadakan pekerjaan misi dan mendatangkan Imam ke <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Begitu juga dengan Islam secara resmi disokong untuk menunaikan ibadah Haji ke Mekkah sebagai salah satu wujud hukum Islam yang harus dipenuhi, Lembaga-lembaga Pekabaran Injil diperbolehkan secara bebas masuk ke <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span style="color: black; letter-spacing: 0.5pt;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.5pt;">[10]</span></span></a><span style="color: black; letter-spacing: 0.5pt;"><o:p></o:p></span></span><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><hr size="1" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" width="33%" /><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn1" style="text-align: justify;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">[1]</span></a> Bnd. T.B. Simatupang, <i>Tantangan Gereja di Indonesia</i>, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>: YAKIN, n.t., hlm. 1-5<span lang="IN">.</span><br />
</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn2" style="text-align: justify;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">[2]</span></a> <i>Ibid., </i>hlm. 6-10<br />
</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn3" style="text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span style="font-size: 10pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">[3]</span></span></a><span lang="IN" style="font-size: 10pt;"> H. Berkhof & I.H. Enklaar, <i>Sejarah Gereja, </i>Jakarta: BPK-GM, 2004, hlm. 56-57. </span><span style="font-size: 10pt;">Dalam hal ini konsentrasi pokok pecahnya gereja berawal dari adanya perbedaan paham mengenai tabiat Yesus Kristus.<o:p></o:p></span><br />
</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn4" style="text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span style="font-size: 10pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">[4]</span></span></a><span style="font-size: 10pt;"> </span><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">Fridolin Ukur, <i>Buku Makalah; Seminar Pertumbuhan Gereja 1989, </i>Jakarta: SPG’89, 1990, hlm. 3-5 Bnd. Juga dengan Th.van den End, <i>Harta Dalam Bejana, </i>Jakarta: BPK-GM, 2004, hlm. 87-94. Dijelaskan bahwasanya gereja Nestorian juga sempat menguasi pekabaran Injil di Asia mulai dari abad ke-4 hingga ke-14. dan berakhir setelah ditimpa oleh beberapa peristiwa besar khususnya dengan bangkitnya bangsa Mongol yang tidak dapat dikristenkan malah memeluk agama Islam atau Buddha, begitu juga dengan Asia Tengah dimana beberapa suku yang telah menganut agama Kristen akhirnya beralih ke Islam dan damapak perang Timur Lenk yang membunuh berjuta-juta orang Kristen di daerah ini sehingga berdampak pada terhapusnya kekristenan di Semenanjung Arabia. <o:p></o:p></span><br />
</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn5" style="text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span style="font-size: 10pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">[5]</span></span></a><span style="font-size: 10pt;"> Th. Van den End, <i>Ragi Carita I,</i> <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>: BPK-GM, 1987, hlm. 22 dan 239. Keberhasilan ini tidak terlepas dari berhasilnya Potugis oleh Vasco da Gama menemukan jalan laut ke Asia pada tahun 1498 dan merebut Goa pada tahun 1510 dan dijadikan pusat kegiatan Portugis di Asia. Bnd. Th.van den End, <i>Harta Dalam Bejana, Op.Cit.,</i> hlm. 205. Dalam hal ini “Perjanjian Tordesillas” pada tahun 1494 menjadi bagian terpenting dari ekspedisi yang dilakukan oleh Portugis. Dimana lewat perjanjian tersebut Spanyol dan Portugis membagi dunia menjadi dua bahagian Barat untuk Spanyol dan Timur untuk Portugis.<i> </i> </span><span lang="IN" style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span><br />
</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn6" style="text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span style="font-size: 10pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">[6]</span></span></a><span style="font-size: 10pt;"> Anne Ruck, <i>Sejarah Gereja Asia, </i><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>: BPK-GM, 2005, hlm. 97. Dengan kata lain raja menjadi spnsor gereja yang dikenal dengan system “padoado” yang berarti pelindung atau penyokong</span><span lang="IN" style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span><br />
</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn7" style="text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span style="font-size: 10pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">[7]</span></span></a><span style="font-size: 10pt;"> </span><i><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">Ibid., </span></i><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">hlm. 98. Xaverius yang dilahirkan di pegunungan Baskis, Spanyol Utara pada tahun 1506 adalah salah satu tokoh bersama dengan Ignatius Loyola yang telah berhasil mendirikan Ordo Yesuit. Memberikan kasih sayang adalah metode Xaverius dalam pekerjaan pekabaran Injil sehingga menjadi kunci keberhasilannya dalam menyiarkan agama Katolik.<o:p></o:p></span><br />
</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn8" style="text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span style="font-size: 10pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">[8]</span></span></a><span style="font-size: 10pt;"> Th. Van den End, <i>Ragi Carita I, Op.Cit., </i>hlm. 59 </span><span lang="IN" style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span><br />
</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn9" style="text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span style="font-size: 10pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">[9]</span></span></a><span style="font-size: 10pt;"> </span><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">Fridolin Ukur, <i>Op.Cit., </i>hlm. 7</span><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span><br />
</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn10"><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8997062438332924616#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span style="font-size: 10pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">[10]</span></span></a><span style="font-size: 10pt;"> </span><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">Th. Van den End & J. Weitjens, <i>Ragi Carita II, </i>Jakarta: BPK-GM, 2003, hlm. 47. </span><span style="color: black; font-size: 10pt; letter-spacing: 0.35pt;">Namun, bersamaan dengan itu, demi kepentingan politik dengan</span><span style="color: black; font-size: 10pt; letter-spacing: 0.2pt;"> menggunakan alasan</span><span style="color: black; font-size: 10pt; letter-spacing: 0.35pt;"> <i>rust en orde</i> (ketertiban dan keamanan) diadakanlah ketentuan yang membatasi</span><span style="color: black; font-size: 10pt; letter-spacing: 0.5pt;"> </span><span style="color: black; font-size: 10pt; letter-spacing: 0.5pt;">kebebasan Agama Kristen, seperti tertutupnya</span><span style="color: black; font-size: 10pt; letter-spacing: 0.2pt;"> beberapa daerah bagi pekabaran Injil. Bahkan</span><span style="color: black; font-size: 10pt; letter-spacing: 0.5pt;"> ada beberapa daerah yang diperbolehkan mengadakan Pekabaran Injil setelah dan di permulaan abad ke-20 (tahun1904).</span><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span><br />
</div></div></div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-28244574204131601312010-01-09T17:38:00.001+07:002010-01-09T18:46:55.573+07:00TEMPAT TUHAN DALAM HIDUP KITA<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRNCNET%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: right;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq6amNyzjEc6diUWNjvz5JgbkC8JKVZ0TvJv4mIQsat8-KFBQ2ytYOVDF9aGkC-va-smxeCQDdw4hiD3Sm_DAIJEqNAJaIU2-tnKelqCb5J6XBOgAI0askqITNIpFOQc6bhRmldpMtZkM/s1600-h/v.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq6amNyzjEc6diUWNjvz5JgbkC8JKVZ0TvJv4mIQsat8-KFBQ2ytYOVDF9aGkC-va-smxeCQDdw4hiD3Sm_DAIJEqNAJaIU2-tnKelqCb5J6XBOgAI0askqITNIpFOQc6bhRmldpMtZkM/s320/v.jpeg" /></a><span style="font-size: large;"><b><span lang="PT-BR">SEJAUH MANA ANDA</span></b></span><br />
</div><div style="text-align: right;"><span lang="PT-BR"><span style="font-size: large;"><b>MENGUNDANG TUHAN DI DALAM HIDUP ANDA?</b></span><o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
<span lang="PT-BR">Seorang pemuda yang kaya raya tinggal <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">di sebuah rumah yang sangat besar dengan lusinan kamar. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Setiap kamar lebih nyaman dan lebih indah <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">dibandingkan kamar sebelumnya. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Di dalam rumah itu terdapat berbagai karya seni lukis dan pahatan, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">lampu-lampu kristal, serta pegangan tangan berukir <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="PT-BR">berlapis emas pada setiap tangga. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="PT-BR">Lebih indah dari apa yang kebanyakan orang pernah melihat. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="PT-BR">Suatu hari pemuda tersebut memutuskan <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="PT-BR">untuk mengundang Tuhan datang dan tinggal bersamanya di rumah itu. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Ketika Tuhan datang, pemuda ini menawarkan kepadaNya <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">kamar yang terbaik di dalam rumah itu. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Kamar tersebut terletak di ujung bagian atas. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">"Yesus, kamar ini milikMu! <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Tinggallah selama Engkau mau dan lakukan <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">apa yang Engkau mau lakukan di dalam kamar ini. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Ingat, ini adalah kamarMu."<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Malam harinya, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">ketika pemuda tersebut sudah bersiap untuk istirahat, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">terdengar bunyi ketukan yang sangat keras di pintu depan. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Mendengar ketukan itu, pemuda tersebut turun untuk membukakan pintu.<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Ketika dia membuka pintu, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">dia melihat bahwa iblis telah mengirim tiga roh jahat untuk menyerangnya. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Dia dengan cepat menutup pintu, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">tetapi salah satu roh jahat mengganjal pintu itu dengan kakinya. