_BERSUKACITALAH & MENURUTSERTAKAN DIRI UNTUK MENGHADIRKAN SERTA MEMPERTAHANKANNYA_

Thursday, December 31, 2009

PONDASI DAN PENGHARAPAN UNTUK TAHUN 2010

0 comments

PENGHARAPAN dan PONDASI
“MENILIK DALAM PERSPEKTIF PERJANJIAN LAMA
SEBAGAI PERSIAPAN UNTUK MEMASUKI
TAHUN 2010”
PENGANTAR
Meninjau lebih jauh kesejarahan kekristenan dalam literatur pondasi iman kristiani yakni Alkitab, maka kita tidak akan putus-putusnya menemukan keajaiban karya Allah di dalam sejarah manusia dan peradabannya. Demikianlah, kemudian manusia diarahkan atas suatu pola hidup untuk selalu melihat adanya karya yang tiada batas atas hidupnya. Dan, menjadi awal dari berbagai kekuatan yang dihadirkan untuk menyongsong setiap keterbukaan pada hidup yang bergerak dinamis dan terus berubah. Di tengah jatuh bangunnya manusia atas fenomena hidup yang dialaminya, muncul kemudian kesadaran secara sadar atas suatu kerinduan campur tangan yang lebih besar dari kekuatan manusia itu sendiri; yang kemudian terakumulasi pada suatu keyakinan memperoleh kemenangan atas pertandingan hidup; meski belum dialami, namun dengan sadar percaya akan mengalaminya. Itulah yang kemudian diterjewantahkan dalam bentuk pengharapan yang ada dalam setiap diri manusia atas kehidupannya.
Alkitab, terlebih Perjanjian Baru banyak bercerita mengenai pengharapan yang manusia cari-cari dalam kehidupannya; yang semakin dikuatkan oleh cerita peristiwa penyelamatan oleh semata kasih dari Allah untuk manusia melalui kehadiran inkarnasi Allah dalam diri Yesus Kristus yang menyentuh segenap aspek kehidupan manusia. Akan tetapi jarang kemudian ditemukan, banyak jemaat Tuhan melihat hal yang sama diwartakan oleh Perjanjian Baru atas pengharapan, juga menjadi tedensi dari kabar baik yang diwartakan oleh Perjanjian Lama. Ternyata, Perjanjian Lama juga tidak sedikit memperbincangkan hubungan iman dengan pengharapan yang akan datang.
Bultmann, salah satu dari banyak para teolog meyakini akan keterbukaan terhadap pengharapan masa depan sebagai yang menentukan dalam pandangan Perjanjian Lama tentang Allah, manusia dan sejarah. Perjanjian Lama juga sangat memperhatikan hubungan kenyataan masa lalu dan masa kini sebagai salah satu aspek paling penting, yakni pengharapan akan masa depan.
Lewat tulisan sederhana ini, kami akan uraikan secara sederhana terhadap pandangan Perjanjian Lama mengenai pengharapan; sebagai pondasi dan motivasi bagi kita untuk berlaku siap menghadapi berbagai bianglala kehidupan di tahun 2010. Semoga!
HASIL PENILIKAN
I. Perkembangan Pengharapan (eskatologi) bangsa Israel
Perkembangan pengharapan masa depan dalam sejarah Israel sudah berlangsung lama, hal ini ditandai bahwa sejak awal Israel sudah memiliki semacam harapan akan masa depan. Hal ini nyata dapat kita temukan dalam beberapa tulisan dalam Perjanjian Lama seperti; Kejadian 12:1-3; 49; Keluaran 3:8; Bilangan 24; Ulangan 33; 2 Samuel 7; 23:3-5; Amos 5:18 dan Mazmur 2; 45; 68; 110. Secara terinci dapat kita temukan pemaparan akan pengharapan manusia dalam Perjan­jian Lama mulai dari riwayat zaman permulaan; Kejadian 1:26; 2:17; 3:14­20; 4:11-15; 6:5-8; 8:21-22; 11:4 dan yang berkaitan. Pada umumnya pengharapan di sini merupakan pandangan yang optimistis tentang masa depan, yang meng­harapkan berkat-berkat jasmani dan rohani baik dalam dunia politik maupun keluarga. Harapan akan keselamatan dalam riwayat zaman per­mulaan tersebut sebagian besar bersangkut-paut dengan kelestarian tatanan kehidupan non-radikalistik (ide-ide pengharapan yang radikal muncul dikemudian harinya).
Dasarnya ialah keyakinan "bahwa sejarah bergerak dengan tujuan tertentu yang ditentukan oleh Allah, dan Allah berkarya dalam sejarah untuk memasti­kan tujuan tersebut". Ide-ide seperti inilah yang kemudian sering di­sebut dengan "eskatologi". Akan tetapi, yang perlu digaris bawahi adalah bahwa pengertian eskatologi yang lebih sempit yakni sebagai "ajaran tentang akhir zaman" sangat jarang ditemukan dalam teologia Perjanjian Lama.
Berbagai usaha telah diadakan untuk menjelaskan asal mula dan dasar eskatologi di tengah bangsa Israel. Dan oleh Volz, menyatakan bahwa paham kebangsaan adalah sebagai sumber dari kehadiran konsep pengharapan atau eskatologi Israel. Namun, oleh Gressmann menekankan bahwa unsur-unsur mite dari pemikiran mitis di dunia timur kuno adalah sumbernya. Lain halnya dengan Mowinckel, bahwa eskatologi bangsa Israel berawal dari ketidakpuasan rakyat atas kehadiran pengangkatan Raja sebagai pemimpin mereka yang ternyata jauh dari gambaran raja yang mereka harapkan.
Dengan begitu, jelaslah bahwa eskatologi Perjanjian Lama mempunyai dasar histo­ris dan teologis; keyakinan dasar yang dianut dalam Perjanjian Lama ialah bahwa Allah berkarya dalam sejarah Israel. Untuk itu, kita dapat melihat harapan-harapan akan masa depan dalam Perjanjian Lama didasarkan pada beberapa substansi: 1) Kepastian bahwa Allah tetap berkarya walaupun kehidupan bisa saja sulit; 2) Ketegangan antara kehadiran Allah dan ketersembunyian-Nya, yang menimbulkan pengharapan akan kehadiran Allah secara sem­purna pada masa depan; 3) Pemahaman tentang dosa dan ketidakpercayaan Israel secara radikal, yang hanya dapat diatasi oleh anugerah Allah; 4) Keyakinan para nabi bahwa Allah akan berkarya pada masa depan, sebagaimana karyaNya pada masa lalu, walaupun dengan cara yang benar-benar baru.
I. Eskatologi para nabi
Periode klasik dalam perkembangan eskatologi Israel adalah zaman nabi nabi. Penghakiman dan keselamatan digambarkan dengan sejelas-jelasnya dalam pemberitaan mereka seperti yang tampak pada hampir setiap halaman tulisan mereka. Perlu diketahui bahwa Nabi-nabi sebelum pembuangan merujuk pada optimisme Israel yang populer dan memberitakan penghakiman Allah yang radikal; sedangkan nabi-nabi pada masa pembuangan mem­perkenalkan suatu optimisme yang baru sambil menunjuk kepada permulaan, ciptaan dan keselamatan yang baru. Dari banyak ciri-ciri pengharapan pada masa nabi, ada empat ciri utama yang dapat dipisahkan yakni menyangkut waktu, umat, tempat dan tokoh.
A. Hari Tuhan
Sejak awal zaman para nabi terdapat suatu keyakinan akan waktu atau "hari" ketika Allah akan campur tangan dalam sejarah Israel (Am 5:18­-20). Keyakinan itu nyata dalam ungkapan "hari TUHAN" (lih. Yes 13:6, 9; Yeh. 13:5; Ob. 15; Zef. 1:7, 14; Za. 14:1).
B. Pembaruan Rohani
Nabi-nabi menantikan pembaruan umat Allah. Setelah penghukuman akan ada pembaruan (Yer. 29:14, 30:3; Yeh. 16:53; Zef. 3:30). Bangsa Israel akan dibawa ke pembuangan, tetapi sisa bangsa itu akan kembali (Yes. 7:3; 10:20-22; Yer. 23:3). Mereka akan ikut serta dalam suatu keluaran baru (Yes. 4:5; 10:24-27; 35; 51:9-11; 52:12; Hos. 11:10-11); suatu perjanjian baru akan diadakan (Yer. 30-33 bnd. Yes. 55:3; Yeh. 16:60, 34:25-31); dan Allah akan memberi mereka roh yang baru (Yeh. 11:19, 36:26, 37:1-14 bnd. Yes. 11:2; Yeh. 18:31; Hos. 6:1-3).
C. Harapan yang bersifat kebendaan
Dalam eskatologi yang dikumandangkan oleh para nabi terdapat juga aspek kebendaan, khususnya menyangkut tempat. Hal ini sering diungkapkan dengan ide-ide tentang pembaruan dunia yang bersifat idaman, dan memiliki dua garis utama. Tema tentang kembalinya Firdaus muncul berulang-ulang dalam tulisan para nabi (Yes. 11:6-9, 25:8, 51:3; Mi. 4:3). Di samping itu ada pengharapan akan tanah suci yang diperbarui (Yes. 62:4 bnd. 65:17; Yer. 30:3, 32:6-15, Yeh. 20:40-42) dan kota suci yang diperbarui (Yes. 60-66; Yeh. 40-48; Mi. 4:1-2; Za. 2).
D. Mesias
Akhirnya, ketika umat Israel dalam pengharapan dan memandang ke masa depan, mereka tidak jarang memusatkan perhatian pada seorang tokoh yang akan diutus Allah. Hal itu tidak mengherankan karena mereka telah menga­lami bahwa Allah membangkitkan orang-orang tertentu untuk meme­nuhi kebutuhan politik maupun rohani mereka, seperti para hakim, imam, raja, nabi dan orang bijaksana lainnya. Konsep Mesias, walaupun jarang dihu­bungkan dalam Perjanjian Lama dengan kata aslinya dalam bahasa Ibrani (masyiakh); dapat dilihat pada berbagai zaman, teristimewa berhubungan dengan gambaran Anak Daud (2 Sam. 7; Yes. 9; 11 bnd. Mzm. 89; 132) dan hamba Tuhan (Yes. 42, 49-50, 53). Jelaslah pengharapan akan Mesias merupakan salah satu perhatian yang paling penting dalam teologia Perjanjian Lama sembari menantikan penggenapannya oleh Perjanjian Baru.
II. Eskatologi Apokaliptik
Menjelang akhir zaman Perjanjian Lama, apokaliptik mulai mengganti­kan peranan nubuat. Hal ini mula-mula dapat dilihat dalam Yesaya 24-27 dan 56-66, Daniel, Yoel dan Zakharia 9-14; dan banyak kitab apokaliptik ditulis selama zaman antara Perjanjian Lama dan Per­janjian Baru. Teolog Perjanjian Lama, Von Rad, berpen­dapat bahwa pemikiran apokaliptik berasal dari tradisi hikmat, namun kebanyakan ahli Perjanjian Lama sependapat bahwa apokaliptik harus dimengerti terutama sekali sebagai perkembangan dari nubuat, walaupun mereka tidak menyangkal adanya hubungan apokaliptik dengan hikmat. Perkembangan ini pertama-tama didorong oleh kekecewaan yang dialami oleh orang-orang Yehuda yang pulang dari pembuangan ke tanah perjanjian. Mereka pulang dengan harapan-harapan besar, namun kemudian mereka menyadari bahwa negeri mereka tetap dijajah oleh kekuasaan asing dan hampir tidak mungkin menjadi negara yang merdeka kembali. Provinsi Yehuda dalam kemaharajaan Persia hanya tinggal bayangan kejayaan kerajaan Israel dulu. Keadaan ini sangat mengecewa­kan mereka yang mengandalkan janji-janji Allah tentang pemulihan yang gilang-gemilang. Bagaimana eskatologi