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Beberapa saat kemudian, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">setelah bertarung dengan sekuat tenaga, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">pemuda tersebut berhasil menutup <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">dan mengunci pintu kemudian kembali ke kamarnya dalam keadaan sangat lelah. "Bayangkan!" pikir pemuda itu. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">"Yesus ada di atas, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">tidur dalam ruangan yang terbaik <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">sedangkan saya bertarung melawan roh-roh jahat di bawah. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Oh, mungkin Dia tidak mendengar." <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Pemuda itu tidur sangat sebentar malam itu. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Keesokan harinya, segala sesuatunya berjalan dengan normal dan,<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">karena merasa sangat lelah, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">pemuda tersebut tidur agak awal pada malam harinya. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Sekitar tengah malam, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">terdengar ada yang menggedor-gedor pintu depan <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">seolah-olah akan mendobrak pintu. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Pemuda tersebut menuruni tangga lagi <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">dan membuka pintu serta menjumpai lusinan roh jahat <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">berusaha masuk ke dalam rumahnya yang indah. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Selama lebih dari tiga jam pemuda itu bertarung melawan mereka <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">dan akhirnya membuat mereka mundur, cukup untuk menutup pintu. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Pemuda itu sangat kehabisan tenaga. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Dia sama sekali tidak mengerti. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Mengapa Tuhan tidak datang untuk menolong? <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Mengapa Dia membiarkan aku bertarung seorang diri? <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Dengan gundahnya, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">dia berjalan ke sofa dan tidur dengan tidak nyaman. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Keesokan paginya, dia memutuskan untuk bertanya kepada Tuhan <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="PT-BR">mengenai segala yang terjadi pada dua malam tersebut. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Perlahan-lahan dia berjalan ke kamar tidur yang sangat indah <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">di mana Yesus ia tempatkan. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">"Yesus," panggilnya sambil mengetuk pintu. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">"Tuhan, aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="PT-BR">Selama dua malam ini saya harus bertarung <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">membuat si jahat pergi dari pintu rumaku, sementara Engkau tidur di sini. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Tidakkah Engkau memperhatikanku? <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Bukankah aku telah memberikan kepadaMu <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">ruangan yang terbaik di dalam rumah ini?"<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Pemuda tersebut melihat Yesus menitikkan air mata, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">tetapi dia meneruskan, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">"Aku tidak mengerti, aku berpikir bahwa jika aku mengundangMu <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">untuk tinggal bersamaku, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Engkau akan menjagaku, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">dan aku berikan kepadaMu kamar yang terbaik dalam rumahku. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Apalagi yang harus aku perbuat?"<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">"Anakku yang kukasihi,"<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Yesus berkata dengan sangat lembut.<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">"Aku sungguh-sungguh mengasihi engkau dan sangat memperhatikanmu. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Aku melindungi apa yang engkau berikan kepadaKu untuk Kujaga. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Tetapi ketika engkau mengundangKu untuk datang dan tinggal di sini, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">engkau membawaKu ke kamar yang indah ini <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">dan menutup pintu ke bagian lain dari rumah ini.<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Aku menjadi Tuhan atas kamar ini <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">dan tidak ada roh jahat yang bisa masuk kemari."<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">"Oh, Tuhan, ampuni aku. Ambillah seluruh rumahku – semuanya milikMu. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Aku menyesal tidak menyerahkan kepadaMu seluruhnya. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Aku ingin Engkau mengatur semuanya."<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Sambil berkata demikian, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">dia membuka pintu kamar itu dan berlutut di kaki Yesus. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">"Tuhan, ampuni aku karena aku hanya memikirkan diriku sendiri." <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Yesus tersenyum dan berkata<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="PT-BR">bahwa Dia telah mengampuni pemuda itu<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="PT-BR">dan Dia akan mengatur segala sesuatunya mulai saat itu. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="PT-BR">Malam itu, ketika si pemuda bersiap untuk tidur dia berpikir,<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">"Aku ingin tahu apakah roh-roh jahat itu akan kembali, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">aku bosan menghadapi mereka setiap malam." <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Tapi dia tahu bahwa Yesus akan membereskan semuanya sejak saat itu. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Sekitar tengah malam, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">terdengar suara menggedor-gedor pintu yang sangat menakutkan. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Si pemuda keluar dari kamarnya dan melihat Yesus menuruni tangga. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Dia menyaksikan dengan penuh kekaguman ketika Yesus membuka pintu, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">tanpa merasa takut. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Setan berdiri di muka pintu meminta untuk masuk. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Apa yang engkau inginkan?" tanya Tuhan.<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Si iblis menunduk di hadapan Tuhan,<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">"Maaf, tampaknya saya salah alamat." <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Dengan perkataan tersebut iblis dan pasukannya pergi menjauh. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Inti dari kisah ini adalah: <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Yesus menginginkan engkau seutuhnya, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">bukan hanya sebagian. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Dia akan mengambil semua yang engkau berikan kepadaNya, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">dan tidak lebih dari itu.<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Seberapa bagian dari hati yang telah engkau berikan kepada Tuhan? <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI">Masih adakah bagian yang tidak engkau berikan kepadaNya?<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Mungkin serangan-serangan itu akan datang semakin dahsyat dari hari ke hari. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="SV">Mengapa tidak membiarkan Tuhan berperang untukmu? <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="PT-BR">Dia selalu menang. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="PT-BR">Tuhan membuat segala sesuatunya mudah bagi manusia, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US">segala kerumitan manusia berasal dari dirinya sendiri.</span><br />
</div><div style="text-align: right;">posted by anonim<br />
</div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-81556676707795523442009-12-31T22:27:00.003+07:002010-01-09T18:49:13.441+07:00PONDASI DAN PENGHARAPAN UNTUK TAHUN 2010<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVYEmqppaYdgCR1yyLC7rzLJDeq3w9OhtPTUeaCbC8809uXcXT2NNL8FDj5oNtBQcBdsgsG68T2ptD1UCjDh3Drsz4zzKjGENa3hFB8TT4qVea04iPqPCqtpuEZbNYduLMvFqL79JvHwo/s1600-h/karya-kartun-kocak9.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVYEmqppaYdgCR1yyLC7rzLJDeq3w9OhtPTUeaCbC8809uXcXT2NNL8FDj5oNtBQcBdsgsG68T2ptD1UCjDh3Drsz4zzKjGENa3hFB8TT4qVea04iPqPCqtpuEZbNYduLMvFqL79JvHwo/s200/karya-kartun-kocak9.jpg" /></a><br />
</div><div style="text-align: center;"><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CSCARLET%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CSCARLET%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.1pt 935.55pt;
margin:56.7pt 56.7pt 56.7pt 56.7pt;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Se
</style><b><span lang="SV">PENGHARAPAN dan PONDASI<o:p></o:p></span></b>
</div><div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="FI">“MENILIK DALAM PERSPEKTIF PERJANJIAN LAMA</span></b>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="FI">SEBAGAI PERSIAPAN UNTUK MEMASUKI </span></b>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="FI">TAHUN 2010”<o:p></o:p></span></b>
</div><div style="text-align: right;"><b><span lang="FI">PENGANTAR<o:p></o:p></span></b>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Meninjau lebih jauh kesejarahan kekristenan dalam literatur pondasi iman kristiani yakni Alkitab, maka kita tidak akan putus-putusnya menemukan keajaiban karya Allah di dalam sejarah manusia dan peradabannya. Demikianlah, kemudian manusia diarahkan atas suatu pola hidup untuk selalu melihat adanya karya yang tiada batas atas hidupnya. Dan, menjadi awal dari berbagai kekuatan yang dihadirkan untuk menyongsong setiap keterbukaan pada hidup yang bergerak dinamis dan terus berubah. Di tengah jatuh bangunnya manusia atas fenomena hidup yang dialaminya, muncul kemudian kesadaran secara sadar atas suatu kerinduan campur tangan yang lebih besar dari kekuatan manusia itu sendiri; yang kemudian terakumulasi pada suatu keyakinan memperoleh kemenangan atas pertandingan hidup; meski belum dialami, namun dengan sadar percaya akan mengalaminya. Itulah yang kemudian diterjewantahkan dalam bentuk pengharapan yang ada dalam setiap diri manusia atas kehidupannya.