para nabi dapat disejajarkan bahkan dihidupi dengan kenyataan hidup yang pahit sesudah pembuangan? Masalah ini dipecahkan oleh para pelihat yang mampu memandang (melampaui sejarah) kepada suatu zaman keselamatan yang baru, yang akan diprakarsai Allah. Dengan demikian, ada kecenderungan ke arah Transendentalisme (pandangan bahwa penggenapan akhir dari rencana Allah akan terjadi di luar sejarah dunia ini) dan dualisme (pandangan yang mempertentangkan zaman ini dengan zaman yang akan datang). Dua ciri eskatologi apokaliptik ini yang patut diperhatikan secara khusus ialah tokoh "Anak Manusia" (Daniel 7) dan gambaran tentang ke­bangkitan orang mati (Yes. 26:19; Dan. 12). Kedua-duanya menjadi sangat penting dalam pemikiran Yahudi dan Kekristenan pada kemudian hari.
Akhirnya…
Dari penjabaran di atas, jelas kita melihat bahwa Perjanjian Lama juga memiliki konsentrasi atas pengharapan manusia (Israel) terhadap kehidupannya dan begitu pentingnya pengharapan akan masa depan sebagai teologia Perjanjian Lama. Namun, perlu digaris bawahi bahwa berpegangan hanya pada Perjanjian Lama saja tidak lengkap, karena masih menantikan karya Allah yang akan melengkapinya. Penggenapan ini akan dilakukan oleh Allah yang sama dalam konteks sejarah yang sama seperti karya Allah yang dikumandangkan dalam Per­janjian Lama. Di dalam tulisan-tulisan apokaliptik menjadi jelas bahwa sejarah yang diarahkan oleh Allah ini tidak terbatas kepada sejarah Israel, ataupun sejarah dunia ini. Ada harapan bahwa karya yang baru itu dari segi tertentu akan sejalan dengan karya sebelum­nya, kendati pada saat yang sama juga berbeda secara radikal dan lebih lengkap. Jadi, Perjanjian Lama menantikan masa depan; dan dalam pemahaman Kristen Perjanjian Lama menanti-nantikan Perjanjian Baru.
Demikianlah kehadiran kita saat ini, setelah 365 hari, 52 minggu dan 12 bulan kita jalani dengan berbagai hal yang menjadi isi dari ruang dan waktu yang sebisa mungkin kita hidupi akhirnya tiba pada sebuah penghujung, 2009 akan berakhir denga pelbagai keberhasilan dan kegagalannya. Terlepas seberapa banyak pengharapan kita sejak menginjakkan kaki di awal 2009 dengan jawaban atau penggenapannya, akhirnya akan kita akhiri. Saudara, riwayat Perjanjian Lama di atas tentang pengharapan bangsa Israel, jelas memberi kita pengajaran akan bagaimana pengharapan itu hadir dan digenapi. Semua semata-mata hanya karena izin dari Allah yang punya rencana dan yang juga membawa kita untuk mencapai tujuan yang stelah ditetapkanNya bagi setiap manusia. "Bahwa sejarah bergerak dengan tujuan tertentu yang ditentukan oleh Allah, dan Allah berkarya dalam sejarah untuk memasti­kan tujuan tersebut"; demikianlah kita akan menapaki tahun 2010, dimana waktu terus melaju tanpa pernah berhenti untuk menunggu kita, siap atau tidak kita harus terlibat di dalamnya untuk bersama dengan dunia hadir dengan eksistensi kita masing-masing. Jika, kita percaya bahwa Tuhan yang menggerakkan sejarah waktu, maka percayakanlah setiap kehidupan kita kepadaNya dalam berbagai tantangan, kesempatan, hambatan dan peluang yang telah dipersiapkan bagi kita di tahun 2010 ini. Dari empat pengharapan para nabi, kita sudah menikmati dua diantaranya yakni hari Tuhan dan kehadiran Mesias, Kristus Yesus dengan perdamaianNya; pastinya kita juga mengharapkan pemulihan dan pemenuhan kebendaan atas hari-hari kita (kesejahteraan perekonomian misalnya), sesuatu yang wajar untuk kita idamidamkan. Akan tetapi, mari jadikan pembaharuan rohani menjadi pondasi penggenapannya, dengan demikian kita akan dimampukan untuk merasakan kehadiran campurtanganNya dalam setiap dimensi kehidupan kita. Yohanes mengingatkan kita dalam pasal 6:27 “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Dan, Lukas dalam pasal 7:24-27 mengajarkan bagaimana kita memasuki tahun 2010 dengan pondasi yang semestinya, "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." Akhirnya, bukankah Paulus mengingatkan kita lewat suratnya kepada jemaat Korintus dalam 1 Kor. 3:10-23 untuk mempersiapkan dasar dari bangunan yang akan kita dirikan di tahun 2010 ini “ …tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun…seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus…Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api. Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat. Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu…”. Semoga!
Bahan bacaan:
1) L. Baker David, Satu Alkitab Dua Perjanjian, Jakarta: BPK-GM, 2001;
2) Rad, G. Von, The origin of the concept of the Day of Yahweh, Journal of Semitic Studies;
3) Barth, C., Theologia Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK-GM, 2004;
4) Agustinus Gianto, SJ., Dag-dig-dug Byarr (Kumpulan Ulasan Injil), Yogyakarta: Kanisius, 2004

READ MORE - PONDASI DAN PENGHARAPAN UNTUK TAHUN 2010

Saturday, December 26, 2009

MENGALAHKAN atau DIKALAHKAN DUNIA?

0 comments
PNB HKI SIMALINGKAR: 
AUTHORITY OF MY WORLD 
(1 YOHANES 5:4)
“sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. 
Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.


LATAR BELAKANG
Lima kitab dalam PB ditulis oleh Yohanes: sebuah Injil, tiga buah surat dan kitab Wahyu. Walaupun Yohanes tidak memperkenalkan dirinya dengan menyebut namanya di surat ini, saksi-saksi dari abad kedua (mis. Papias, Ireneus, Tertullianus, Klemens dari Aleksandria) menegaskan bahwa surat ini ditulis oleh rasul Yohanes, salah seorang dari dua belas murid Yesus. Kesamaan kuat dalam gaya penulisan, kosakata, dan tema di antara surat ini dengan Injil Yohanes memperkuat kesaksian kekristenan mula-mula yang dapat diandalkan bahwa kedua kitab ini ditulis oleh rasul Yohanes. Penerima surat ini tidak disebutkan. Tidak ada salam atau nama orang, tempat, atau peristiwa di dalam surat ini. Penjelasan yang paling tepat untuk menerangkan kenyataan yang agak aneh ini ialah bahwa dari tempat tinggalnya di Efesus, Yohanes menulis surat yang sama kepada berbagai gereja di propinsi Asia yang berada di bawah tanggung jawab rasulinya (Why 1:11). Karena jemaat-jemaat itu mempunyai persoalan dan kebutuhan yang sama, Yohanes menulis surat ini sebagai sebuah surat edaran dan mengutus utusan pribadinya yang membawa salamnya secara lisan.