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Alkitab, terlebih Perjanjian Baru banyak bercerita mengenai pengharapan yang manusia cari-cari dalam kehidupannya; yang semakin dikuatkan oleh cerita peristiwa penyelamatan oleh semata kasih dari Allah untuk manusia melalui kehadiran inkarnasi Allah dalam diri Yesus Kristus yang menyentuh segenap aspek kehidupan manusia. Akan tetapi jarang kemudian ditemukan, banyak jemaat Tuhan melihat hal yang sama diwartakan oleh Perjanjian Baru atas pengharapan, juga menjadi tedensi dari kabar baik yang diwartakan oleh Perjanjian Lama. Ternyata, Perjanjian Lama juga tidak sedikit memperbincangkan hubungan iman dengan pengharapan yang akan datang.
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p>Bultmann, salah satu dari banyak para teolog meyakini akan keterbukaan terhadap pengharapan masa depan sebagai yang menentukan dalam pandangan Perjanjian Lama tentang Allah, manusia dan sejarah. Perjanjian Lama juga sangat memperhatikan hubungan kenyataan masa lalu dan masa kini sebagai salah satu aspek paling penting, yakni pengharapan akan masa depan.
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p>Lewat tulisan sederhana ini, kami akan uraikan secara sederhana terhadap pandangan Perjanjian Lama mengenai pengharapan; sebagai pondasi dan motivasi bagi kita untuk berlaku siap menghadapi berbagai bianglala kehidupan di tahun 2010. Semoga!
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>HASIL PENILIKAN<o:p></o:p></b>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="SV">I. Perkembangan Pengharapan (eskatologi) bangsa Israel<o:p></o:p></span></b>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Perkembangan pengharapan masa depan dalam sejarah <st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region> sudah berlangsung lama, hal ini ditandai bahwa sejak awal <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place> sudah memiliki semacam harapan akan masa depan. Hal ini nyata dapat kita temukan dalam beberapa tulisan dalam Perjanjian Lama seperti; Kejadian 12:1-3; 49; Keluaran 3:8; Bilangan 24; Ulangan 33; 2 Samuel 7; 23:3-5; Amos 5:18 dan Mazmur 2; 45; 68; 110. Secara terinci dapat kita temukan pemaparan akan pengharapan manusia dalam Perjanjian Lama mulai dari riwayat zaman permulaan; Kejadian 1:26; 2:17; 3:1420; 4:11-15; 6:5-8; 8:21-22; 11:4 dan yang berkaitan. Pada umumnya pengharapan di sini merupakan pandangan yang optimistis tentang masa depan, yang mengharapkan berkat-berkat jasmani dan rohani baik dalam dunia politik maupun keluarga. Harapan akan keselamatan dalam riwayat zaman permulaan tersebut sebagian besar bersangkut-paut dengan kelestarian tatanan kehidupan non-radikalistik (ide-ide pengharapan yang radikal muncul dikemudian harinya).
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p>Dasarnya ialah keyakinan "bahwa sejarah bergerak dengan tujuan tertentu yang ditentukan oleh Allah, dan Allah berkarya dalam sejarah untuk memastikan tujuan tersebut". Ide-ide seperti inilah yang kemudian sering disebut dengan "eskatologi". Akan tetapi, yang perlu digaris bawahi adalah bahwa pengertian eskatologi yang lebih sempit yakni sebagai "ajaran tentang akhir zaman" sangat jarang ditemukan dalam teologia Perjanjian Lama.
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p>Berbagai usaha telah diadakan untuk menjelaskan asal mula dan dasar eskatologi di tengah bangsa <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place>. Dan oleh Volz, menyatakan bahwa paham kebangsaan adalah sebagai sumber dari kehadiran konsep pengharapan atau eskatologi <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place>. Namun, oleh Gressmann menekankan bahwa unsur-unsur mite dari pemikiran mitis di dunia timur kuno adalah sumbernya. Lain halnya dengan Mowinckel, bahwa eskatologi bangsa <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place> berawal dari ketidakpuasan rakyat atas kehadiran pengangkatan Raja sebagai pemimpin mereka yang ternyata jauh dari gambaran raja yang mereka harapkan.
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p>Dengan begitu, jelaslah bahwa eskatologi Perjanjian Lama mempunyai dasar historis dan teologis; keyakinan dasar yang dianut dalam Perjanjian Lama ialah bahwa Allah berkarya dalam sejarah <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place>. Untuk itu, kita dapat melihat harapan-harapan akan masa depan dalam Perjanjian Lama didasarkan pada beberapa substansi: 1) Kepastian bahwa Allah tetap berkarya walaupun kehidupan bisa saja sulit; 2) Ketegangan antara kehadiran Allah dan ketersembunyian-Nya, yang menimbulkan pengharapan akan kehadiran Allah secara sempurna pada masa depan; 3) Pemahaman tentang dosa dan ketidakpercayaan Israel secara radikal, yang hanya dapat diatasi oleh anugerah Allah; 4) Keyakinan para nabi bahwa Allah akan berkarya pada masa depan, sebagaimana karyaNya pada masa lalu, walaupun dengan cara yang benar-benar baru.
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>I. Eskatologi para nabi<o:p></o:p></b>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Periode klasik dalam perkembangan eskatologi <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place> adalah zaman nabi nabi. Penghakiman dan keselamatan digambarkan dengan sejelas-jelasnya dalam pemberitaan mereka seperti yang tampak pada hampir setiap halaman tulisan mereka. Perlu diketahui bahwa Nabi-nabi sebelum pembuangan merujuk pada optimisme <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place> yang populer dan memberitakan penghakiman Allah yang radikal; sedangkan nabi-nabi pada masa pembuangan memperkenalkan suatu optimisme yang baru sambil menunjuk kepada permulaan, ciptaan dan keselamatan yang baru. Dari banyak ciri-ciri pengharapan pada masa nabi, ada empat ciri utama yang dapat dipisahkan yakni menyangkut waktu, umat, tempat dan tokoh.
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>A. Hari Tuhan<o:p></o:p></b>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sejak awal zaman para nabi terdapat suatu keyakinan akan waktu atau "hari" ketika Allah akan campur tangan dalam sejarah <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place> (Am 5:18-20). Keyakinan itu nyata dalam ungkapan "hari TUHAN" (lih. Yes 13:6, 9; Yeh. 13:5; Ob. 15; Zef. 1:7, 14; Za. 14:1).