Persoalan yang paling menonjol yang melatarbelakangi penulisan surat ini ialah ajaran palsu mengenai keselamatan dalam Kristus dan cara bekerjanya di dalam diri orang percaya. Beberapa orang, yang dahulu merupakan bagian dari sidang pembaca, kini sudah meninggalkan persekutuan jemaat (1Yoh 2:19), tetapi hasil dari ajaran palsu mereka masih memutarbalikkan Injil mengenai bagaimana mereka bisa "mengetahui" bahwa mereka mempunyai hidup kekal. Dari segi doktrin, ajaran sesat mereka menyangkal bahwa Yesus itulah Kristus (1Yoh 2:22; bd. 1Yoh 5:1) atau bahwa Kristus menjelma menjadi manusia (1Yoh 4:2-3); dari segi etika, mereka mengajarkan bahwa menaati perintah Kristus (1Yoh 2:3-4; 1Yoh 5:3) dan hidup kudus dan terpisah dari dosa (1Yoh 3:7-12) dan dari dunia (1Yoh 2:15-17) tidak diperlukan untuk iman yang menyelamatkan (bd. 1Yoh 1:6; 1Yoh 5:4-5).

ALAMAT SURAT
Surat pertama tidak tertera alamat yang dituju sama sekali dan tidak ditujukan kepada pihak tertentu. Tampaknya surat ini merupakan surat edaran yang ditulis untuk sejumlah gereja yang sedang menghadapi masalah yang sama. Surat yang kedua ditujukan kepada 'seorang ibu yang terpilih' (2Yoh. 1), dan pendapat yang paling lazim adalah surat ini diberikan kepada seorang ibu Kristen yang anak-anaknya juga hidup dalam kebenaran (2 Yoh. 4). Namun demikian, beberapa orang berpendapat bahwa ini merupakan cara Yohanes berbicara tentang suatu gereja. Surat ketiga ditujukan kepada seorang teman yang bernama Gayus, seseorang yang sedang melakukan suatu pekerjaan istimewa mengatur dan memelihara para pekerja Kristen (3 Yoh. 5-8).

MASALAH YANG DIHADAPI
Terdapat dua masalah sekaligus. Seperti jemaat Kristen lainnya, mereka diwabahi oleh guru-guru palsu yang menggiring banyak orang ke jalan sesat. Akibatnya, iman Kristen sejati diguncangkan. Bagaimana mereka dapat memastikan bahwa mereka benar-benar Kristen? Bagaimana mereka dapat memberitakan kebenaran dari kesalahan? Rupanya para guru palsu, dan juga seperti yang dilakukan banyak guru lainnya, menolak ajaran para rasul yang menandaskan bahwa Yesus adalah benar-benar Allah dan benar-benar manusia. Masa kini kita terbiasa dengan orang-orang yang mengatakan bahwa Yesus hanyalah manusia biasa. Anehnya, pada masa itu mereka mempertanyakan apakah Ia sungguh-sungguh manusia. Banyak orang sulit untuk mempercayai bahwa Anak Allah dapat benar-benar hidup di antara kita dalam tubuh manusia. Yohanes mengatakan bahwa pada saat Anda mulai merendahkan Yesus dengan cara apa pun juga, Anda akan kehilangan kabar gembira itu sama sekali.


TUJUAN
Maksud Yohanes dalam menulis surat ini adalah dua:
  1. Untuk membeberkan dan menyangkal doktrin dan etika yang salah dari para guru palsu 
  2. Untuk menasihati anak-anak rohaninya agar mengejar suatu kehidupan persekutuan yang kudus dengan Allah dalam kebenaran, dalam sukacita penuh (1Yoh 1:4) dan kepastian (1Yoh 5:13) hidup kekal, melalui iman yang taat kepada Yesus sebagai Putra Allah (1Yoh 4:15; 1Yoh 5:3-5,12), dan dengan kehadiran Roh Kudus (1Yoh 2:20; 1Yoh 4:4,13). Beberapa orang percaya bahwa surat ini juga ditulis untuk menemani Injil Yohanes.
CIRI-CIRI KHAS
Lima ciri utama menandai surat ini.
  1. Surat ini mendefinisikan kehidupan Kristen dengan memakai istilah yang bertentangan dan dengan seakan-akan tidak memberikan peluang kompromi di antara terang dan gelap, kebenaran dan kebohongan, kebenaran dan dosa, kasih dan kebencian, mengasihi Allah dan mengasihi dunia, anak-anak Allah dan anak-anak setan (dualisme). 
  2. Yang penting, surat ini merupakan satu-satunya kitab PB yang berbicara mengenai Yesus sebagai pengantara (Yun. _parakletos_) kita dengan Bapa pada saat kita sebagai orang yang sungguh percaya berbuat dosa (1Yoh 2:1-2; bd. Yoh 14:16-17,26; Yoh 15:26; Yoh 16:7-8). 
  3. Berita yang disampaikan surat ini didasarkan hampir seluruhnya pada kesaksian rasuli dan bukan pada penyataan PL dahulu; petunjuk kepada PL jelas tidak ada. 
  4. Karena surat ini menyampaikan Kristologi berhubungan dengan penyangkalan suatu bentuk ajaran sesat tertentu, maka itu berfokus pada penjelamaan dan darah (yaitu, salib) Yesus tanpa menyebutkan kebangkitan-Nya secara khusus. 
  5. Gaya penulisannya sederhana dan berulang sewaktu Yohanes membahas berbagai istilah seperti "terang", "kebenaran", "percaya", "tetap tinggal", "mengenal", "mengasihi", "kebenaran", "kesaksian", "lahir dari Allah", dan "hidup kekal".

KAJIAN NATS 
  1. MENGALAHKAN DUNIA (nik ah'o: akan mengalahkan, menaklukkan, mengatasi, menang atas): menaklukkan dunia; nilai-nilai sekular yang tidak humanis, cara-cara yang fasik dan materialistis, mementingkan diri sendir (Lih. 2 Tim. 3: 1-9), yang menjadikan dunia tidak lagi beradab dan penuh kenajisan di hadapan Tuhan. Berhasil mengatasinya berarti juga Menang dengan penuh wibawa dan kuasa, layaknya seorang pemenang (Wahyu 2:7). 
  2. Pertanyaanya adalah bagaimana caranya? Hanya dengan IMAN. Iman (pis'tis: kekuatan iman - Rm 14.22-23; bukti - Kis 17:31) yang mengalahkan dunia adalah iman yang melihat realitas abadi, mengalami kuasa Allah dan kasih Kristus sedemikian. Percaya pada Yesus adalah pekerjaan Allah bukan hanya keputusan manusia. Ketika manusia percaya pada Yesus, saat itu ia dilahirkan dari Allah. Dilahirkan menjadi anak-anak Allah berarti dipersilakan masuk ke dalam relasi kasih. Relasi kasih dengan Allah melalui Yesus inilah yang mendorong kita untuk mampu mengatasi dunia. Iman kepada Yesus yang memberi kita KEKUATAN untuk mengalahkan dunia, karena duniapun telah dikalahkan oleh Yesus: Lihat Yoh 1: 12 “semua yang menerimaNya akan diberi kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yakni mereka yang percaya” Mengapa kekuatan itu hadir? karena di dalam Kristus kita dilahirkan kembali dengan kuasa dan wibawa baru yang ditandai dengan kita telah menjadi anggota keluarga Allah (Lihat hak istimewa dari seorang anak raja yang sering dikenal dengan pangeran). 
  3. Wujud dari KEMENANGAN atas dunia adalah:
    • Kasih kepada Allah, yang mendorong kita untuk juga mengasihi sesama (manusia dan alam beserta isinya, 1 Yoh. 5:1). Mereka menjadi saudara kita di dalam Kristus, tanpa memandang ras, bahasa, budaya, strata ekonomi, atau pendidikan dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. 
    • Kasih kepada Allah Menghasilkan ketaatan, 1 Yoh. 5:2. Ini bukanlah tentang bagaimana perasaan kita akan sebab akibat, tetapi bagaimana kita berelasi dengan Allah dan segenap ciptaanNya. Ketaatan itu adalah hidup dengan tunduk pada perintah Allah sebagai pemberian Allah untuk menunjukkan betapa baiknya kehidupan orang yang menaati Dia. Perintah itu diberikan karena Allah tahu bagaimana hidup dengan cara terbaik. MAMPUKAH? Perintah-Nya itu tidaklah berat karena ketika kita dilahirkan kembali di dalam Kristus, kita diberikan hati yang baru yaitu hati yang dipenuhi dengan keinginan untuk menyenangkan hati Allah. Jadi perintah Allah tidak akan terasa berat jika kita sungguh-sungguh mengasihi Dia. (sederhananya, bagaimana mungkin kita menyakiti hati orang yang kita cintai, benar toh? Jadi perbuatan baik dan benar yang kita lakukan meski tampak berat dan terkadang menyakitkan menjadi suatu cara untuk menunjukkan cinta kita kepadanya, tidak dengan paksaan, apalagi mengeluh dan berputus asa. Semua menjadi terasa ringan dan mudah! Maka kemenangan cinta adalah satu keluarga dengan untuk hidup bersama dalam suka dan duka). Lihat. Yoh 16: 33 “supaya kamu beroleh damai sejahtera, meski kamu menderita, sebab Aku telah mengalahkan dunia” dan Wahyu 3:21 “barang siapa menang ia akan kududukkan bersama-sama dengan Aku sebagaimana Aku juga telah menang”
REFLEKSI
Di tengah arena pertandingan, seorang harus tahu terlebih dahulu: kekuatan musuh yang dihadapi dan kekuatannya untuk menghadapi musuh. Demikian pula kita sebagai anak-anak Allah yang setiap saat hidup di kancah pertandingan dunia. Kita bersyukur karena ada yang mengontrol pertandingan ini, yakni Allah yang berdaulat mengizinkan setiap tantangan yang kita hadapi, bersama itu pula Allah memberikan kekuatan-Nya sehingga kita pasti menang. Kemenangan ini pasti karena Allah sendiri yang berperang melawan kuasa dunia. Setiap anak Allah diberi kuasa untuk menang, inilah iman kita kepada Yesus Kristus, Anak-Nya. Berbagai macam bentuk tantangan kita hadapi dalam arena pertandingan dunia, yang bertujuan meneguhkan, supaya kita mampu memperjuangkan kehidupan yang berkemenangan dalam iman.