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>B. Pembaruan Rohani<o:p></o:p></b>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Nabi-nabi menantikan pembaruan umat Allah. <span lang="SV">Setelah penghukuman akan ada pembaruan (Yer. 29:14, 30:3; Yeh. 16:53; Zef. 3:30). Bangsa Israel akan dibawa ke pembuangan, tetapi sisa bangsa itu akan kembali (Yes. 7:3; 10:20-22; Yer. 23:3). Mereka akan ikut serta dalam suatu keluaran baru (Yes. 4:5; 10:24-27; 35; 51:9-11; 52:12; Hos. 11:10-11); suatu perjanjian baru akan diadakan (Yer. 30-33 bnd. Yes. 55:3; Yeh. 16:60, 34:25-31); dan Allah akan memberi mereka roh yang baru (Yeh. 11:19, 36:26, 37:1-14 bnd. Yes. 11:2; Yeh. 18:31; Hos. 6:1-3).</span>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV"><o:p></o:p></span><b><span lang="SV">C. Harapan yang bersifat kebendaan<o:p></o:p></span></b>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Dalam eskatologi yang dikumandangkan oleh para nabi terdapat juga aspek kebendaan, khususnya menyangkut tempat. Hal ini sering diungkapkan dengan ide-ide tentang pembaruan dunia yang bersifat idaman, dan memiliki dua garis utama. Tema tentang kembalinya Firdaus muncul berulang-ulang dalam tulisan para nabi (Yes. 11:6-9, 25:8, 51:3; Mi. 4:3). Di samping itu ada pengharapan akan tanah suci yang diperbarui (Yes. 62:4 bnd. 65:17; Yer. 30:3, 32:6-15, Yeh. 20:40-42) dan kota suci yang diperbarui (Yes. 60-66; Yeh. 40-48; Mi. 4:1-2; Za. 2).</span>
<span lang="SV"><o:p></o:p></span>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="SV"><o:p>D. </o:p>Mesias<o:p></o:p></span></b>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Akhirnya, ketika umat Israel dalam pengharapan dan memandang ke masa depan, mereka tidak jarang memusatkan perhatian pada seorang tokoh yang akan diutus Allah. Hal itu tidak mengherankan karena mereka telah mengalami bahwa Allah membangkitkan orang-orang tertentu untuk memenuhi kebutuhan politik maupun rohani mereka, seperti para hakim, imam, raja, nabi dan orang bijaksana lainnya. Konsep Mesias, walaupun jarang dihubungkan dalam Perjanjian Lama dengan kata aslinya dalam bahasa Ibrani (masyiakh); dapat dilihat pada berbagai zaman, teristimewa berhubungan dengan gambaran Anak Daud (2 Sam. 7; Yes. 9; 11 bnd. Mzm. 89; 132) dan hamba Tuhan (Yes. 42, 49-50, 53). Jelaslah pengharapan akan Mesias merupakan salah satu perhatian yang paling penting dalam teologia Perjanjian Lama sembari menantikan penggenapannya oleh Perjanjian Baru.<o:p></o:p></span>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="SV">II. Eskatologi Apokaliptik<o:p></o:p></span></b>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Menjelang akhir zaman Perjanjian Lama, apokaliptik mulai menggantikan peranan nubuat. Hal ini mula-mula dapat dilihat dalam Yesaya 24-27 dan 56-66, Daniel, Yoel dan Zakharia 9-14; dan banyak kitab apokaliptik ditulis selama zaman antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Teolog Perjanjian Lama, Von Rad, berpendapat bahwa pemikiran apokaliptik berasal dari tradisi hikmat, namun kebanyakan ahli Perjanjian Lama sependapat bahwa apokaliptik harus dimengerti terutama sekali sebagai perkembangan dari nubuat, walaupun mereka tidak menyangkal adanya hubungan apokaliptik dengan hikmat. </span>Perkembangan ini pertama-tama didorong oleh kekecewaan yang dialami oleh orang-orang Yehuda yang pulang dari pembuangan ke tanah perjanjian. Mereka pulang dengan harapan-harapan besar, namun kemudian mereka menyadari bahwa negeri mereka tetap dijajah oleh kekuasaan asing dan hampir tidak mungkin menjadi negara yang merdeka kembali. Provinsi Yehuda dalam kemaharajaan <st1:country-region w:st="on">Persia</st1:country-region> hanya tinggal bayangan kejayaan kerajaan <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place> dulu. Keadaan ini sangat mengecewakan mereka yang mengandalkan janji-janji Allah tentang pemulihan yang gilang-gemilang. Bagaimana eskatologi para nabi dapat disejajarkan bahkan dihidupi dengan kenyataan hidup yang pahit sesudah pembuangan? Masalah ini dipecahkan oleh para pelihat yang mampu memandang (melampaui sejarah) kepada suatu zaman keselamatan yang baru, yang akan diprakarsai Allah.
Dengan demikian, ada kecenderungan ke arah Transendentalisme (pandangan bahwa penggenapan akhir dari rencana Allah akan terjadi di luar sejarah dunia ini) dan dualisme (pandangan yang mempertentangkan zaman ini dengan zaman yang akan datang). Dua ciri eskatologi apokaliptik ini yang patut diperhatikan secara khusus ialah tokoh "Anak Manusia" (Daniel 7) dan gambaran tentang kebangkitan orang mati (Yes. 26:19; Dan. 12). Kedua-duanya menjadi sangat penting dalam pemikiran Yahudi dan Kekristenan pada kemudian hari.
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Akhirnya…<o:p></o:p></b>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dari penjabaran di atas, jelas kita melihat bahwa Perjanjian Lama juga memiliki konsentrasi atas pengharapan manusia (<st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place>) terhadap kehidupannya dan begitu pentingnya pengharapan akan masa depan sebagai teologia Perjanjian Lama. Namun, perlu digaris bawahi bahwa berpegangan hanya pada Perjanjian Lama saja tidak lengkap, karena masih menantikan karya Allah yang akan melengkapinya. Penggenapan ini akan dilakukan oleh Allah yang sama dalam konteks sejarah yang sama seperti karya Allah yang dikumandangkan dalam Perjanjian Lama. Di dalam tulisan-tulisan apokaliptik menjadi jelas bahwa sejarah yang diarahkan oleh Allah ini tidak terbatas kepada sejarah <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place>, ataupun sejarah dunia ini. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> harapan bahwa karya yang baru itu dari segi tertentu akan sejalan dengan karya sebelumnya, kendati pada saat yang sama juga berbeda secara radikal dan lebih lengkap. Jadi, Perjanjian Lama menantikan masa depan; dan dalam pemahaman Kristen Perjanjian Lama menanti-nantikan Perjanjian Baru.
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Demikianlah kehadiran kita saat ini, setelah 365 hari, 52 minggu dan 12 bulan kita jalani dengan berbagai hal yang menjadi isi dari ruang dan waktu yang sebisa mungkin kita hidupi akhirnya tiba pada sebuah penghujung, 2009 akan berakhir denga pelbagai keberhasilan dan kegagalannya. Terlepas seberapa banyak pengharapan kita sejak menginjakkan kaki di awal 2009 dengan jawaban atau penggenapannya, akhirnya akan kita akhiri. Saudara, riwayat Perjanjian Lama di atas tentang pengharapan bangsa <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place>, jelas memberi kita pengajaran akan bagaimana pengharapan itu hadir dan digenapi. Semua semata-mata hanya karena izin dari Allah yang punya rencana dan yang juga membawa kita untuk mencapai tujuan yang stelah ditetapkanNya bagi setiap manusia. "Bahwa sejarah bergerak dengan tujuan tertentu yang ditentukan oleh Allah, dan Allah berkarya dalam sejarah untuk memastikan tujuan tersebut"; demikianlah kita akan menapaki tahun 2010, dimana waktu terus melaju tanpa pernah berhenti untuk menunggu kita, siap atau tidak kita harus terlibat di dalamnya untuk bersama dengan dunia hadir dengan eksistensi kita masing-masing.