Di tengah-tengah semaraknya perayaan Natal, tidak bisa dipungkiri bahwa kegagalan demi kegagalan oleh dosa kerap membuat kita lelah, putus harapan, dan kehilangan daya juang untuk mengambil peran sebagai pahlawan iman. Arus dunia semakin deras menentang iman kekristenan, bukan saja dari kalangan non kristen, tetapi justru dari kalangan kristen sendiri. Banyak kita temui pelajar kristen yang hidup dibawah perbudakan narkoba, tawuran, pergaulan dan seks bebas; banyak para pekerja dan pejabat kristen yang memanipulasi waktu, uang, dan jabatannya demi kepentingan diri dan golongannya; banyak kehidupan keluarga kristen yang kacau karena kurangnya keharmonisan yang berujung menghadirkan penghargaan terhadap orangtua dari anak, hingga ketidaksetiaan antar pasangan dan berakhir pada perceraian; banyak aktivis kristen yang menjadi batu sandungan; banyak hamba Tuhan yang mengejar popularitas dan kesuksesan; pemanfaatan hasil alam secara semena-mena dan tidak bertanggungjawab sehingga mengakibatkan global warming (pemanasan global), dan sebagainya.


Terbuka pada kenyataan ini kita menyadari betapa lebih beratnya perjuangan anak-anak Allah di tengah dunia sekuler. Akan kah kita sanggup bertahan dalam arus dunia yang akan semakin deras dan gencar? Sesungguhnya ini bukan pilihan apakah menghindar atau melawan, tetapi inilah konsekuensi sebagai anak-anak Allah yang memang diperhadapkan pada realitas hidup dengan penuh tantangan guna membuktikan bahwa kita benar mengasihi Allah. Sebab jaminan kepastian kemenangan sudah disediakan bagi yang mau setia melakukan perintah-perintah-Nya. Jangan mundur dan menyerah kalah sebelum perjuangan ini selesai adalah jawaban kita atas tantangan dunia, sebab di dalam Kristus kita diberikan kuasa dan wibawa untuk mengalahkan dunia, berdiri di atasnya dan menyaksikan karya Kristus nyata atas dunia. Untuk itulah, kiranya semangat Natal sebagai awal karya penebusan atas dosa-dosa manusia oleh Kristus Tuhan membawa kita pada pembenahan dan pemberdayaan diri dan komunal di dalam Kristus agar kita lebih dimampukan untuk menghadapi bianglala kehidupan ini. 
Semoga!
READ MORE - MENGALAHKAN atau DIKALAHKAN DUNIA?

INISIATIF YANG MENYELAMATKAN

0 comments

PNB HKI MULIOREJO: 

ADA KESELAMATAN DALAM KRISTUS (Yesaya 65:13-16)



Dosa ialah pelanggaran terhadap hukum Allah. Pelanggaran yang berarti ketidaktaatan kepada Allah sama dengan pemberontakan. Pemberontakan adalah pernyataan terang-terangan tentang perlawanan atau permusuhan. Ketika manusia melakukan dosa, itu berarti manusia menyatakan diri bermusuhan dengan Allah. Semua manusia sudah berdosa berarti semua manusia telah menyatakan diri sebagai musuh Allah. Ketika seseorang menjadi musuh Allah, tak ada lagi yang dapat diharapkan selain penderitaan dan kebinasaan.



READ MORE - INISIATIF YANG MENYELAMATKAN

KASIH DAN HORMAT KEPADA ORANGTUA

0 comments

SEKOLAH MINGGU HKI SEMPURNA:


Kasihi dan Hormatilah Orangtua Kita (EFESUS 6: 1-3)

Peraturan kelima untuk kehidupan manusia yang diberikan Allah adalah "Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu kepadamu." (Keluaran 20:12). Perintah ini berhubungan dengan hal-hal yang membuat keberhasilan seperti kebahagiaan, keamanan, singkatnya hal-hal yang biasanya kita inginkan.


READ MORE - KASIH DAN HORMAT KEPADA ORANGTUA

Hidup berkemenangan di dalam Kristus Tuhan

0 comments

HIDUP BERKEMENANGAN
(LUKAS 2: 27-35; Yesaya 52:7-10)

Di tengah zaman hari ini, mungkin sosok Simeon sudah jarang untuk kita temukan, yakni sosok yang saleh dan setia dalam pelbagai perkara di dalam Tuhan (ayat 25), tidak hanya itu saja tetapi juga sosok yang penuh pengharapan atas pemulihan hidup spritual bangsanya. Sosok yang hidup di dalam penantian atas suatu hal yang oleh banyak orang adalah suatu kemustahilan, meskipun begitu Simeon senantiasa setia dan percaya Allah akan memenangkannya. Kehidupan Simeon layaknya penonton yang mengharapkan kemenagan atas tim sepak bolanya, meskipun terkesan tidak mungkin untuk menang. Namun, itulah Simeon, satu dari segelintir orang percaya yang hidup dalam penantian dalam iman dan pengharapan kepada Allah.