Jika, kita percaya bahwa Tuhan yang menggerakkan sejarah waktu, maka percayakanlah setiap kehidupan kita kepadaNya dalam berbagai tantangan, kesempatan, hambatan dan peluang yang telah dipersiapkan bagi kita di tahun 2010 ini. Dari empat pengharapan para nabi, kita sudah menikmati dua diantaranya yakni <i>hari Tuhan</i> dan kehadiran <i>Mesias,</i> Kristus Yesus dengan perdamaianNya; pastinya kita juga mengharapkan pemulihan dan pemenuhan <i>kebendaan</i> atas hari-hari kita (kesejahteraan perekonomian misalnya), sesuatu yang wajar untuk kita idamidamkan. Akan tetapi, mari jadikan <i>pembaharuan rohani</i> menjadi pondasi penggenapannya, dengan demikian kita akan dimampukan untuk merasakan kehadiran campurtanganNya dalam setiap dimensi kehidupan kita. Yohanes mengingatkan kita dalam pasal 6:<i>27 “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."</i> Dan, Lukas dalam pasal 7:24-27 mengajarkan bagaimana kita memasuki tahun 2010 dengan pondasi yang semestinya, <i>"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." </i>Akhirnya, bukankah Paulus mengingatkan kita lewat suratnya kepada jemaat Korintus dalam 1 Kor. 3:10-23 untuk mempersiapkan dasar dari bangunan yang akan kita dirikan di tahun 2010 ini “ <i>…tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun…seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus…Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api. Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat. Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu…”</i>. Semoga!
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Bahan bacaan:<o:p></o:p></span>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">1) L. Baker David, <i>Satu Alkitab Dua Perjanjian</i>, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>: BPK-GM, 2001;
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">2) Rad, G. Von, <i>The origin of the concept of the Day of Yahweh, </i>Journal of Semitic Studies;
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI">3) Barth, C., <i>Theologia Perjanjian Lama 1, </i>Jakarta: BPK-GM, 2004;<o:p></o:p></span>
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI">4) Agustinus Gianto, SJ., <i>Dag-dig-dug Byarr (Kumpulan Ulasan Injil), </i>Yogyakarta: Kanisius, 2004<o:p></o:p></span>
</div><br />
yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-44039042309428836082009-12-26T20:51:00.007+07:002009-12-31T22:34:33.046+07:00MENGALAHKAN atau DIKALAHKAN DUNIA?<div style="text-align: right;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbTa9ujbCaMpzOMPSxxK7je0bm3Q69ssY3ZtYGQVfBQl1ku4acTk9qW4GNvojfRYGu-LjygZshKK2EAdaNmYaL5Vv9xYfK5W4k87PksYCWduUI4GANmbAXspPozx8xCveSHsmads4Jc8I/s1600-h/me.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="123" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbTa9ujbCaMpzOMPSxxK7je0bm3Q69ssY3ZtYGQVfBQl1ku4acTk9qW4GNvojfRYGu-LjygZshKK2EAdaNmYaL5Vv9xYfK5W4k87PksYCWduUI4GANmbAXspPozx8xCveSHsmads4Jc8I/s200/me.jpg" width="151" /></a><span style="font-size: large;"><b>PNB HKI SIMALINGKAR: </b></span><br />
</div><div style="text-align: right;"><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><b>AUTHORITY OF MY WORLD </b></span><br />
</div><div style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"><b>(1 YOHANES 5:4)</b></span><br />
</div><span style="font-size: large;"><b></b></span><i><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">“sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. </span></i><br />
</div><div style="text-align: right;"><i><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.</span></i><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: right;"><br />
<br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>LATAR BELAKANG</b></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Lima kitab dalam PB ditulis oleh Yohanes: sebuah Injil, tiga buah surat dan kitab Wahyu. Walaupun Yohanes tidak memperkenalkan dirinya dengan menyebut namanya di surat ini, saksi-saksi dari abad kedua (mis. Papias, Ireneus, Tertullianus, Klemens dari Aleksandria) menegaskan bahwa surat ini ditulis oleh rasul Yohanes, salah seorang dari dua belas murid Yesus. Kesamaan kuat dalam gaya penulisan, kosakata, dan tema di antara surat ini dengan Injil Yohanes memperkuat kesaksian kekristenan mula-mula yang dapat diandalkan bahwa kedua kitab ini ditulis oleh rasul Yohanes. Penerima surat ini tidak disebutkan. Tidak ada salam atau nama orang, tempat, atau peristiwa di dalam surat ini. Penjelasan yang paling tepat untuk menerangkan kenyataan yang agak aneh ini ialah bahwa dari tempat tinggalnya di Efesus, Yohanes menulis surat yang sama kepada berbagai gereja di propinsi Asia yang berada di bawah tanggung jawab rasulinya (Why 1:11). Karena jemaat-jemaat itu mempunyai persoalan dan kebutuhan yang sama, Yohanes menulis surat ini sebagai sebuah surat edaran dan mengutus utusan pribadinya yang membawa salamnya secara lisan. </span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Persoalan yang paling menonjol yang melatarbelakangi penulisan surat ini ialah ajaran palsu mengenai keselamatan dalam Kristus dan cara bekerjanya di dalam diri orang percaya. Beberapa orang, yang dahulu merupakan bagian dari sidang pembaca, kini sudah meninggalkan persekutuan jemaat (1Yoh 2:19), tetapi hasil dari ajaran palsu mereka masih memutarbalikkan Injil mengenai bagaimana mereka bisa "mengetahui" bahwa mereka mempunyai hidup kekal. Dari segi doktrin, ajaran sesat mereka menyangkal bahwa Yesus itulah Kristus (1Yoh 2:22; bd. 1Yoh 5:1) atau bahwa Kristus menjelma menjadi manusia (1Yoh 4:2-3); dari segi etika, mereka mengajarkan bahwa menaati perintah Kristus (1Yoh 2:3-4; 1Yoh 5:3) dan hidup kudus dan terpisah dari dosa (1Yoh 3:7-12) dan dari dunia (1Yoh 2:15-17) tidak diperlukan untuk iman yang menyelamatkan (bd. 1Yoh 1:6; 1Yoh 5:4-5).</span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>ALAMAT SURAT</b></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Surat pertama tidak tertera alamat yang dituju sama sekali dan tidak ditujukan kepada pihak tertentu. Tampaknya surat ini merupakan surat edaran yang ditulis untuk sejumlah gereja yang sedang menghadapi masalah yang sama. Surat yang kedua ditujukan kepada 'seorang ibu yang terpilih' (2Yoh. 1), dan pendapat yang paling lazim adalah surat ini diberikan kepada seorang ibu Kristen yang anak-anaknya juga hidup dalam kebenaran (2 Yoh. 4). Namun demikian, beberapa orang berpendapat bahwa ini merupakan cara Yohanes berbicara tentang suatu gereja. Surat ketiga ditujukan kepada seorang teman yang bernama Gayus, seseorang yang sedang melakukan suatu pekerjaan istimewa mengatur dan memelihara para pekerja Kristen (3 Yoh. 5-8).</span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>MASALAH YANG DIHADAPI</b></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Terdapat dua masalah sekaligus. Seperti jemaat Kristen lainnya, mereka diwabahi oleh guru-guru palsu yang menggiring banyak orang ke jalan sesat. Akibatnya, iman Kristen sejati diguncangkan. Bagaimana mereka dapat memastikan bahwa mereka benar-benar Kristen? Bagaimana mereka dapat memberitakan kebenaran dari kesalahan? Rupanya para guru palsu, dan juga seperti yang dilakukan banyak guru lainnya, menolak ajaran para rasul yang menandaskan bahwa Yesus adalah benar-benar Allah dan benar-benar manusia. Masa kini kita terbiasa dengan orang-orang yang mengatakan bahwa Yesus hanyalah manusia biasa. Anehnya, pada masa itu mereka mempertanyakan apakah Ia sungguh-sungguh manusia. Banyak orang sulit untuk mempercayai bahwa Anak Allah dapat benar-benar hidup di antara kita dalam tubuh manusia. Yohanes mengatakan bahwa pada saat Anda mulai merendahkan Yesus dengan cara apa pun juga, Anda akan kehilangan kabar gembira itu sama sekali.</span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>TUJUAN</b></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Maksud Yohanes dalam menulis surat ini adalah dua:</span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><ol><li><span style="font-size: small;">Untuk membeberkan dan menyangkal doktrin dan etika yang salah dari para guru palsu</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Untuk menasihati anak-anak rohaninya agar mengejar suatu kehidupan persekutuan yang kudus dengan Allah dalam kebenaran, dalam sukacita penuh (1Yoh 1:4) dan kepastian (1Yoh 5:13) hidup kekal, melalui iman yang taat kepada Yesus sebagai Putra Allah (1Yoh 4:15; 1Yoh 5:3-5,12), dan dengan kehadiran Roh Kudus (1Yoh 2:20; 1Yoh 4:4,13). Beberapa orang percaya bahwa surat ini juga ditulis untuk menemani Injil Yohanes.</span></li>