Saudara,  jika di antara kita jarang kita temukan sosok seperti Simeon, namun kehidupan yang di jalani Simeon yakni hidup dalam penantian dan pengharapan adalah konteks kehidupan yang sering kita alami dan menjadi bahagian yang tidak terlepaskan atas kehidupan kita. Seiring perputaran waktu, pastinya tiada seorangpun di antara kita tidak menginginkan suatu perubahan yang lebih baik dalam hidup kita. Namun, yang kita dapati adalah jatuh bangun, pelbagai tantangan dan hambatan dari berbagai sektor dimensi kehidupan. Membuat kita patah semangat dan bahkan akhirnya berputus asa, oleh karena apa yang kita harapkan tiada kunjung datang; masalah yang tiada putus-putusnya, perekonomian keluarga tak kunjung membaik, hubungan antara anggota keluarga yang tak juga bisa harmoni, dihantui rasa kwatir atas kehidupan anak atau keluarga anak-anak yang sedang bermasalah, dan bermacam kegalauan hidup lainnya yang bisa mengarahkan kita pada kejenuhan dan akhirnya berserah pada waktu, pesimis dan bahkan fatalistik;“ aha namasa ima na niula”.

Dengan berbagai harapan yang tidak kunjung datang, juga sering membawa kita pada berbagai pertanyaan yang mempertanyakan janji Tuhan atas hidup kita? Ya, inilah yang mungkin sudah kita jalani di tahun 2009 ini, banyak hal yang mungkin sudah kita peroleh, namun banyak hal juga yang mungkin belum juga berhasil kita wujudkan, bahkan kegagalan. Dan, tidak jarang kita akhirnya menyerah.

Saudara, Simeon dalam ketegaran hidupnya di dalam iman pengharapan kepada Allah, dengan pelbagai tantangan, hambatan dan kegetiran, tidak kunjung menyerah dan berputus asa akan janji Allah kepadanya (ayat 26). Sungguh dalam kesetiaannya di dalam Tuhan, ia menantikan penggenapan dari janji itu; ia akan bertemu dengan Mesias sebelum ia mati. Paulus mengingatkan kita dalam I Korintus 15:58b”…pekerjaan di dalam Tuhan tidak akan sia-sia...”; demikianlah Simeon menuai penggenapan dari janji Allah atas hidupnya; dengan bangga dan penuh syukur Simeon mampu berkata ”Sekarang, Tuhan, biarkan hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera”(ayat 29). Akhirnya, Simeon memenangkan pertandingan, Simeon dimenangkan oleh Allah dan peroleh upah yang pantas untuk kesetiaannya, yakni damai sejahterah.

Saudara, apa yang dialami Simeon mungkin bagi kita cukup sederhana dan tidak berarti apa-apa dibandingkan kita hari ini. Di tengah kompleksitas kehidupan yang ditandai kerawanan hidup dewasa ini, Mesias telah lahir untuk kita, kita telah memperoleh hak dan identitas yang baru yakni sebagai anak-anak Allah. Pengalaman spritual Simeon juga dapat kita rasakan dan alami dalam kehidupan kita jika kita hidup di dalam Tuhan; hidup dengan mengandalkan kuasaNya; setia dan tidak menyerah dalam doa dan ucapan syukur (Filipi 4:6 “…jangan kamu kwatir akan segala hal, nyatakanlah segenap keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”), maka keberhasilan dan damai sejaterah akan menjadi milik kita sebagai pemenang.

Saudara, akhirnya sebentar kita akan meninggalkan tahun 2009, jatuh bangun dalam menapakinya pasti kita alami, dan kini kita akan diperhadapkan pada tahun yang baru, tahun 2010; kita tidak tahu persis akan apa yang akan terjadi dan bagaimana kita harus menghadapinya. Saudara, satu yang pasti dikala kita hidup dengan mengandalkan Tuhan yang telah lahir untuk kita saat ini; disaat kita peka atas suaranya; disaat kita mau merasakan tuntunan tanganNya; dipulihkanNya dan mau berjalan di dalam terangNya; PERCAYALAH! kita akan dimenangkan, bahkan akan lebih dari seorang pemenang (Yesaya 62:1-2ff) . Saudara, Allah hanya meminta kita untuk mau mengundangNya dalam Roh dan kebenaran sesering mungkin dalam setiap inchi kehidupan kita, inilah kunci dari penggenapan akan pelbagai rencana dan rancangan hidup kita kelak. Ya, dengan demikian kita akan dimampukan dan pasti akan peroleh hidup berkelimpahan. Dan, akhirnya mampu berkata “…Sekarang, Tuhan, aku telah menikmatinya. Ya, terimakasih Tuhan betapa indahnya hidup di dalam Kristus” (Yesaya 52:7a). Semoga!


READ MORE - Hidup berkemenangan di dalam Kristus Tuhan

ketertarikan para sobat