</ol></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>CIRI-CIRI KHAS</b></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Lima ciri utama menandai surat ini.</span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><ol><li><span style="font-size: small;">Surat ini mendefinisikan kehidupan Kristen dengan memakai istilah yang bertentangan dan dengan seakan-akan tidak memberikan peluang kompromi di antara terang dan gelap, kebenaran dan kebohongan, kebenaran dan dosa, kasih dan kebencian, mengasihi Allah dan mengasihi dunia, anak-anak Allah dan anak-anak setan (dualisme).</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Yang penting, surat ini merupakan satu-satunya kitab PB yang berbicara mengenai Yesus sebagai pengantara (Yun. _parakletos_) kita dengan Bapa pada saat kita sebagai orang yang sungguh percaya berbuat dosa (1Yoh 2:1-2; bd. Yoh 14:16-17,26; Yoh 15:26; Yoh 16:7-8).</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Berita yang disampaikan surat ini didasarkan hampir seluruhnya pada kesaksian rasuli dan bukan pada penyataan PL dahulu; petunjuk kepada PL jelas tidak ada.</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Karena surat ini menyampaikan Kristologi berhubungan dengan penyangkalan suatu bentuk ajaran sesat tertentu, maka itu berfokus pada penjelamaan dan darah (yaitu, salib) Yesus tanpa menyebutkan kebangkitan-Nya secara khusus.</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Gaya penulisannya sederhana dan berulang sewaktu Yohanes membahas berbagai istilah seperti "terang", "kebenaran", "percaya", "tetap tinggal", "mengenal", "mengasihi", "kebenaran", "kesaksian", "lahir dari Allah", dan "hidup kekal".</span></li>
</ol></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>KAJIAN NATS</b> </span><br />
<ol><li><span style="font-size: small;">MENGALAHKAN DUNIA (nik ah'o: akan mengalahkan, menaklukkan, mengatasi, menang atas): menaklukkan dunia; nilai-nilai sekular yang tidak humanis, cara-cara yang fasik dan materialistis, mementingkan diri sendir (Lih. 2 Tim. 3: 1-9), yang menjadikan dunia tidak lagi beradab dan penuh kenajisan di hadapan Tuhan. Berhasil mengatasinya berarti juga Menang dengan penuh wibawa dan kuasa, layaknya seorang pemenang (Wahyu 2:7).</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Pertanyaanya adalah bagaimana caranya? Hanya dengan IMAN. Iman (pis'tis: kekuatan iman - Rm 14.22-23; bukti - Kis 17:31) yang mengalahkan dunia adalah iman yang melihat realitas abadi, mengalami kuasa Allah dan kasih Kristus sedemikian. Percaya pada Yesus adalah pekerjaan Allah bukan hanya keputusan manusia. Ketika manusia percaya pada Yesus, saat itu ia dilahirkan dari Allah. Dilahirkan menjadi anak-anak Allah berarti dipersilakan masuk ke dalam relasi kasih. Relasi kasih dengan Allah melalui Yesus inilah yang mendorong kita untuk mampu mengatasi dunia. Iman kepada Yesus yang memberi kita KEKUATAN untuk mengalahkan dunia, karena duniapun telah dikalahkan oleh Yesus: Lihat Yoh 1: 12 “semua yang menerimaNya akan diberi kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yakni mereka yang percaya” Mengapa kekuatan itu hadir? karena di dalam Kristus kita dilahirkan kembali dengan kuasa dan wibawa baru yang ditandai dengan kita telah menjadi anggota keluarga Allah (Lihat hak istimewa dari seorang anak raja yang sering dikenal dengan pangeran).</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;"> Wujud dari KEMENANGAN atas dunia adalah:</span><br />
<ul><li><span style="font-size: small;">Kasih kepada Allah, yang mendorong kita untuk juga mengasihi sesama (manusia dan alam beserta isinya, 1 Yoh. 5:1). Mereka menjadi saudara kita di dalam Kristus, tanpa memandang ras, bahasa, budaya, strata ekonomi, atau pendidikan dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Kasih kepada Allah Menghasilkan ketaatan, 1 Yoh. 5:2. Ini bukanlah tentang bagaimana perasaan kita akan sebab akibat, tetapi bagaimana kita berelasi dengan Allah dan segenap ciptaanNya. Ketaatan itu adalah hidup dengan tunduk pada perintah Allah sebagai pemberian Allah untuk menunjukkan betapa baiknya kehidupan orang yang menaati Dia. Perintah itu diberikan karena Allah tahu bagaimana hidup dengan cara terbaik. MAMPUKAH? Perintah-Nya itu tidaklah berat karena ketika kita dilahirkan kembali di dalam Kristus, kita diberikan hati yang baru yaitu hati yang dipenuhi dengan keinginan untuk menyenangkan hati Allah. Jadi perintah Allah tidak akan terasa berat jika kita sungguh-sungguh mengasihi Dia. (sederhananya, bagaimana mungkin kita menyakiti hati orang yang kita cintai, benar toh? Jadi perbuatan baik dan benar yang kita lakukan meski tampak berat dan terkadang menyakitkan menjadi suatu cara untuk menunjukkan cinta kita kepadanya, tidak dengan paksaan, apalagi mengeluh dan berputus asa. Semua menjadi terasa ringan dan mudah! Maka kemenangan cinta adalah satu keluarga dengan untuk hidup bersama dalam suka dan duka). Lihat. Yoh 16: 33 “supaya kamu beroleh damai sejahtera, meski kamu menderita, sebab Aku telah mengalahkan dunia” dan Wahyu 3:21 “barang siapa menang ia akan kududukkan bersama-sama dengan Aku sebagaimana Aku juga telah menang”</span></li>
</ul></li>
</ol></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>REFLEKSI</b></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di tengah arena pertandingan, seorang harus tahu terlebih dahulu: kekuatan musuh yang dihadapi dan kekuatannya untuk menghadapi musuh. Demikian pula kita sebagai anak-anak Allah yang setiap saat hidup di kancah pertandingan dunia. Kita bersyukur karena ada yang mengontrol pertandingan ini, yakni Allah yang berdaulat mengizinkan setiap tantangan yang kita hadapi, bersama itu pula Allah memberikan kekuatan-Nya sehingga kita pasti menang. Kemenangan ini pasti karena Allah sendiri yang berperang melawan kuasa dunia. Setiap anak Allah diberi kuasa untuk menang, inilah iman kita kepada Yesus Kristus, Anak-Nya. Berbagai macam bentuk tantangan kita hadapi dalam arena pertandingan dunia, yang bertujuan meneguhkan, supaya kita mampu memperjuangkan kehidupan yang berkemenangan dalam iman.</span><br />
<br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di tengah-tengah semaraknya perayaan Natal, tidak bisa dipungkiri bahwa kegagalan demi kegagalan oleh dosa kerap membuat kita lelah, putus harapan, dan kehilangan daya juang untuk mengambil peran sebagai pahlawan iman. Arus dunia semakin deras menentang iman kekristenan, bukan saja dari kalangan non kristen, tetapi justru dari kalangan kristen sendiri. Banyak kita temui pelajar kristen yang hidup dibawah perbudakan narkoba, tawuran, pergaulan dan seks bebas; banyak para pekerja dan pejabat kristen yang memanipulasi waktu, uang, dan jabatannya demi kepentingan diri dan golongannya; banyak kehidupan keluarga kristen yang kacau karena kurangnya keharmonisan yang berujung menghadirkan penghargaan terhadap orangtua dari anak, hingga ketidaksetiaan antar pasangan dan berakhir pada perceraian; banyak aktivis kristen yang menjadi batu sandungan; banyak hamba Tuhan yang mengejar popularitas dan kesuksesan; pemanfaatan hasil alam secara semena-mena dan tidak bertanggungjawab sehingga mengakibatkan global warming (pemanasan global), dan sebagainya.</span><br />
<br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Terbuka pada kenyataan ini kita menyadari betapa lebih beratnya perjuangan anak-anak Allah di tengah dunia sekuler. Akan kah kita sanggup bertahan dalam arus dunia yang akan semakin deras dan gencar? Sesungguhnya ini bukan pilihan apakah menghindar atau melawan, tetapi inilah konsekuensi sebagai anak-anak Allah yang memang diperhadapkan pada realitas hidup dengan penuh tantangan guna membuktikan bahwa kita benar mengasihi Allah. Sebab jaminan kepastian kemenangan sudah disediakan bagi yang mau setia melakukan perintah-perintah-Nya. Jangan mundur dan menyerah kalah sebelum perjuangan ini selesai adalah jawaban kita atas tantangan dunia, sebab di dalam Kristus kita diberikan kuasa dan wibawa untuk mengalahkan dunia, berdiri di atasnya dan menyaksikan karya Kristus nyata atas dunia. Untuk itulah, kiranya semangat Natal sebagai awal karya penebusan atas dosa-dosa manusia oleh Kristus Tuhan membawa kita pada pembenahan dan pemberdayaan diri dan komunal di dalam Kristus agar kita lebih dimampukan untuk menghadapi bianglala kehidupan ini. </span><br />
<span style="font-size: small;">Semoga! </span><br />
</div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-18841177892356102242009-12-26T20:31:00.002+07:002009-12-27T21:17:26.229+07:00INISIATIF YANG MENYELAMATKAN<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
a:link, span.MsoHyperlink
{mso-style-unhide:no;
color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
color:purple;
mso-themecolor:followedhyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
p
{mso-style-unhide:no;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:70080351;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1089663024 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:1375350852;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1303601122 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b><span lang="SV">PNB HKI MULIOREJO: </span></b></span><br />
<span style="font-size: large;"><b><span lang="SV"></span></b></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b><span lang="SV">ADA KESELAMATAN DALAM KRISTUS (Yesaya 65:13-16)</span></b></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="SV"><o:p></o:p></span></b></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
</div><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMGUArMFF9bzwZcQkzBIzzpPtTro-W36fu8wUpXlKeKbM-SayW0RN4uP9_y0HuTFkhk9iCqP4vUC-tl8Jzo2mofYfDRCFvGPWvio_Lw1vysk8f81nrGzNXvw7H9SaMX8lOyr2vV1ru1Bk/s1600-h/kinsky.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="170" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMGUArMFF9bzwZcQkzBIzzpPtTro-W36fu8wUpXlKeKbM-SayW0RN4uP9_y0HuTFkhk9iCqP4vUC-tl8Jzo2mofYfDRCFvGPWvio_Lw1vysk8f81nrGzNXvw7H9SaMX8lOyr2vV1ru1Bk/s200/kinsky.jpg" width="200" /></a><span lang="SV" style="font-size: small;">Dosa ialah pelanggaran terhadap hukum Allah. Pelanggaran yang berarti ketidaktaatan kepada Allah sama dengan pemberontakan. Pemberontakan adalah pernyataan terang-terangan tentang perlawanan atau permusuhan. Ketika manusia melakukan dosa, itu berarti manusia menyatakan diri bermusuhan dengan Allah. Semua manusia sudah berdosa berarti semua manusia telah menyatakan diri sebagai musuh Allah. Ketika seseorang menjadi musuh Allah, tak ada lagi yang dapat diharapkan selain penderitaan dan kebinasaan. <o:p></o:p></span><br />
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-size: small;">Ayat </span><span style="font-size: small;"><a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Yes%2065:3-11&tab=text"><span lang="SV">3-11</span></a></span><span lang="SV" style="font-size: small;"> memperlihatkan bagaimana perilaku umat yang memberontak kepada Allah. Mereka senantiasa menyakiti hati Allah dengan mempersembahkan korban bagi dewa Gad dan dewa Meni. Manusia yang memulai permusuhan dengan Allah seolah-olah sangat menikmati dan tidak henti-hentinya mendukakan hati-Nya. Selalu saja ada kejahatan demi kejahatan yang dilakukan oleh manusia sehingga membuat hubungan Allah dengan manusia semakin jauh.</span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-size: small;"> <o:p></o:p></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-size: small;">Akan tetapi dengan kasih-Nya, <b>Allah berinisiatif</b> menawarkan perdamaian. Allah ingin agar manusia yang telah menyakiti hati-Nya mau datang kembali berdamai dengan Dia. Justru pada saat umat-Nya masih dalam keadaan bebal dan tidak peka rohani, Allah telah mengulurkan tangan kasih-Nya untuk menyelamatkan mereka (ayat </span><span style="font-size: small;"><a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Yes%2065:1-2&tab=text"><span lang="SV">1-2</span></a></span><span lang="SV" style="font-size: small;">). Ini adalah demonstrasi sifat Allah yang "penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia" (Mzm. 86:15). </span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><o:p></o:p></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-size: small;">Lewat Tuhan Yesus, Allah menyatakan inisiatif-Nya yang ajaib untuk memulihkan hubungan dengan manusia yang sudah dirusak oleh dosa. Tidak ada dosa yang terlalu besar ataupun terlalu jahat yang tidak mungkin diampuni Tuhan. Namun pertobatan pun harus sunguh-sungguh, menyeluruh, dan tuntas. Maka sambutlah uluran tangan kasih-Nya dengan tangan yang sudah dibersihkan dari segala noda kejahatan. Sambutlah kasih-Nya dengan kasih yang sudah dikuduskan dan dipulihkan</span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><o:p></o:p></span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="SV">KONDISI KEBERDOSAAN MANUSIA</span></b></span><span lang="SV" style="font-size: small;"> </span><br />
<ol><li><span lang="SV" style="font-size: small;">menderita kelaparan: </span><span style="font-size: small;"><a href="http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Ayub+18%3A12&tab=xref"><span lang="SV">Ayub 18:12</span></a>, <a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Luk&chapter=6&verse=25&tab=text"><span lang="SV">Luk 6:25</span></a></span> <span style="font-size: small;"></span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">menderita kehausan: <a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Yes&chapter=3&verse=1&tab=text">Yes 3:1</a>, <a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Yes&chapter=41&verse=17&tab=text">Yes 41:17</a></span> <span style="font-size: small;"></span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">mendapat malu: <a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Yes&chapter=44&verse=9&tab=text">Yes 44:9</a> </span></li>
</ol></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="FI">INISIATIF ALLAH KITA DISELAMTKAN</span></b></span><span lang="SV" style="font-size: small;"> </span><br />
<ol><li><span lang="SV" style="font-size: small;">mendapat berkat: </span><span style="font-size: small;"><a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Ul&chapter=29&verse=19&tab=text"><span lang="SV">Ul 29:19</span></a></span><span lang="SV" style="font-size: small;"> bagi yang setia: </span><span style="font-size: small;"><a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Mzm&chapter=31&verse=5&tab=text"><span lang="SV">Mazm 31:6</span></a></span><span lang="SV" style="font-size: small;">; </span><span style="font-size: small;"><a href="http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Why&chapter=3&verse=14&tab=text"><span lang="SV">Wahy 3:14</span></a></span><span lang="SV" style="font-size: small;"> <br />
</span></li>
</ol></div><ol start="1" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-top: 0cm;" type="1"></ol><br />
yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8997062438332924616.post-14186800127686846932009-12-26T20:07:00.007+07:002009-12-27T21:27:16.675+07:00KASIH DAN HORMAT KEPADA ORANGTUA<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><span style="font-size: small;"><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="State" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype></span><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:"Book Antiqua";
panose-1:2 4 6 2 5 3 5 3 3 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:28409687;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:632835470 755262650 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:242494290;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1062082350 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2
{mso-list-id:290094992;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1013594104 639640590 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l2:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3
{mso-list-id:1040008544;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1428848468 639640590 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l3:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l4
{mso-list-id:1649360635;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1705921256 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l4:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: left;"><span style="font-size: large;"><b>SEKOLAH MINGGU HKI SEMPURNA:</b></span><br />
<span style="font-size: large;"><b><br />
</b></span><br />
<span style="font-size: large;"><b>Kasihi dan Hormatilah Orangtua Kita (EFESUS 6: 1-3</b></span><span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;"><b>)</b></span></span><br />
<br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxa048Mj3qO4IRJsYtxCggUce1WZT_GxZFhCZwogFb6PeK8JxwKFKzgmx53MqSrA9CvImpfyDQyf_D1F2gcuiLFitPsje2ec1Iv6IXMjuR7tLq2gELMSV5CsxvXQjZUs_JnopvRVrrmSw/s1600-h/Picture+007.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="117" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxa048Mj3qO4IRJsYtxCggUce1WZT_GxZFhCZwogFb6PeK8JxwKFKzgmx53MqSrA9CvImpfyDQyf_D1F2gcuiLFitPsje2ec1Iv6IXMjuR7tLq2gELMSV5CsxvXQjZUs_JnopvRVrrmSw/s200/Picture+007.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Peraturan kelima untuk kehidupan manusia yang diberikan Allah adalah "Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu kepadamu." (Keluaran 20:12). Perintah ini berhubungan dengan hal-hal yang membuat keberhasilan seperti kebahagiaan, keamanan, singkatnya hal-hal yang biasanya kita inginkan.</span></span><br />
<br />
<span lang="PT-BR" style="font-size: small;"></span><br />
<a name='more'></a><span lang="PT-BR" style="font-size: small;">Rasul Paulus menyebut perintah ini dalam Efesus 6:1-9 sebagai perintah pertama yang disertai dengan janji. </span><span style="font-size: small;">Perikop ini memberikan kepada kita suatu gambaran dari rumah tangga bahagia yang dibangun dengan kuat di atas penghormatan, ketaatan dan kasih. Rumah tangga seperti ini adalah merupakan kemuliaan dan kekuatan suatu bangsa. Ketika kita mengasuh seorang anak dalam rumah tangga Kristen yang baik berarti suasana itulah perintah pertama yang akan anak itu pelajari. Sejak awalnya, kita akan mengajarnya mengasihi dan mentaati ayah dan ibunya. Dia akan belajar bersikap dengan penghormatan yang semestinya untuk orang lain. Inilah dasar dari hidup yang baik. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Paulus menuliskan, "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian." (Efesus 6:1-3). Ini merupakan kesempatan bagi anak-anak untuk mentaati orang tua mereka karena dengan melakukan demikian, mereka akan lebih mudah dan lebih "secara alami" untuk taat kepada Bapa mereka di surga. Inilah alasan mengapa ketaatan kepada perintah ini mengandung janji keadaan yang lebih baik dan juga umur panjang. Mereka yang taat, hidup dalam kehidupan yang berkelimpahan daripada mereka yang tidak taat. Setiap anak harus mempunyai kemauan untuk taat dan mengasihi orangtuanya. </span><o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="PT-BR"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Apa itu sikap hormat kepada orangtua?</span><o:p></o:p></span></b></span><br />
</div><ol start="1" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hormat berarti bersikap santun dan patuh terhadap orang tua. Di dalam hukum Taurat tertera perintah yang mengharuskan orang </span><st1:country-region style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" w:st="on"><st1:place w:st="on">Israel</st1:place></st1:country-region><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> untuk menjatuhkan sanksi berat-kematian-kepada anak yang mengutuki orangtuanya, “Apabila ada seseorang yang mengutuki ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati; ia telah mengutuki ayahnya atau ibunya, maka darahnya tertimpa kepadanya sendiri” (Imamat 20:9).</span><o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Hormat berarti bertanggung jawab memelihara kelangsungan hidup orang tua. Tuhan Yesus menegur orang Yahudi yang menyelewengkan perintah Tuhan akan persembahan atas dasar ketidakrelaan memenuhi kebutuhan orang tua (Matius 15:3-6). Juga, sebelum Tuhan Yesus mati di kayu salib, Ia meminta Yohanes untuk memelihara Maria, ibu-Nya (Yohanes 19:26-27). Semua ini memperlihatkan bahwa Tuhan menginginkan kita untuk bertanggung jawab memelihara kelangsungan hidup orang tua kita.<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Mengapa menghormati orangtua?<o:p></o:p></b></span><br />
</div><ol start="1" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Karena haruslah demikian (touto gar estin dikaion = adil, benar…bagi Allah). Di dalam Kristus, ALLAH menyatakan kasihNya kepada orang tua, dan di dalam </span><st1:place style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" w:st="on"><st1:city w:st="on">Dia</st1:city>, <st1:state w:st="on">Ia</st1:state></st1:place><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> memberikan kepada mereka suatu tempat yang terhormat. Itu sebabnya, Paulus menambahkan: “karena haruslah demikian”. Kita tidak dapat mengasihi ALLAH jika tidak mengasihi sesama. Orangtua kita adalah sesama kita, lebih dari itu orang tua adalah hamba dan wakil ALLAH yang melalui mereka hidup kita dipelihara. Sebab itu mereka harus dihormati dengan sikap taat/tunduk yang bersifat suka-rela, tanpa paksaan, namun tidak membabi-buta atau tanpa batas.</span><o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Bagaimana cara menghormati orangtua?<o:p></o:p></b></span><br />
</div><ol start="1" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Di dalam Tuhan. Artinya, sesuai dengan firman dan kehendak Tuhan. Jadi bukan semau kita sendiri, atau sesuai dengan keinginan orangtua. Intinya harus mengutamakan Tuhan di atas kepentingan keluarga. Tuhan menegaskan, “Siapakah ibu-Ku dan siapakah saudara-saudara-Ku? . . . Sebab siapa pun yang melakukan kehendak bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku . . . dialah ibu-Ku” (Matius 12:46-50).</span><o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hadiah/upah apa bagi yang menang?</span><o:p></o:p></b></span><br />
</div><ol start="1" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kebahagiaan, yang dimaksud adalah kesukacitaan dari Tuhan.</span><o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dan panjang umur, yaitu kesehatan dan kesejahteraan dari Tuhan.</span><o:p style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Intinya, akan diberkati Tuhan dan mengalami berkat Tuhan itu sepanjang hayat kita.<o:p></o:p></span></li>
</ol><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
</div>yansen hasibuanhttp://www.blogger.com/profile/06316321778989239920noreply@blogger.com0